Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Tukang Panggul Air dari Milan

Gaya breaker Gennaro Gattuso mengingatkan pada Claudio Gentile. Kasar tapi tetap sportif.

28 Mei 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam otobiografinya, kapten Liverpool Steven Gerrard pernah mencemooh gelandang bertahan AC Milan itu. “Saya tak pernah khawatir tentang Gennaro Gattuso sebelum, selama, dan setelah pertandingan,” ujarnya. Gerrard masih menambahkan, “Dia terlihat agresif, tapi sesungguhnya dia ketakutan seperti anak kucing. Saya bersumpah tak keberatan bertanding melawan Gattuso tiap pekan.”

Kata-kata ketus itu tercetus tak lama setelah Liverpool menumbangkan AC Milan dalam final Liga Champions yang berlangsung dramatis di Stadion Attaturk, Istanbul, Turki, dua tahun silam. Sempat tertinggal 0-3, Liverpool berhasil menyamakan kedudukan menjadi 3-3, dan akhirnya menjuarai Piala Champions lewat adu penalti.

Dalam pertandingan itu Gattuso bermain keras tanpa kompromi. Dia menerjang tanpa ampun siapa pun pemain Liverpool yang mencoba memasuki daerah pertahanan Milan. Aksi kerasnya itulah yang memancing komentar pedas Gerrard. Namun Gattuso cuma berhasil membendung serangan Liverpool sampai waktu turun minum. Setelah itu gawang Milan mulai kebobolan.

Kamis pagi pekan lalu, Gattuso dan rekan-rekannya berhasil membalas dendam kejadian dua tahun silam. Di Stadion Athena, Yunani, pasukan Rossoneri ganti menekuk anak-anak The Reds dengan skor 2-1. Tampil keras seperti biasa, hingga wajahnya sempat lebam karena beradu dengan kaki sayap Liverpool Boudewijn Zanden, Gattuso membuktikan dia bukan anak kucing. “Saya Pitbull,” katanya menjawab cemooh Gerrard.

Gattuso merupakan contoh breaker sejati di lapangan hijau. Tugasnya? Memotong bola dan merusak irama permainan lawan. Bila perlu dengan jegalan keras. Dalam beberapa pertandingan, pelatih Carlo Ancelotti menempatkannya sebagai pemain sayap. Tapi ia tak pernah memberi umpan silang ke gawang lawan seperti lazim dilakukan pemain sayap konvensional. Sebaliknya ia kerap bergerak ke lapangan tengah, membantu pertahanan.

Kadang kala saja ia maju untuk merebut bola dan diumpankan ke pemain depan. Kemudian ia akan kembali ke posisi bertahan. Gaya permainannya yang ditandai jegalan tanpa ampun membuatnya memperoleh julukan Ringhio alias menggeram. Kesan seramnya bertambah lantaran ia tetap memelihara potongan rambut pelontos setelah sukses membawa Italia menjadi juara dunia.

Ketika menghadapi Manchester United di babak semifinal Liga Champions, ia menempel ketat Cristiano Ronaldo dan Wayne Rooney. Aksinya membuat kedua pemain andalan MU itu tak leluasa mengembangkan permainan. Alur serangan MU pun menjadi kacau. Saking kesal dengan gaya bermain Gattuso yang seperti badak, penggemar Setan Merah--julukan Manchester United--menyebutnya “tukang panggul air dari Milan”.

Permainan Gattuso mengingatkan orang akan Claudio Gentile yang sama-sama berasal dari Italia. Pemain kelahiran 27 September 1953 itu dikenang sebagai salah satu pemain terkeras dan terkasar dalam sejarah sepak bola. Namun ia pula yang menjadi kunci kemenangan Italia dalam Piala Dunia 1982 serta penentu kejayaan Juventus pada periode itu.

Bersama Gaetano Scirea, Gentile menjadi pilar sistem pertahanan gerendel yang diterapkan kesebelasan Italia saat itu. Ia membetot perhatian internasional dalam pertandingan babak kedua melawan juara bertahan Argentina. Ketika itu ia mengawal ketat Diego Maradona dengan menendang dan menjatuhkannya sepanjang pertandingan. Hasilnya, Italia menaklukkan Argentina 2-1.

Dalam pertandingan berikut melawan Brasil, ia mengawali penampilan dengan menjegal keras Zico dari belakang--tindakan yang di masa kini bakal diganjar kartu merah. Beberapa waktu kemudian Gentile menarik kaus bintang Brasil itu hingga sobek. Hasilnya, Brasil menyerah 2-3. Italia terus melaju dan akhirnya menjadi juara setelah di final menumbangkan Jerman Barat 3-1.

Gattuso tak sepenuhnya sama dengan Gentile. Ia memang keras tapi tetap sportif. Sikap itu ditunjukkan tatkala berlaga melawan Manchester United. Suatu ketika ia terjatuh di daerah pertahanan Setan Merah, berdekatan dengan Patrice Evra. Wasit sudah bersiap mencabut kartu kuning kedua untuk bek Setan Merah itu. Namun, dalam keadaan telentang kesakitan, Gattuso memberikan isyarat ke wasit bahwa Evra tak melakukan pelanggaran. Evra selamat, tapi Setan Merah tetap menelan kekalahan.

Nugroho Dewanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus