Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Lembing Di Angkasa Amerika

Pelempar lembing AS Tom Petranoff, berhasil melemparkan lembing sejauh 99,72 m dalam lomba atletik yang diselenggarakan universitas california. 9 m lebih diatas rekor dunia lempar lembing.

28 Mei 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ATLET Amerika Serikat, Tom Petranoff, 25 tahun, hanya tinggal 28 cm saja untuk menjadi manusia pertama yang mampu melayangkan lembing sejauh 100 meter. Dalam lomba atletik yang diselenggarakan Universitas California, Los Angeles, 15 Mei lalu, pegawai pabrik bir yang tegap tinggi itu berhasil melemparkan lembingnya sejauh 99,72 meter. Pemegang rekor Indonesia, Frans Mahuse, dengan lemparan 69,71 meter bisa tersentak mendengar berita ini. Prestasi Petranoff itu sudah cukup membuat Amerika tampil kembali, sejak 1961, sebagai pemegang rekor dunia. Kemenangan Petranoff begitu telak. Ia memperbaiki rekor dunia yang selama ini dipegang orang hebat Hongaria, Ferenc Paragi, sejauh 3 meter. Dan memperbaiki rekornya sendiri sejauh 9,20 meter. "Ini merupakan mimpi yang menjelma jadi kenyataan. Saya masih saja tak percaya terhadap apa yang telah saya capai itu," katanya kepada wartawan yang datang berkerumun. Pertemuan Petranoff dengan lembing hanya satu kebetulan. Dalam usia 19 tahun, pulang dari main baseball, dia melihat lembing melayang di angkasa. Dia mampir ke lapangan atletik tempat orang berlatih melemparkan tombak itu. Ia bertanya-tanya bagaimana caranya bisa melemparkan lembing yang mengawang ke angkasa. Tetapi tak satu pun yang menghiraukannya. Bukan mereka tak mau. Cuma soalnya di daerah Chicago, tempat Petranoff dibesarkan, ada peraturan pemerintah negara bagian yang melarang anak sekolah menengah belajar lempar lembing. Baru pada usia 20 tahun, ia menunjukkan bakatnya yang kuat, ketika untuk pertama kali dia mampu menghunjamkan lembing sejauh 50 meter. Dalam 2 hari, di bawah bimbingan seorang pelatih, dia sudah bisa mencapai 60 meter. Dan kepegasan otot lengannya itu mencapai puncak pekan kemarin. "Biasanya saya tak pernah mengeluarkan suara ngeden. Tapi ketika melemparkan lembing hari ini suara itu keluar. Lemparan itu rasanya seperti slow-motion begitu saya lepaskan," katanya. Prestasinya itu dirayakannya dengan bir bersama istrinya. Tapi dia tak bisa tidur semalam suntuk. Kemudian dia membalik-balik majalah yang memuat ranking atlet-atlet top. "Rasanya asyik juga melihat nama terpasang paling atas," ujarnya dalam hati. Barulah dia tertidur.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus