Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Olahraga

Tragedi Sepak Bola Dunia, Korban Tragedi Kanjuruhan Peringkat Ketiga Disusul Tragedi Hillsborough

Merujuk jumlah korban versi Kapolri sebanyak 125 orang, korban tragedi Kanjuruhan peringkat ketiga di dunia, kemudian tragedi Hillsborough.

3 Oktober 2022 | 13.20 WIB

Keluarga mencocokkan foto suporter korban kerusuhan pertandingan Arema Vs Persebaya di kamar jenazah Rumah Sakit Saiful Anwar Malang, Jawa Timur, Minggu, 2 Oktober 2022.  TEMPO/M Rizky
Perbesar
Keluarga mencocokkan foto suporter korban kerusuhan pertandingan Arema Vs Persebaya di kamar jenazah Rumah Sakit Saiful Anwar Malang, Jawa Timur, Minggu, 2 Oktober 2022. TEMPO/M Rizky

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Tragedi Kanjuruhan berlangsung pada Sabtu, 1 Oktober 2022 malam hari. Tragedi ini terjadi saat Laga BRI Liga 1 antara Arema FC dan Persebaya Surabaya. Tuan rumah, Arema FC, harus takluk dari Persebaya dengan skor 2 - 3.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Hingga berita ini dituliskan, jumlah korban tewas dari Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan belum dapat dikonfirmasi secara pasti. Akan tetapi, merujuk laporan Kapolri Listyo Sigit Prabowo pada Ahad, 2 Oktober 2022, jumlah tewas mencapai 125 orang, bukan 127, 129, atau 130 orang sebagaimana pemberitaan sejauh ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kapolri Jenderal Sigit Sulistyo memberikan update terbaru soal jumlah korban Tragedi Kanjuruhan. Penyebab umum korban tewas juga disampaikan Kepala Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kanjuruhan Kepanjen Bobi Prabowo secara terpisah. Seperti diketahui, kerusuhan terjadi seusai laga Liga 1 Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Sabtu malam, 1 Oktober 2022. 

Kapolri Jenderal Sigit Sulistyo menyebutkan korban meninggal akibat kerusuhan suporter di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Malang sebanyak 125 jiwa. Sebelumnya, jumlah korban meninggal disebutkan 130 orang. “Hasil verifikasi 125, ada yang tercatat ganda,” katanya di Stadion Kanjuruhan, Ahad 2 Oktober 2022.

Penyebab Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan

Perlu diketahui, Tragedi Sepak Bola di Kanjuruhan yang menewaskan hingga 125 orang ini bukan merupakan aksi bentrok antarsuporter. Hal ini disampaikan langsung oleh Menkopolhukam Mahfud MD.

“Perlu saya tegaskan bahwa Tragedi Kanjuruhan itu bukan bentrok antara suporter Persebaya dengan Arema. Sebab, pada pertandingan itu, suporter Persebaya tidak boleh ikut menonton,” kata Mahfud ketika dikonfirmasi oleh Antara pada 2 Oktober 2022.

Mahfud MD menambahkan bahwa kematian ratusan suporter tersebut lebih disebabkan kejadian desak-desakan, terinjak-injak, saling himpit, dan sesak nafas. “Tak ada korban pemukulan atau penganiayaan antarsuporter,” tambahnya.

Merujuk kronologi peristiwa versi polisi yang diterima oleh Tempo, kerusuhan ini terjadi usai beberapa suporter Arema FC, Aremania, memasuki lapangan guna mengungkapkan kekecewaan atas kekalahan tim favoritnya.

Merespons aksi tersebut, aparat keamanan mulanya memberikan peringatan, tetapi tidak diindahkan. Alhasil, polisi mulai menembakan gas air mata ke arah tengah lapangan dan beberapa tribun. Penembakan ini justru membuat para penonton panik dan berebut serta berdesak-desakan untuk keluar stadion.

Tragedi Kanjuruhan dan Bencana Hillsborough

Apabila mengutip situs Priceonomics, Tragedi Kanjuruhan menempati peringkat ketiga dalam sejarah paling mematikan dalam sepak bola di dunia. 

Dengan korban jiwa sebanyak 125 orang, Tragedi Kanjuruhan berada di bawah Tragedi Estadio Nacional di Peru yang menelan korban jiwa hingga 328 orang dan Tragedi Accra di Ghana dengan korban jiwa sebanyak 126 orang.

Jumlah korban Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan ini masih di atas dari Bencana Hillsborough atau Hillsborough Disaster di Inggris pada tahun 1989. Bencana ini terjadi saat pertandingan antara Liverpool dan Nottingham Forest dengan jumlah korban jiwa sebanyak 96 orang. Namun, sumber lain menyebut bahwa korban jiwanya mencapai 97 orang. 

Dikutip dari Britannica, Bencana Hillsborough sebagian besar disebabkan oleh kesalahan polisi. Kepala Inspektur Polisi Yorkshire, David Duckenfield, diketahui menutup gerbang utama dan membuka gerbang samping stadion dengan tujuan untuk mengurai antrean penonton di luar stadion. 

Akan tetapi, tindakan tersebut justru membuat penonton saling berebut masuk dan berdesakan hingga terinjak-injak. Alhasil, laga Liverpool melawan Nottingham Forest dihentikan secara total setelah pertandingan berlangsung sekitar lima menit.

Dalam bencana ini, polisi dituding bersalah karena tidak segera memberlakukan Prosedur Penanganan Insiden Besar secara penuh dan segera. Kendati demikian, pada persidangan tahun 2019, Duckenfield tidak dapat diberi vonis dan dinyatakan tidak bersalah.

Satu-satunya orang yang dihukum adalah Graham Mackrell, petugas keamanan stadion, yang dinyatakan bersalah karena gagal dalam menyediakan jumlah pintu masuk stadion yang memadai.

Lima Tragedi Kelam dalam Sejarah Sepak Bola Dunia

  1. 328 orang tewas dalam Tragedi Estadio Nacional di Peru pada 24 Mei 1964
  2. 126 orang tewas dalam Tragedi Stadion Accra di Ghana, pada 9 Mei 2001
  3. 125 orang tewas dalam Tragedi Kanjuruhan di Malang pada 1 Oktober 2022
  4. 96 orang tewas dalam Tragedi Hillsborough di Inggris pada 15 April 1989
  5. 93 orang tewas akibat hujan es mendadak di Stadion Dasharath, Nepal pada 12 Maret 1988

ACHMAD HANIF IMADUDDIN 

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus