Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Seperti Apa Formasi Timnas Indonesia di Bawah Patrick Kluivert

Patrick Kluivert akan mengusung formasi berbeda dari pendahulunya, Shin Tae-yong. Bagaimana pengaruhnya di timnas Indonesia?

15 Januari 2025 | 15.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Timnas Indonesia saat melawan Timnas Arab Saudi pada pertandingan Grup C putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta, 19 November 2024. TEMPO/M Taufan Rengganis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Skema dan gaya bermain timnas Indonesia akan berubah setelah dilatih Patrick Kluivert.

  • Kluivert menyukai sepak bola menyerang dengan formasi 4-3-3, bukan bertahan dan mengandalkan serangan balik.

  • Marselino Ferdinan menjadi pemain favorit Kluivert.

BANYAK orang membanding-bandingkan pelatih tim nasional atau timnas Indonesia, Patrick Kluivert, dengan pendahulunya, Shin Tae-yong. Ada yang mengangkat soal rekor pertandingan, masalah komunikasi, dan sebagainya. Namun ada satu hal yang pasti berbeda di antara dua pelatih itu, yaitu formasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bertugas sejak awal 2020, Shin Tae-yong membawa timnas Indonesia ke titik terjauh, yaitu putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia. Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) memutus kontraknya, yang seharusnya berakhir Juni 2027, pada awal tahun ini. Federasi beralasan ada masalah strategi, komunikasi, dan kepemimpinan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tae-yong kerap menerapkan pola 5-4-1 di tim nasional. Dia menempatkan tiga bek tengah yang didampingi bek sayap kanan dan kiri. Dengan skema itu, pasukan Garuda cenderung bertahan dan mengandalkan serangan balik cepat.

Kluivert menjanjikan hal sebaliknya. "Biasanya saya bermain dengan formasi 4-3-3," katanya dalam konferensi pers di Hotel Mulia, Senayan, Ahad, 12 Januari 2025. Pola permainan ini diperkenalkan pelatih Gusztáv Sebes di timnas Hungaria pada 1950-an dan dipopulerkan Ajax Amsterdam serta timnas Belanda pada 1960-an dan 1970-an di era Johan Cruyff dan pelatih Rinus Michels.

Patrick Kluivert saat diperkenalkan oleh PSSI sebagai pelatih Timnas Indonesia di Hotel Mulia, Jakarta, 12 Januari 2024. TEMPO/M Taufan Rengganis

Dengan tiga penyerang, tim memiliki lebih banyak opsi dalam menggedor pertahanan lawan. Bisa dari sisi sayap, bisa dari tengah. Di lini tengah, dengan tiga gelandang, kekuatannya dianggap lebih tinggi ketimbang dua gelandang dalam formasi 4-4-2, misalnya. Sementara itu, di sisi pertahanan, empat bek dianggap lebih solid ketimbang tiga pemain bertahan dalam skema 3-5-2, misalnya.

Kepopuleran Total Football Belanda menularkan formasi 4-3-3, termasuk kepada timnas Indonesia era 1970-an. Ronny Pattinasarani menjadi andalan di lini tengah pasukan Merah Putih saat itu. Pergantian pelatih membawa perubahan pola permainan menjadi 3-5-2, lalu 4-4-2, dan terakhir 5-4-1 pada era Tae-yong.

Kluivert menjalani sebagian besar kariernya dengan 4-3-3, sejak menjadi bintang muda di Ajax Amsterdam, striker subur di Barcelona, hingga asisten pelatih Louis van Gaal di timnas Belanda. Saat menjadi pelatih kepala Curacao pada 2015-2016, dia juga mengusung skema yang sama. Pola permainan tersebut kerap dia modifikasi menjadi 4-2-3-1 untuk menambah kekuatan di lini tengah tanpa harus mengubah susunan pemain. Ketika menukangi Adana Demirspor di Liga Super Turki pada 2023, dia mengusung formasi itu dalam 19 dari 20 laga yang dijalani.

Alex Pastoor, asisten pelatih Kluivert, menjagokan skema yang sama. Saat menukangi Sparta Rotterdam pada musim 2015/2016, misalnya, dia lepas dari formasi 4-3-3. Walhasil, mereka hanya kalah lima dari 36 pertandingan dan menjadi juara Eerste Divisie, kasta kedua Liga Belanda.

Dengan formasi 4-3-3, siapa yang akan dimainkan? Kluivert mengatakan pemain lokal ibarat jantung dan jiwa timnas Indonesia, sementara pemain diaspora menjadi tangan dan kakinya. Seusai konferensi pers, Kluivert makan malam dengan lima pemain timnas, yaitu Rizky Ridho, Witan Sulaeman, Muhammad Ferarri, Egy Maulana Vikri, dan Ricky Kambuaya. "Saya suka Marselino Ferdinan," kata Kluivert.

Timnas Indonesia sebelum laga melawan Arab Saudi di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta, 19 November 2024. TEMPO/M Taufan Rengganis

Marselino, 20 tahun, merupakan pemain andalan pada era Tae-yong. Menjalani debut pada 27 Januari 2022, dia telah 32 kali membela Garuda dan mencetak lima gol. Gelandang serang Oxford United—klub di kasta kedua Liga Inggris—ini juga bisa diposisikan sebagai pemain sayap.

Masalahnya, durasi bermain di klub juga menjadi pertimbangan Kluivert. Sebab, pemain yang jarang diturunkan akan menurun kondisi fisiknya. Datang ke Oxford United pada Agustus 2024, Marselino baru sekali masuk lapangan, yaitu di sepuluh menit terakhir laga Piala FA melawan Exeter City pada 11 Januari 2025.

Kluivert mengatakan pemilihan formasi bisa berubah sesuai dengan karakter para pemain dan lawan. Dengan demikian, formasi bisa berubah menjadi 4-2-3-1, 3-5-2, atau skema lain. Dia ingin memainkan pola yang membuat pasukannya bisa mengembangkan kemampuan terbaik. "Yang terpenting adalah para pemain memahami apa yang harus dilakukan," ujarnya.

Kesit Budi Handoyo—pengamat sepak bola—berharap Kluivert tidak melakukan perombakan total. Sebab, Tae-yong dianggap telah memilih pemain-pemain terbaik dan waktu persiapan yang singkat. Indonesia akan menghadapi Australia dalam lanjutan Grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026 putaran ketiga pada 20 Maret 2025. "Dia tinggal memoles," tutur Kesit.

Dia menantikan sepak bola menyerang yang dijanjikan Kluivert. Strategi operan pendek ala timnas Belanda dia anggap cocok dengan timnas Indonesia. "Secara umum, postur pemain timnas Indonesia relatif lebih pendek dari lawan-lawan mereka sehingga bola pendek lebih mudah untuk mengecoh lawan," ucapnya.

Ronny Pangemanan—juga pengamat sepak bola—mengatakan strategi menyerang lewat formasi 4-3-3 cocok diterapkan saat menghadapi lawan dengan kekuatan relatif seimbang, seperti saat menjamu Bahrain dan Cina pada 25 Maret dan 5 Juni 2025. Bagi dia, menyerang adalah pertahanan terbaik.

Adapun saat bertandang ke Australia dan Jepang, Ronny melanjutkan, timnas lebih baik menerapkan formasi 3-5-2 yang memadatkan pemain di lini tengah. "Untuk memutus serangan lawan," katanya.

Ihsan Reliubun dan Bagus Pribadi berkontribusi dalam penulisan artikel ini
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Reza Maulana

Reza Maulana

Bergabung dengan Tempo sejak 2005 setelah lulus dari Hubungan Internasional FISIP UI. Saat ini memimpin desk Urban di Koran Tempo. Salah satu tulisan editorialnya di Koran Tempo meraih PWI Jaya Award 2019. Menikmati PlayStation di waktu senggang.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus