Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Sambil Menyelam Minum Air

Pbsi disponsori dua perusahaan besar di indonesia mengadakan tour of champions. pertandingan eksibisi pemain kaliber dunia. memanfaatkan pemain sebagai promosi dan pembinaan.

8 Oktober 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DALAM suasana halal bihalal Rudy Hartono pada tanggal 26 September yang lalu kembali bertemu muka dengan para wartawan olahraga ibukota. Siang itu di Asean Room Hotel Hilton, Rudy tidak seorang diri. Dia diapit Ketua Umum PBSI, Sudirman dan seorang yang masih asing bagi dunia olahraga, dari PT Danmotors Vespa Indonesia. Di sebelah Santoso duduk pula seorang kulit putih yang diperkenankan sebagai Ron Shafer, pimpinan dari Union Carbide Indonesia yang lebih dikenal dengan batere "Cap Kuning". Kecuali Sekjen PBSI Sumarsono, tak tampak kehadiran anggota pengurus lain Ketua Harian KONI, Suprayogi turut diundang tapi tak hadir. Tak salah lagi pertemuan pers yang dibuka oleh Bondan Winarno, jurubicara kedua perusahaan itu ingin menggarap masalah bulutangkis dari segi lain. Yaitu kerjasama di antara kedua perusahaan itu di satu pihak dan PBSI di lain pihak untuk menyelenggarakan Tour of Champions atau Perlawatan Juara-juara. Pemain-pemain kaliber juara dunia itu terdiri dari Flemming Delfs, Svend Pri, Rudy Hartono, Tjuntjun, Yohan Wahyudi, Christian dan Ade Chandra. Mereka akan singgah di Jakarta (3 Desember), Surabaya (5 Desember), Ujung Pandang (6 Desember) dan Medan (9 Desember), untuk melakukan serangkaian pertandingan eksibisi. Pada kesempatan berbicara yang pertama Rudy menjelaskan banwa "di balik strategi periklanan para sponsor saya ingin memanfaatkannya untuk melakukan pembinaan di kalangan muda." Sementara Santoso Tabaluyan setelah panjang lebar menjelaskan status PT Danmotors Vespa sebagai joint venture antara perusahaan Denrmark dan Indonesia, menganggap bahwa kesempatan mendatangkan Svend Pri dan Delfs, sebagai "partisipasi secara aktif dalam promosi persahabatan antara Indonesia dan Denmark." Ron Shafer dari batere Eveready tak kekurangan pula bunga kata-kata. "Keterlibatan kami dalam Tour of Champions ini merupakan realisasi fungsi sosial perusahaan kami," kata pengusaha muda kelahiran Los Angeles, Amerika Serikat itu. Dan ia sempat menyampaikan harapan agar "Piala All England tahun depan dapat kembali ke Indonesia." Ketika tiba giliran Sudirman memberi sambutan, tak ada ucapan lain yang lebih berkesan dari pada restu yang diberikan Ketua Umum PBSI ini: "Kita relakan saja Rudy mengkomersiilkan dirinya." Tapi di balik kerjasama itu tak lupa Sudirman mengingatkan pada janji kedua perusahaan itu untuk menyediakan tiket tim PBSI ke All England tahun depan. Agaknya inilah yang dimaksud Sudirman "sambil menyelam minum air." Dia juga berharap bahwa kerjasama antara PBSI dan para sponsor di Ibukota dapat menjalar ke daerah-daerah. Supaya program pemerataan prestasi PBSI dapat terlaksana. "Dalam pengertian modern, perusahaan swasta bukan lagi bekerja untuk diri sendiri. Tapi juga harus bekerja untuk lingkungannya. Ini fungsi sosialnya," kata Sudirman. Bagi penggemar bulutangkis, Tour of Champions itu bukan sekedar promosi perusahaan. Mereka mengharapkan kunjungan juara juara Denmark itu ke negara bulutangkis Indonesia dapat pula mempromosikan bulutangkis mutu. Bukan sekedar mutu eksibisi. Itulah sebabnya bobot turnamen Vespa Eveready ini dikuatirkan kurang dapat merangsang terjadinya pertandingan mati-matian seperti yang layaknya terjadi pada peristiwa kejuaraan Al England kejuaraan Asia dan sebagainya. Malah jika orang teringat tingkah-polah Svend Pri tak mustahil ia akan melawak. Sehingga bagi suporter PBSI yang ingin menilai kondisi Rudy dalam usaha comebacknya tidah memperoleh gambaran yang sebenarnya. Tapi hal ini cepat disadari Sudirman di samping PBSI akan berusaha merangsang para pemain top dunia itu sadar akan nama baiknya, ia cepat memanggil Bondan. " Saya kuatir juga,"kata Sudirman, "kalian sudah keluarkan uang berjuta-juta tapi nanti pertandingannya tidak bermutu . . . apakah tidak baik kialau disediakan hadiah bagi para pemain yang tampil sebagai juara?" Tampaknya Bondan sudah siap dan ia sadar ba11wa Indonesia adalah pemegang supremasi bulutangkis dunia. "Sudah kita pikirkan dan sedang kita pertimbangkan cara apa yang dapat merangsang mereka bermain sungguh-smgguh," kata Bondan tanpa terang-terangan menyebutkan hadiah itu dalam bentuk uang atau benda lainnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus