Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Si Kidal Pemalas dan Si Pemberang

Rivaldo dan Beckham teratas dalam urutan pemain terbaik pada ujung abad ini. Sehebat apakah mereka?

26 Desember 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tak ada kejutan dalam penobatan pemain terbaik Eropa tahun ini. Seperti sudah diduga jauh hari sebelumnya, gelar bergengsi itu jatuh pada Rivaldo, pemain depan Barcelona dan tim nasional Brasil. Rivaldo adalah pemain Brasil kedua yang beroleh gelar pemain terbaik Eropa, setelah Ronaldo pada 1997. Semula gelar ini dikhususkan untuk pemain yang berasal dari Eropa. Namun, sejak 1995, kriteria ini diubah menjadi pemain yang bermain di Eropa. Gelar tahun itu menjadi milik pemain Liberia George Oppong Weah.

Tahun ini, menguntit di belakang Rivaldo adalah David Beckham, sayap kanan Manchester United (MU) dan tim nasional Inggris, serta bintang baru AC Milan yang berasal dari Ukraina, Andriy Shevchenko, di urutan ketiga. Posisi ini serupa dengan gelar pemain terbaik dunia versi majalah World Soccer. Diperkirakan, nama-nama ini pula yang akan mendominasi gelar pemain terbaik versi FIFA yang akan dumumkan Januari tahun depan.

Meski tak ada kejutan, hasil kali ini bukan tanpa protes, terutama dari pendukung Beckham. Menurut mereka, Beckham lebih pantas duduk di puncak karena Manchester berhasil meraih empat gelar tahun ini. Sebaliknya, Rivaldo "hanya" mampu mempersembahkan dua gelar, yaitu mengantar Barcelona menjuarai liga Spanyol dan membawa Brasil menjuarai Copa America 1999. Dari jumlah gelar, Rivaldo kalah, tetapi ada yang barangkali dilupakan pendukung Beckham. Rivaldo bermain sama baiknya untuk klub maupun tim nasional.

Beckham memang cemerlang di MU, tetapi untuk tim nasional ia sering melempem. Rekan Beckham di MU, Paul Scholes, malah jauh lebih baik ketika bermain untuk tim nasional. Satu hal lagi yang membuat nilai Beckham berkurang adalah temperamennya yang mudah meledak. Rivaldo memang pernah mendapatkan kartu merah, bahkan dua kali ketika Copa America lalu, tetapi semua semua itu karena pelanggaran yang berawal dari kecerobohan, bukan dari kesengajaan untuk bermain kasar.

Bagaimana perjalanan dua pemain ini menuju puncak? Berikut profil mereka.

Rivaldo Victor Borba Ferreira
Lahir: Recife, Brasil, 19 April 1972
Klub:Barcelona, Spanyol
Gaji: US$ 40 ribu (bersih setelah dipotong pajak)
Penampilan untuk tim nasional: 32 kali, 12 gol

Adegan itu mirip permainan sepak bola dalam videogame. Pada menit ke-11, dari lapangan tengah, Rivaldo menyepak bola ke arah gawang Atletico Madrid. Empat detik kemudian, bola sudah bersarang di gawang. Sebuah gol yang seorang Pele pun belum pernah melakukannya. Gol semacam ini seakan menjadi bukti tak terbantahkan betapa dahsyatnya penyerang Barcelona ini. Rivaldo pun berkilau saat bermain untuk tim nasional. Ia menjadi pencetak gol terbanyak untuk tim Samba selama tahun 1999, dengan sembilan gol. Pelatih Manchester United Alex Ferguson, yang begitu kesengsem dengan kelihaian Rivaldo, pernah berupaya memboyong pemain ini ke klubnya. Menurut Ferguson, Rivaldo adalah pemain komplet.

Gelar pemain terbaik kini sudah jatuh ke pangkuannya. Namun, jalan menuju puncak bagi Rivaldo bukanlah jalan tol, melainkan mendaki dan berliku. Sebagai pemain Brasil yang tidak berasal dari Rio de Janeiro, ia harus bersaing keras untuk mendapatkan tempat di tim nasional.

Rivaldo, yang mengenal sepak bola dari ayahnya, pertama kali memperkuat tim Brasil 1993 dalam pertandingan persahabatan melawan Meksiko. Ia mencetak satu-satunya gol dalam pertandingan itu. Setelah itu, ia menjadi langganan tim nasional. Ironisnya, ia tercoret dari pasukan Brasil untuk Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat. Pelatih Carlos Alberto Parreira menganggap si kidal ini terlalu malas dan egois dalam bermain. Terpaksa Rivaldo hanya menelan ludah saat rekan-rekannya mengangkat piala setelah menjadi juara dalam turnamen tersebut.

Ia kembali dipercaya masuk tim nasional saat Brasil berlaga dalam Olimpiade Atlanta 1996. Namun, sekali lagi ia mengecewakan publik Brasil. Dalam semifinal melawan Nigeria, ia menggoreng bola terlalu lama sehingga bisa disambar pemain lawan yang berbuah gol. Brasil tumbang dan Rivaldo jadi kambing hitam. Syukurlah, prestasinya di klub Spanyol Deportivo La Coruna masih gemerlap sehingga Barcelona tertarik meminangnya dengan transfer US$ 26,7 juta. Setelah itu, aksi Rivaldo hampir tak terbendung. Ia membawa Barcelona dua kali ke puncak. Sekalipun bermain buruk dalam final Piala Dunia 1998 di Prancis, ia bisa menebusnya dalam Copa America tahun ini.

Sampai sekarang, Rivaldo adalah roh permainan tim Brasil. Ia juga yang dipercaya mengenakan nomor punggung 10, nomor magis warisan Pele. Ironisnya, tempat Rivaldo di Barcelona kini terancam setelah ia menolak bermain sebagai sayap kiri. Pelatih Louis Van Gaal yang berang mencoret namanya dalam pertandingan melawan Rayo Vallecano pekan ini. Tak aneh, ia mulai melirik—dan tentu saja dilirik—klub lain. Salah satu yang paling diminatinya adalah AS Roma, Italia, karena di situ ada Brazilian Connection seperti Cafu dan Zago, yang merupakan karibnya.

David Robert Joseph Beckham
Lahir: Leytonstone, Inggris, 2 Mei 1975
Klub: Manchester United, Inggris
Gaji: US$ 28 ribu (bersih setelah dipotong pajak)
Penampilan untuk tim nasional: 20 kali, 1 gol

Dunia olahraga yang kini makin komersial tak ubahnya panggung showbiz. Para atlet terkenal pun tak ubahnya seorang selebriti. Dari lapangan sepak bola, saat ini tak ada yang lebih pas untuk mewakili sisi ketersohoran seorang pemain selain Beckham. Ia memiliki segalanya untuk jadi bintang. Skill yahud, tampang keren, kekayaan melimpah, dan kehidupan pribadi yang mirip cerita dongeng. Ia laris jadi bintang iklan dan mengawini Victoria Adams (Posh Spice), personel Spice Girls, salah satu wanita yang dianggap tercantik di dunia. Kalaupun emosinya mirip dinamit sumbu pendek, hal itu malah semakin membuat kebintangannya selalu jadi perhatian.

Sekalipun perilakunya penuh kontroversi, tak ada yang menyangsikan kehebatan Beckham. Striker Fiorentina Gabriel Batistuta pernah ngotot meminta pimpinan klubnya untuk menarik Beckham. Wajar bila Batigol ngiler karena umpan silang Beckham adalah servis luar biasa bagi para penyerang. Pengakuan dari penyerang kelas dunia macam Batistuta ini mungkin tak pernah terlintas dalam pikiran Beckham. Maklum, ia mengawali karirnya sebagai pemain sayap kanan pengganti Andrei Kanchelkis, yang pindah ke Everton.

Beckham sempat diragukan untuk bisa bermain sehebat bintang Rusia tersebut. Tapi, terbukti ia bisa "membayar kontan". Saat Eric Cantona masih bermain, ia mengenakan nomor punggung 10. Tapi, setelah Cantona pensiun, ia memilih mewarisi nomor punggung 7 milik bintang Prancis itu. Ia memang sangat mengidolakan Cantona.

Salah satu yang membuat kebintangan Beckham bernilai lebih adalah justru posisi yang dimainkan tersebut. Biasanya, pemain bintang adalah penyerang dan playmaker, bukan pemain sayap seperti dirinya. Namun, ayah dari bocah laki-laki bernama Brooklyn ini sempat mengalami masa-masa pahit setelah Piala Dunia 1998. Akibat ia tak bisa menahan emosinya dengan menendang Diego Simeone dalam perempat final melawan Argentina, ia diusir ke luar lapangan. Inggris keok dalam adu penalti, dan Beckham menjadi musuh publik Inggris nomor satu.

Bakat Beckham mulai terlihat saat ia dan tim Leyton memenangi kejuaraan Bobby Charlton untuk usia 11 tahun. Ia lalu bergabung dengan sekolah sepak bola Tottenham, tapi tawaran dari MU membuatnya segera pindah ke kota di Inggris utara itu. Sebagai anak yang terlahir di kawasan London, pilihan biasanya jatuh ke Arsenal, Tottenham, ataupun Chelsea. Namun, Beckham yang masih hijau kadung terpikat dengan MU. Kecintaannya pada MU memang telak, tapi satu hal yang mungkin mengusiknya adalah persoalan gaji. Untuk ukuran bintang seperti dirinya, gajinya memang terlalu kecil. Hal ini berkaitan dengan kontrak yang ia tandatangani saat ia masih yunior. Bila kontraknya tahun depan selesai dan gajinya tidak dilipatkan, klub-klub besar Eropa akan dengan senang hati menampungnya.

Yusi A. Pareanom

  • Pemain Terbaik Eropa 1999 (versi majalah France Football)

    NoPemain (klub dan negara)Skor
    1Rivaldo (Barcelona dan Brasil)219
    2David Beckham (Manchester United dan Inggris)154
    3Andriy Schevchenko (AC Milan dan Ukraina) 64
    4Gabriel Batistuta (Fiorentina dan Argentina)48
    5Luis Figo (Barcelona dan Portugal)38
    6Roy Keane (Manchester United dan Irlandia)36
    7Christian Vieri (Inter Milan dan Italia)33
    8Juan Veron (Lazio dan Argentina)30
    9Raul Gonzales (Real Madrid dan Spanyol)27
    10Lothar Matthaeus (Bayern Muenchen dan Jerman)16

  • Pemain Terbaik Dunia 1999 (versi majalah World Soccer)

    NoPemain (klub dan negara)Suara (%)
    1Rivaldo (Barcelona dan Brasil)42,27
    2David Beckham (Manchester United dan Inggris)26,55
    3Andriy Schevchenko (AC Milan dan Ukraina)9,02
    4Roy Keane (Manchester United dan Irlandia)2,84
    5Dwight Yorke (Manchester United dan Trinidad)2,06
    6Christian Vieri (Inter Milan dan Italia)1,55
    7Raul Gonzales (Real Madrid dan Spanyol)1,29
    8Gabriel Batistuta (Fiorentina dan Argentina)1,03
    9Nwanko Kanu (Arsenal dan Nigeria)1,03
    10Juan Veron (Lazio dan Argentina)1,03

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus