Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Sprinter Lalu Muhammad Zohri yang mengalami cedera dalam SEA Games 2023 di Kamboja sudah 100 persen fit dan siap berlaga di Asian Games Cina.
Zohri menjadi andalan Indonesia untuk lari jarak pendek, baik individu maupun beregu estafet.
Persatuan Atletik Seluruh Indonesia memasang target mengulang capaian dalam Asian Games 2018.
NAMA Lalu Muhammad Zohri, 23 tahun, masih menjadi andalan Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) untuk mendulang medali. Dalam SEA Games XXXII di Kamboja, untuk cabang atletik yang berlangsung pada 6-12 Mei lalu, pelari asal Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, itu menyumbangkan satu medali emas di nomor lari estafet 4 x 100 meter dari tujuh medali emas yang diraih. Dia juga mendapatkan satu medali perunggu di nomor lari 200 meter. Zohri terpaksa tak mengikuti babak final nomor favoritnya, 100 meter, karena cedera.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lantaran mengalami sobekan kecil di otot paha kanannya, Zohri pun absen dalam Kejuaraan Atletik Asia ke-25 yang berlangsung di Bangkok, Thailand, 12-16 Juli lalu. Menurut Sekretaris Jenderal PB PASI Tigor Tanjung, pihaknya tidak akan mengirimkan sprinter atau atlet lari jarak pendek ke kejuaraan apa pun menjelang Asian Games 2023 di Hangzhou, Cina, yang akan digelar pada 23 September-6 Oktober mendatang. Tigor mengatakan pihaknya punya cara lain untuk meningkatkan performa Zohri dan kawan-kawan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Cara lain yang dimaksud Tigor adalah menggelar pemusatan latihan di Cina minimal sebulan sebelum Asian Games. Pemusatan latihan itu bakal dimanfaatkan atlet untuk mengikuti kompetisi lokal. "Jadi sebagai pemanasan dan membiasakan diri dengan suasana di Cina, dari sisi cuaca, makanan, dan sebagai upaya adaptasi," kata Tigor kepada Tempo melalui sambungan telepon, Selasa, 18 Juli lalu. Bagi PB PASI, Kejuaraan Atletik Asia 2023 merupakan ajang uji coba. “Kejuaraan Asia bisa menjadi gambaran peta kekuatan lawan di Asia Games.”
Performa atlet Indonesia dalam Kejuaraan Atletik Asia memang tak terlalu bagus. Sepanjang sejarah Kejuaraan Atletik Asia yang sudah digelar 25 kali, atlet Indonesia mengumpulkan 1 medali emas, 9 medali perak, dan 9 medali perunggu. Supriyati Sutono adalah satu-satunya pelari jarak jauh Indonesia yang menjadi juara dalam perhelatan dua tahunan itu, yakni di edisi ke-13 yang berlangsung di Jakarta pada 2000. Zohri meraih medali perak dalam Kejuaraan Atletik Asia 2019 di Qatar. Dia satu-satunya atlet Indonesia yang meraih medali.
Dalam Kejuaraan Atletik Asia 2023, tak satu pun wakil Indonesia yang mendapatkan medali. Bahkan, di babak final, atlet lompat jauh Maria Natalia Londa menempati peringkat ke-9; pelari 3.000 meter Pandu Sukarya berada di posisi ke-8; Wahyudi Putra, pelari 1.500 meter, menduduki peringkat ke-14; Odekta Elvina Naibaho menempati urutan ke-5 di lomba maraton 10 kilometer putri; Rikki Martin Simbolon dan Agus Prayoga berada di urutan ke-9 dan ke-11 di maraton 10 kilometer putra; sementara Robi Syianturi menempati urutan ke-12 di nomor 5.000 meter.
Di nomor lari estafet 4 x 100 meter putra yang menjadi andalan, langkah pelari Indonesia justru terhenti di babak penyisihan. Tim pelari yang terdiri atas Wahyu Setiawan, Bayu Kertanegara, Adith Rico Pradana, dan Sudirman Hadi hanya mampu mengakhiri lomba di urutan ke-5 dengan catatan waktu 39,90 detik. Tim yang sama, kecuali Wahyu diganti Zohri, dalam SEA Games 2023 Kamboja mendapatkan medali emas dengan catatan waktu 39,11 detik. “Mesti disiapkan semua. Daya tahan, ketepatan, dan terutama latihan di zona pertukaran tongkat," ujar Eni Nurani, pelatih pemusatan latihan nasional (pelatnas) atletik.
Peraih gelar pelatih terbaik Asia 2018 dari Asosiasi Atletik Asia (AAA) ini menargetkan anak-anak didiknya melampaui capaian dalam Asian Games 2018 di Jakarta. Ketika itu Indonesia meraih medali perak dari nomor estafet 4 x 100 meter putra dengan catatan waktu 38,77 detik. Tim Merah Putih beranggotakan Zohri, Fadlin, Eko Rimbawan, dan Bayu Kartanegara. "Target kami di Asian Games Hangzhou, Cina, adalah melampaui catatan waktu 2018," tutur perempuan 76 tahun ini.
Salah satu tugas Eni adalah memadukan anggota skuad yang lama dengan yang baru. Awak tim estafet yang tersisa hanya Zohri dan Bayu. Eni mempunyai dua atlet baru sebagai pelengkap, yakni Wahyu Setiawan dan Sudirman Hadi. "Masih ada Adith Rico Pradana juga sebagai cadangan," kata Eni melalui sambungan telepon, Rabu, 19 Juli lalu. Eni berharap teknik pertukaran tongkat bisa lebih mulus dalam Asian Games nanti. Karena itu, program prioritasnya adalah mematangkan ketepatan pertukaran. "Permasalahan itu biasanya di tikungan."
Eni Nuraini. TEMPO/M Taufan Rengganis
Sudah lebih dari sembilan bulan Eni kembali menjadi bagian dari pelatnas atletik. Pada 6 Oktober 2022, PB PASI memanggil kembali Eni untuk menangani Zohri dan kawan-kawan. Sebelumnya, pada Maret 2022, Eni mundur dari pelatnas karena alasan kesehatan. Ketika itu skuad Merah Putih tengah bersiap menghadapi SEA Games Vietnam. Tidak adanya Eni berpengaruh pada penampilan atlet lari jarak pendek. Zohri hanya bisa menduduki urutan keempat pada babak final nomor 100 meter dengan catatan waktu 10,59 detik.
Tak butuh waktu lama bagi Eni untuk memperlihatkan kepiawaiannya mengasah kemampuan atlet lari jarak pendek. Dalam SEA Games 2023, Eni berhasil mengantar Zohri dan kawan-kawan menyabet medali emas nomor 4 x 100 meter. Prestasi Zohri pun terdongkrak hingga ia meraih medali perunggu lari 200 meter. Eni tidak memaksa atlet andalannya untuk meraih medali. Zohri diminta mundur dari babak final nomor 100 meter karena cedera. "Saat ini kondisi Zohri telah 100 persen fit dan siap berlaga di Asian Games Cina," ujar Eni.
Setelah para atlet yang ikut dalam Kejuaraan Atletik Asia 2023 tiba kembali di Jakarta pada Senin, 17 Juli lalu, pelatih yang lahir pada 29 November 1947 itu hanya mengistirahatkan mereka selama tiga hari. "Kamis sudah harus latihan lagi," katanya. Selain melatih atlet di lapangan, Eni punya program latihan bernama unifikasi. Ia mengajari para atletnya merasakan posisi dan kecepatan atlet di belakang mereka. Latihan tanpa berlari ini berfungsi mengasah ketepatan dan keakuratan. "Ini untuk mengasah feeling. Jadi lebih mulus pas pertukaran tongkat," ucapnya.
Selain mengandalkan nomor estafet, Eni masih berharap ada sumbangan medali dari Zohri di nomor 100 meter. Ia memilih Zohri berfokus ke nomor favoritnya itu dan tidak ikut di nomor 200 meter putra. Eni tidak ingin cedera Zohri yang dialami dalam SEA Games Kamboja kambuh. "Kalau Zohri di individu, semoga bisa sampai final seperti di Asian Games 2018," katanya. Sudirman Hadi, yang turun di nomor lari 100 meter Kejuaraan Atletik Asia 2023, hanya menempati peringkat ke-6 di babak penyisihan. Catatan waktunya 10,60 detik.
Tigor Tanjung mengatakan target mengulang capaian dalam Asian Games 2018 tidak berubah, tapi perlu kerja keras. "Target kita lebih baik dari 2018. Secara realistis memang sulit kalau berkaca pada hasil Kejuaraan Atletik Asia pekan lalu. Apalagi mayoritas atlet yang tampil di Asian Games ikut serta di Kejuaraan Atletik Asia 2023," tutur Tigor. Jepang keluar sebagai juara umum dengan 16 medali emas. Atlet putra Jepang merajai nomor lari 100 meter, 200 meter, 400 meter, 5.000 meter, maraton 10 kilometer, dan jalan cepat 20 kilometer.
Selepas Asian Games, Tigor bakal meminta jajaran pelatih segera menyiapkan Zohri dan kawan-kawan untuk mengejar tiket ke Olimpiade Paris 2024. Ia mengatakan kualifikasi ke pesta olahraga terbesar di dunia itu bakal berlangsung hingga Juni 2024. "Nanti pelatih-pelatih mengatur periodisasi latihan sehingga dapat mencari kesempatan mengikuti turnamen yang bisa menjadi cara mendapatkan tiket Olimpiade," ujar Tigor.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Mengasah Sprinter Asian Games"