Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Tiket untuk petinju cadangan

Hendrik simangunsong, 22, juara tinju amatir asia 1992. ia mengalahkan petinju kor-sel kim-soo-chai di bangkok. satu-satunya petinju indonesia yang berhak ikut olimpiade.

14 Maret 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HUJAN ciuman "mengguyur" Hendrik Simangunsong. Dan rasa haru pun lahir di kubu petinju Indonesia. Soalnya, petinju kelas menengah ringan itu berhasil mengalahkan petinju Korea Selatan, KimSoochai, di kejuaraan tinju amatir Asia 1992 di Stadion Nasional Bangkok, Muangthai, Rabu pekan lalu. Padahal Hendrik bukan petinju yang diunggulkan. Dari enam petinju yang ke Bangkok itu hanya Hendrik yang mencapai final. Lainnya, gugur sebelum mencapai semifinal. Maka tak berlebihan jika kegembiraan ditumpahkan pada Hendrik. Lagi pula keberhasilan ini mengulang sukses 12 tahun lalu, saat Indonesia juga memunculkan juara Asia. Sebelum ini tercatat Ferry Moniaga, Syamsul Anwar Harahap, Benny Maniani, Frans V.B., dan Wiem Gommies jadi juara Asia. Dengan hasil ini berarti Hendrik, 22 tahun, satu-satunya petinju Indonesia yang sudah mengantongi tiket ke Olimpiade Barcelona Juli mendatang. Kejuaraan ini memang jadi arena seleksi ke Barcelona. Tapi tak berarti lima petinju Indonesia lainnya, Syamsul Bachri Siregar (layang), Stevanus Hery (terbang), Hery Makawimbang (bantam), Rico Maspaitella (bulu), dan Albert Papilaya (menengah) tertutup untuk ikut ke Barcelona. Sebab masih ada lagi kejuaraan di Manila, April mendatang, juga sebagai ajang seleksi. Perjalanan Hendrik di Bangkok cukup alot. Tapi ia berhasil menghadang petinju Pakistan, Abrar Husein, yang pernah mengalahkannya di Asian Games Beijing, 1990. Lalu Hendrik menjegal petinju favorit tuan rumah, Chalit Boonsingkarn, dengan kemenangan angka di semifinal. Di final lebih seru lagi. Hendrik dan Kim SooChai berbagi angka ketat dalam pengumpulan nilai. Untunglah, 30 detik menjelang gong akhir di ronde terakhir, pukulan straight kanannya menghantam muka Soo-Chai. "Betul-betul menegangkan," kata Sekjen Pengurus Besar Persatuan Tinju Amatir Indonesia (PB Pertina) Harmidy Haroen, yang pada acara itu merangkap anggota juri. "Hendrik menang tipis. Hanya berbeda satu pukulan. Namun, pertandingannya bersih dan cantik," kata pelatih kepala Zulkaryono. Hendrik benar-benar mematuhi bertinju gaya Olympic Style yang ditekankan Zulkaryono. Dengan gaya itu, pukulannya menjadi gampang dinilai. "Pukulan semacam itu langsung kena sasaran dan lebih mudah dicatat komputer," kata Zulkaryono. Hendrik juga diminta tidak memblok pukulan lawan. Ia lebih ditekankan untuk menghindar agar tenaga lawan terkuras. Di samping unsur kemampuan teknis, postur tubuh Hendrik juga menunjang. Dengan tinggi 1,78 meter dan berat 71 kilo, petinju asal Labuhan Batu, Sumatera Utara, itu ideal di kelasnya. "Selain postur tubuh, otak anak ini juga jalan. Ia cepat membaca kesempatan, kapan saat paling tepat menyarangkan pukulan," ujar Zulkaryono memuji. Hanya saja, yang masih dirasakan Zulkaryono adalah kelemahan footwork Hendrik. Nah, kelemahan inilah yang kini lebih dibenahi. Misalnya, menambah porsi lari (selama ini diharuskan lari 7 km dua kali seminggu) buat Hendrik. Kelincahan kakinya juga diperkuat. "Di sini kan banyak permainan yang bisa menambah kelincahan," kata Zulkaryono. Dan Hendrik orang yang cepat bisa menguasai seluruh permainan. Hendrik adalah godokan pelatnas program jangka panjang, sejak 1990 lalu. Ada kesulitan lain, yakni mencari sparing patner buat Hendrik. Maka Zulkaryono menyambut baik usul pelatih tinju Ferry Moniaga agar Hendrik dikirim berlatih ke Eropa atau Amerika. Sebab di sana memang gudang petinju kelas menengah ringan ke atas. "Saya setuju usul itu," kata Zulkaryono. Memang ada rencana dari Pertina untuk mengirim mereka lagi ke Jerman sebelum terjun ke Olimpiade Barcelona. Hendrik memang sudah mengenal tinju sejak berusia 16 tahun. Bakat ini menurun bukan dari ayah, tapi dari ibunya, Fatima Siregar. Fatima, selain pengelola sasana tinju Garuda Sakti, juga wasit hakim tinju daerah Labuhan Batu. Tak mengherankan jika tujuh dari sebelas saudara Hendrik akrab dengan sarung tinju. Pengalaman bertanding internasional Hendrik masih minim, baru 12 kali (sembilan kali memang, tiga kali kalah). Pada awal penampilannya, Hendrik tak banyak memberi harapan. Malah, usai Asian Games Beijing, ia terpaksa dipulangkan ke daerahnya. "Motivasinya kurang," kata Harmidy menyebut alasan. Tapi hukuman yang memang diarahkan untuk memacu semangatnya itu tak lama. Dua bulan kemudian, orangtuanya mengirim surat meminta agar anaknya diizinkan berlatih lagi. Permintaan itu dikabulkan. Hendrik akhirnya dipersiapkan untuk kejuaraan Asia. Bersama petinju lainnya, Hendrik pernah dua bulan ditempa di Jerman. Pelatih Jerman yang ikut menanganinya ketika kembali ke Jakarta, Helmut Kruger, membisikkan kemajuan Hendrik itu kepada Zulkaryono. Dan Hendrik memang menunjukkannya, antara lain, lewat medali emas SEA Games XVI di Manila, 1991. Namun, Pertina agaknya masih meragukan kemampuannya. Pada kejuaraan Asia di Bangkok itu Hendrik masuk dalam daftar cadangan. Yang cadangan ternyata malah menyelamatkan muka Indonesia. Adakah Hendrik bakal merebut medali di Barcelona? "Jangan bicara target atau medali dulu. Lolos sampai semifinal saja sudah hebat. Tapi saya yakin, kalau hanya babak perdelapan final bisa masuk," kata Zulkaryono. Jika itu memang yang dicanangkan, artinya tak lebih dari apa yang pernah dibuat oleh Ferry Moniaga di Olimpiade Munich, 1972 Ferry mencapai perempat final. Itulah prestasi tertinggi yang pernah dicapai petinju kita. Sri Pudyastuti R. dan Widi Yarmanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus