Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Minta Jam Malam Pak!

Banyak pelajar dari bandung dan jakarta keluyuran di puncak pada malam harinya sehingga di sekolah kurang konsentrasi. mereka kurang mendapat perhatian orang tua dan tidak berdisiplin diri.

8 Oktober 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NAH, anak-anak sekolah di Jakarta sekarang minta kepada pak Tjokropranolo supaya kepada mereka dikenakan jam malam. "Setuju tidak oom?" tanya beberapa pelajar di Bandung kepada saya. Ya tentu setuju saja. Ha, kalau begitu kita juga mau minta jam malam kepada gubernur Kunaefi, sorak harapan bangsa kita itu. Lho, kok minta kepada gubernur? Habis, kalau minta walikota Bandung percuma saja oom. Nanti nak-anak malah pada nongol di Puncak malam hari dan besoknya tentu terlalu loyo buat kembali ke kota. Lantas kalau anak-anak Jakarta juga pada naik ke Puncak dan main sampai paginya loyo, pak Tjokro bisa bikin apa? Ini bagaimana sih oom? Katanya setuju jam malam? Ya betul setuju, tapi jangan minta gubernur dan walikota dan polisi dong. Mereka kan sudah terlalu sibuk ngurusi dunia morat-marit ini. Enaknya kamu minta kepada ayahmu saja. Dia kan raja di ruman? Buat apa ada raja di rumah kalau bukan buat bikin peraturan jam malam? Maaf ya oom, tapi sang raja rumah justru malam-malam suka tidak ada di rumah, apalagi siangnya. Kalau begitu, minta kepada ratu saja. Ibumu itu kan ratu rumah tangga? Ini juga maaf ya oom, sebab ratu rumah saya siang-malam juga .... Cukup ! Saya tahu deh. Kalau begitu, minta kepada kakakmu saja. He, kamu punya kakak mahasiswa di rumah? Uuuhh! . . . Apalagi dia oom . . . ! Cukup, cukup. Beginl saja. Kamu minta kepada dirimu sendiri saja. Begini caranya. Hei Aku! Aku minta kepada Aku supaya Aku bikin jam malam buat Aku dan kalau Aku tidak mematuhinya maka Aku musti minta digebuki bu guru. Siip bukan? Kurang siip oom. Masak saya musti minta kepada saya sendiri? Itu kan buat orang sinting. Lagian bu guru saya itu manis dan tidak suka nggebuli murid. Sinting apa? Kamu kan suka minta kepada dirimu sendiri supaya boleh malas dan boleh keluyuran dan boleh mabok-mabokan dan boleh flai dan boleh main pestol segala dan selalu bilang yak harus boleh? Jangan gitu dong oom! Yang minta keluyuran malam itu bukan saya. tapi teman-teman saya, jadi saya kan musti shholider oom ! Baik. Mulai sekarang kamu tidak usah shholider dan kamu minta teman-temenmu supaya ngeloyor kembali saja ke rumah dan bikin jam malam buat mereka sendiri dan kalau mereka tidak mau mereka boleh kau gebuki atau kau panggil anjingmu saja atau pak RT atau polisi. Jadi kau jangan cuma pintar menggebuki kucing saja. Lantas kamu bikin kode etik buat dirimu sendiri. Pasal satu: keluyuran malam adalah haram. Pasal dua: inalas belajar adalah dosa. Pasal tiga: menembaki burung adalah sadis, dan begitulah seterusnya. Okei? Wah, susah dong oom kalau musti bikin kode etik segala. Kami kan sudah bilang kepada pak menteri Syarif Thayeb bahwa kami tidak perlu kode etik? Kalau begitu kamu tarik kembali pernyataan itu dan kamu bilang kepada pak menteri dan bu guru bahwa kamu semua mau bikin kode etik Setuju? Kamu kan sudah pintar bikin kode etik buat orang tua sebab kamu suka menuntut supaya orang tua jangan suka ngeluyur dan jangan suka cekcok di muka anak dan jangan suka menggebuki kamu. Kalau kamu bingung, kamu minta saja bantuan kepada kakakmu itu mahasiswa. Dia itu biar sendiri morat-marit ternyata masih pintar juga hikin kode etik buat dosen dan pejabat dan anggota DPRD. Percayalah. Ngatur diri sendiri itu lebih gampang ketimbang ngatur orang lain. Coba saja. Atau kamu lebih suka diatur polisi saja? Wah, aom ngomonganya jangan begitu ngawur dong. Begini saja oom. Enaknya jam malam itu jam berapa? Jam enam, tuan muda dan puteri remaja! Aduh!! Itu kan jam sore namanya!? Apaan kok pakai aduh segala? Kamu itu kan suka nuntut jam siang kepada ibu supaya makan sudah siap buat perutmu? Kok kamu itu mau enaknya sendiri saja? Habis makan siang jam satu kamu juga tidak boleh keluar rumah sampai jaun empat. Jam enam sore tepat kamu masuk rumah lagi. Makan. Cuci piring dan sendok. Lupakan TV dan radio dan jangan menendangi kucing seperti kamu itu nggak ada kerjaan saja. Langsung belajar keras. Jam sebelas tidur. Mendoa dulu kepada Tuhan agar kamu diberi kekuatan buat menaati jam sore dan kode etik dan jam pagi. Ala alaa . . . kok ada jaln pagi segala nih oom? Iya dong. Jam lima pagi kamu bangun dan lipat selimut dan beresi tempat tidur dan mandi dan masak air dan bikin kopi buat bapak dan ibu dan bikin sarapanmu sendiri lantas berangkat langsung ke sekolah yang berarti tidak nyeleweng dulu ke Puncak. Setuju? Setujuuu!!!

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus