Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Olahraga

Yang Berlatih, Yang Korban

Atlit-atlit yang mempersiapkan diri ke olimpiade'80 kecewa karena aksi boikot a.l: donald pandiangan, rod dixon, sebastian coe, marry decker, tracy coulkins. tim panahan indonesia akhirnya dikirim ke warsawa.

7 Juni 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DONALD PANDIANGAN AKSI boikot mengalihkan tim panahan Indonesia ke Warsawa. A KONI Pusat memutuskan untuk tidak mengirimkan kontingen ke Olympiade XXII. Tim panahan yang terdiri dari Donald Pandiangan, Adang Ajiji, Murniningsih dan Suminar Rachmat, semula dipersiapkan untuk ke Moskow. Lantaran keputusan KONI Pusat itu, keempatnya akan mengikuti turnamen panahan 'pemanasan' saja di Warsawa. Yang tampak terpukul sekali adalah Pandiangan. "Saya hanya bisa menangis dalam hati," katanya. "Sebab inilah kesempatan bagi saya untuk menunjukkan prestasi." Pandiangan dalam Kejuaraan Panahan Asia di Calcutta (Februari) mencatat skor total 2.540, dan sekaligus menyabet medali emas. Sebagai perbandingan prestasi rata-rata pemanah top di dunia adalah 2.560. Pandiangan, 35 tahun, merasa yakin dengan skornya itu ia bakal mendapat tempat yang baik dalam Olympiade XXII. "Minimal saya masuk 8 besar," katanya. Sudah hampir satu tahun ia mempersiapkan diri, berlatih secara teratur. Pada pagi hari ia melakukan latihan fisik, angkat besi, dan lari sejauh 3 km. Pematangan teknik dilakukannya pada petang hari. Terakhir Pandiangan dalam pelatnas mendapat skor total ronde tunggal 1.265 dan ronde ganda 2.503. Ia menyebut angka itu masih bisa ditingkatkannya. "Kalau harus menunggu Olympiade empat tahun lagi, saya khawatir," ujarnya "Apa prestasi saya nanti masih bisa seperti sekarang?" Dalam Olympiade 1976 di Montreal, Pandiangan sama sekali tak diperhitungkan lawan, ketika prestasinya jauh di bawah angkanya di pelatnas saat ini. Ia waktu itu dalam nomor 90 m dan 70 m menempati urutan ke-10 dengan skor 567 dari kemungkinan 720. Dalam Olympiade, diperlombakan nomor 90 m, 70 m, 50 m, dan 30 m Untuk mencapai skor total tunggal, pertandingan memakan tempo dua hari, dan untuk mencapai skor total ganda semua nomor itu dipertandingkan lagi. Pandiangan, karyawan Perum Angkasa Pura, Jakarta, mengatakan untuk persiapan Olympiade XXII ia telah mengorbankan banyak hal, termasuk karirnya di kantor. "Pertandingan di Warsawa tak akan mengobati kekecewaan saya karena pembatalan ke Olympiade XXII," lanjut Pandiangan. "Saya tak peduli apakah Olympiade itu diselenggarakan di Moskow atau di Majalengka. Yang penting dunia tahu bahwa Indonesia punya pemanah yang baik." Tentang pemboikotan Pandiangan meletakkan dirinya di dua tempat. "Sehagai rakyat Indonesia yang menginginkan perdamaian, saya muak melihat kelakuan Rusia di Afghanistan," katanya. Tapi ia juga menilai bahwa boikot bukanlah senjata efektif untuk mengubah pendirian Soviet. "Barangkali akan lebih besar manfaatnya. jika yang dilakukan adalah pemutusan hubungan diplomatik, hubungan dagang, dan sebagainya. Atau setidaknya mengurangi personal kedutaan besar di Moskow." Pandiangan menganggap lucu pemhoikotan Olympiade XXII oleh KONI Pusat. Alasannya, pemerintah Indonesia secara resmi belum mengeluarkan sikap. "Seharusnya KONI Pusat bertindak sehaluan dengan keinginan atlet," ujarnya. ROD DIXON TERAKHIR ia memenangkan medali perunggu lomba lari 1.500 m dalam Olympiade 1972 di Muenchen. Tapi di gelanggang atletik internasional. Rod Dixon, atlet kawakan Selandia Baru, masih tetap diperhitungkan lawan. Dalam heboh boikot Olympiade Moskow, nama Dixon meroket tinggi. Ia, semula berharap ikut, kemudian berterus-terang tidak akan pergi ke Moskow. Mengecam invasi Soviet ke Afghanistan, ia bahkan menganjurkan agar Komite Olympiade Selandia Baru mengikuti jejak boikot Amerika Serikat. Pekan lalu, Komite Olympiade Selandia Baru memutuskan akan mengirim atlet ke Moskow. Keputusan itu diambil lewat pemungutan suara -- 12 setuju, 6 menolak, dan 2 blanko. Tapi dalam melakukan boikot secara pribadi Dixon tak sendiri. Brian Adams, anggota kontingen Inggris ke Olympiade 1976 di Montreal, juga menolak untuk ke Moskow. Alasannya, soal agama. "Banyak orang Kristen yang dipenjarakan di Soviet," kata Adams. DI lintasan lari jarak menengah, Sebastian Coe menjadi perhatian dunia. Memegang rekor lomba lari 800 m dan 1.500 m, ia diramalkan bakal menyabet dua medali mas Olympiade XXII di Moskow. "Sebagai atlet memang-itulah-ambisi saya," katanya. Adalah Peter Snell dai Selandia Baru yang pernah. merajai dua nomor jarak menengah Olympiade di Toko, 1964. Coc, 23 tahun, sudah mempersiapkan diri hampir sepuluh bulan. Tiap hari, pagi-sore, ia berlatih di bawah pengawasan ayahnya, Peter Coe. Sekarang ini ia sedang sibuk melakukan pertandingan 'pemanasan' dari satu kota ke kota lain di Eropa Terakhir, sebelum ke Moskow, ia akan mengikuti lomba lari di Oslo, 1 Juli. Tapi catatan prestasi kelilingnya belum memukau. Waktu turun (24 Mei) di Crystal Palace, London, ia mencatat tcmpo 1 menit 47,5 detik. Sedang rekor lari 800 m atas namanya sendiri adalah 1 menit 42,4 detik. Peter menyatakan putranya akan mencapai prestasi puncak waktu turun dalam Olympiade XXII. Coe, Olahragawan Terbaik 1979 pilihan British Broadc?sting Corporation (BBC), termasuk beruntung. Anjuran PM Margaret Thatcher agar atlet Inggris mengikuti jejak boikot Amerika Serikat tidak dipedulikan oleh Komite Olympiade Inggris (BOA). I/lenurut Richard Palmer, Sekjen BOA, kontingen Inggris akan berjumlah 240 atlet. "Angka itu bisa bertambah sesuai dengan dana yang tersedia," kata Palmer kepada TEMPO di London. Ia belum mengungkapkan nama atlet terpilih. MARY DECKER TAHUN 1976, ia berharap bisa mewakili Amerika Serikat dalam Olympiade XXI di Montreal. Tapi dalam latihan putri ini menderita cedera. "Waktu itu saya hanya bisa menangis, dan berharap suatl saat dapat berlari lagi," kenang pelari Mary Decker. Hampir empat tahun kemudian Decker kembali memperlihatkan kebolehannya sebagai pelari unggul. Di Auckland, Selandia Baru, ia Februari lalu membetot rekor dunia lomba lari 1 mil (1.609 m) dalam tempo 4 menit 21,7 detik. Sebelumnya Natalia Maracescu dari Rumania mencatat 0,4 detik lebih lamban. "Kalau anda betul-betul menginginkan sesuatu, tidak ada tempat untuk puas dengan yang sedang-sedang saja," kata Decker. " Itulah sikap saya terhadap olahraga lari." Decker, 21 tahun untuk lomba lari jarak menengah saja ini memang hampir tanpa tanding. Ia juga pemegang rekor dunia lari 1.500 m putri. Saingan beratnya barangkali cuma . Tatiana Kazankina kampiun Olympiade XXI dari Soviet. Tapi, sementara ini, Decker jauh lebih unggul. Rekor Decker adalah 4 menit 0,81 detik, dibandihg Kazankina 4 menit 05,48 detik. Prestasi itu ditempuh Decker dalam pembinaan yang panjang. Mulai terjun ke arena pertandingan atletik pada usia 12 tahun, ia baru mengorbit ke tingkat dunia awal 1974. Ketika itu ia memenangkan lomba lari 880 ard (sekitar 800 m) gelanggang tertutup di San Diego dalam 2 menit 02,4 detik, waktu itu rekor dunia. Untuk persiapanOlympiade XXII di Moskow ia berlari 90 mil dalam seminggu. Dan saat ini ia berada dalam kondisi menuju puncak. Kalau AS tidak memboikot, pasar taruhan tak pelak lagi untuk Decker. Tapi itu tinggal impian. "Seperti olahragawan AS lainnya, saya merasa kesempatan saya untuk bertanding telah dirampas," katanya. "Saya sangat kecewa. Apalagi saya belum pernah ikut Olympiade." TRACY CAULKINS IA dijuluki 'ratu kolam' tanpa tara di Amerika Serikat saat ini. Malah ia "mungkin perenang terbesar di dunia," komentar Peter Daland, pelatih renang Universitas Southern California. Itulah Tracy Caulkins, pemegang dua rekor dunia 200 m (2 menit I ,07 detik) dan 400 m (4 menit 40,83 detik) gaya ganti perorangan. Caulkins, menurut Daland, memiliki kecepatan untuk renang jarak pendek dan stamina yang tangguh buat jarak jauh. Juga "konsentrasinya jauh melebihi yang lain." Tiap pagi, jam 5.30, sebelum mencebur ke kolam ia digenjot oleh Don Talbert, pelatih tim Olympiade AS dengan latihan fisik berat. Caulkins, jua perenang lain, diperintahkan Talbert untuk berkeliling kolam dengan memakai tongkat penopang (crutch) dan bergantian dengan kursi roda. Masing-masing empat kali putaran. Variasi lain adalah merangkak keliling kolam serta memanjat tambang. "Semua itu untuk mengembangkan otot yang kuat di bagian atas tubuh," kata Talbert. Di kolam, dan ini merupakan acara rutin, Caulkins dilatih renang gaya bebas secara nonstop menempuh jarak 6.000 m. Tiap hari ia berlatih lima sampai enam jam. Kerja keras itu dilakukannya dengan target medali emas Olympiade XXII di Moskow. Tapi keinginannya itu, setelah AS memutuskan boikot, tak mungkin terkabul. Bagaimana dengan olympiade l984 di Los Angeles? Caulkins, kini berusia 17 tahun, dianggap sudah perenang 'setengah umur' pada saat itu. Dan sulit untuk diharapkan berprestasi baik seperti sekarang. Caulkins agak kecewa. Tapi ia tidak menghentikan latihannya. "Kalau tidak bisa bertanding tahun 1980, mungkin bisa tahun depan," katanya. Tahun depan? Tentu saja bukan dalam Olympiade.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus