Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Siapakah Juara Sejati ?

Sutiyono pemenang Open Road Race 110 km. Jepang memprotes karena Toshiyaki Niyasawa lebih dulu mencapai finis. Jepang meminta diadakan lomba penentuan, Indonesia mau kompromi dengan juara bersama.

12 Februari 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PROTES terhadap kemenangan pembalap sepeda, Sutiyono segera meluncur dari team manager regu Jepang selepas panitia mengumumkan dirinya sebagai pemenang nomor Open Road Race 110 km. Alasannya: pembalap Jepang, Toshiaki Niyasawa lebih duluan menyentuh garis finish dari Sutiyono sekalipun waktu tempuh mereka tercatat sama 3 jam 37 menit 29,7 detik. Keunggulan Niyasawa itu mereka buktikan dengan memperlihatkan photo finish panitia yang kabarnya dijepret oleh seorang wartawan olahraga - di situ terpampang gambar Sutiyono dan Niyasawa memasuki garis akhir dengan keunggulan lawan yang tipis. Indonesia tidak mau menerima kenyataan tersebut begitu saja. Dalih mereka: potret itu diambil dari rusuk kanan di mana Niyasawa berada. Dengan posisi pemotretan demikian Niyasawa memang tampak sedikit unggul. Adu argumentasi tidak terelakkan lagi dan nyaris meningkat panas. Sehingga akhirnya Presiden Federasi Balap Sepeda Asia, Fransisco Almeida terpaksa turun tangan membujuk Indonesia untuk tidak bersitegang leher, dan minta maaf atas kekurangan panitia perlombaan. "Itulah sebabnya kita mau kompromi terhadap keputusan juara bersama", kata Team Manager Indonesia, Haryotilarso. Penyelesaian lain bukannya tak ada.Kabarnya Jepang malah meminta untuk diadakan lomba penentuan 1.000 meter antara Niyasawa dan Sutiyono -- sesuai dengan peraturan pertandingan. Tapi Indonesia menolak usul itu. Dan menerima predikat juara bersama. Adakah ketegaran sikap Indonesia tersebut merupakan bukti bahwa sesungguhnya Sutiyonolah sang juara? Sulit untuk dibuktikan. Pelatih Wahyu Wahdini hanya mengatakan: "Kita menang moril dalam hal ini. Sebab bendera Merah Putih dan lagu Indonesia Raya dinaikkan dan diperdengarkan duluan". Tapi seorang penonton Indonesia di Manila yang tak mau disebutkan nama dan kebetulan berada di garis finish mengakui bahwa Niyasawa memang masuk sedikit lebih duluan dari Sutiyono. Pengamatan mata itu dibantah oleh Sutiyono, 24 tahun. "Saya yakin, saya yang menang", katanya sambil mengungkapkan secara pribadi ia tak keberatan atas pertarungan ulangan dengan Niyasawa. Jika demikian, siapakah sesungguhnya pemenang sejati nomor Open Road Race 110 km turnamen Balap Sepeda Asia di Manila, akhir Januari lalu? Jawaban itu mungkin akan teruji dalam Asian Games di Bangkok, tahun depan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus