DONALD PANDIANGAN
AKSI boikot mengalihkan tim panahan Indonesia ke Warsawa. A
KONI Pusat memutuskan untuk tidak mengirimkan kontingen ke
Olympiade XXII. Tim panahan yang terdiri dari Donald Pandiangan,
Adang Ajiji, Murniningsih dan Suminar Rachmat, semula
dipersiapkan untuk ke Moskow. Lantaran keputusan KONI Pusat itu,
keempatnya akan mengikuti turnamen panahan 'pemanasan' saja di
Warsawa.
Yang tampak terpukul sekali adalah Pandiangan. "Saya hanya bisa
menangis dalam hati," katanya. "Sebab inilah kesempatan bagi
saya untuk menunjukkan prestasi." Pandiangan dalam Kejuaraan
Panahan Asia di Calcutta (Februari) mencatat skor total 2.540,
dan sekaligus menyabet medali emas. Sebagai perbandingan
prestasi rata-rata pemanah top di dunia adalah 2.560.
Pandiangan, 35 tahun, merasa yakin dengan skornya itu ia bakal
mendapat tempat yang baik dalam Olympiade XXII. "Minimal saya
masuk 8 besar," katanya.
Sudah hampir satu tahun ia mempersiapkan diri, berlatih secara
teratur. Pada pagi hari ia melakukan latihan fisik, angkat besi,
dan lari sejauh 3 km. Pematangan teknik dilakukannya pada
petang hari.
Terakhir Pandiangan dalam pelatnas mendapat skor total ronde
tunggal 1.265 dan ronde ganda 2.503. Ia menyebut angka itu masih
bisa ditingkatkannya. "Kalau harus menunggu Olympiade empat
tahun lagi, saya khawatir," ujarnya "Apa prestasi saya nanti
masih bisa seperti sekarang?"
Dalam Olympiade 1976 di Montreal, Pandiangan sama sekali tak
diperhitungkan lawan, ketika prestasinya jauh di bawah angkanya
di pelatnas saat ini. Ia waktu itu dalam nomor 90 m dan 70 m
menempati urutan ke-10 dengan skor 567 dari kemungkinan 720.
Dalam Olympiade, diperlombakan nomor 90 m, 70 m, 50 m, dan 30 m
Untuk mencapai skor total tunggal, pertandingan memakan tempo
dua hari, dan untuk mencapai skor total ganda semua nomor itu
dipertandingkan lagi.
Pandiangan, karyawan Perum Angkasa Pura, Jakarta, mengatakan
untuk persiapan Olympiade XXII ia telah mengorbankan banyak hal,
termasuk karirnya di kantor. "Pertandingan di Warsawa tak akan
mengobati kekecewaan saya karena pembatalan ke Olympiade XXII,"
lanjut Pandiangan. "Saya tak peduli apakah Olympiade itu
diselenggarakan di Moskow atau di Majalengka. Yang penting dunia
tahu bahwa Indonesia punya pemanah yang baik."
Tentang pemboikotan Pandiangan meletakkan dirinya di dua tempat.
"Sehagai rakyat Indonesia yang menginginkan perdamaian, saya
muak melihat kelakuan Rusia di Afghanistan," katanya. Tapi ia
juga menilai bahwa boikot bukanlah senjata efektif untuk
mengubah pendirian Soviet. "Barangkali akan lebih besar
manfaatnya. jika yang dilakukan adalah pemutusan hubungan
diplomatik, hubungan dagang, dan sebagainya. Atau setidaknya
mengurangi personal kedutaan besar di Moskow."
Pandiangan menganggap lucu pemhoikotan Olympiade XXII oleh KONI
Pusat. Alasannya, pemerintah Indonesia secara resmi belum
mengeluarkan sikap. "Seharusnya KONI Pusat bertindak sehaluan
dengan keinginan atlet," ujarnya.
ROD DIXON
TERAKHIR ia memenangkan medali perunggu lomba lari 1.500 m
dalam Olympiade 1972 di Muenchen. Tapi di gelanggang atletik
internasional. Rod Dixon, atlet kawakan Selandia Baru, masih
tetap diperhitungkan lawan.
Dalam heboh boikot Olympiade Moskow, nama Dixon meroket tinggi.
Ia, semula berharap ikut, kemudian berterus-terang tidak akan
pergi ke Moskow. Mengecam invasi Soviet ke Afghanistan, ia
bahkan menganjurkan agar Komite Olympiade Selandia Baru
mengikuti jejak boikot Amerika Serikat.
Pekan lalu, Komite Olympiade Selandia Baru memutuskan akan
mengirim atlet ke Moskow. Keputusan itu diambil lewat pemungutan
suara -- 12 setuju, 6 menolak, dan 2 blanko.
Tapi dalam melakukan boikot secara pribadi Dixon tak sendiri.
Brian Adams, anggota kontingen Inggris ke Olympiade 1976 di
Montreal, juga menolak untuk ke Moskow. Alasannya, soal agama.
"Banyak orang Kristen yang dipenjarakan di Soviet," kata Adams.
DI lintasan lari jarak menengah, Sebastian Coe menjadi perhatian
dunia. Memegang rekor lomba lari 800 m dan 1.500 m, ia
diramalkan bakal menyabet dua medali mas Olympiade XXII di
Moskow. "Sebagai atlet memang-itulah-ambisi saya," katanya.
Adalah Peter Snell dai Selandia Baru yang pernah. merajai dua
nomor jarak menengah Olympiade di Toko, 1964.
Coc, 23 tahun, sudah mempersiapkan diri hampir sepuluh bulan.
Tiap hari, pagi-sore, ia berlatih di bawah pengawasan ayahnya,
Peter Coe. Sekarang ini ia sedang sibuk melakukan pertandingan
'pemanasan' dari satu kota ke kota lain di Eropa Terakhir,
sebelum ke Moskow, ia akan mengikuti lomba lari di Oslo, 1 Juli.
Tapi catatan prestasi kelilingnya belum memukau. Waktu turun (24
Mei) di Crystal Palace, London, ia mencatat tcmpo 1 menit 47,5
detik. Sedang rekor lari 800 m atas namanya sendiri adalah 1
menit 42,4 detik. Peter menyatakan putranya akan mencapai
prestasi puncak waktu turun dalam Olympiade XXII.
Coe, Olahragawan Terbaik 1979 pilihan British Broadc?sting
Corporation (BBC), termasuk beruntung. Anjuran PM Margaret
Thatcher agar atlet Inggris mengikuti jejak boikot Amerika
Serikat tidak dipedulikan oleh Komite Olympiade Inggris (BOA).
I/lenurut Richard Palmer, Sekjen BOA, kontingen Inggris akan
berjumlah 240 atlet. "Angka itu bisa bertambah sesuai dengan
dana yang tersedia," kata Palmer kepada TEMPO di London. Ia
belum mengungkapkan nama atlet terpilih.
MARY DECKER
TAHUN 1976, ia berharap bisa mewakili Amerika Serikat dalam
Olympiade XXI di Montreal. Tapi dalam latihan putri ini
menderita cedera. "Waktu itu saya hanya bisa menangis, dan
berharap suatl saat dapat berlari lagi," kenang pelari Mary
Decker.
Hampir empat tahun kemudian Decker kembali memperlihatkan
kebolehannya sebagai pelari unggul. Di Auckland, Selandia Baru,
ia Februari lalu membetot rekor dunia lomba lari 1 mil (1.609 m)
dalam tempo 4 menit 21,7 detik. Sebelumnya Natalia Maracescu
dari Rumania mencatat 0,4 detik lebih lamban. "Kalau anda
betul-betul menginginkan sesuatu, tidak ada tempat untuk puas
dengan yang sedang-sedang saja," kata Decker. " Itulah sikap
saya terhadap olahraga lari."
Decker, 21 tahun untuk lomba lari jarak menengah saja ini memang
hampir tanpa tanding. Ia juga pemegang rekor dunia lari 1.500 m
putri. Saingan beratnya barangkali cuma . Tatiana Kazankina
kampiun Olympiade XXI dari Soviet. Tapi, sementara ini, Decker
jauh lebih unggul. Rekor Decker adalah 4 menit 0,81 detik,
dibandihg Kazankina 4 menit 05,48 detik.
Prestasi itu ditempuh Decker dalam pembinaan yang panjang. Mulai
terjun ke arena pertandingan atletik pada usia 12 tahun, ia baru
mengorbit ke tingkat dunia awal 1974. Ketika itu ia memenangkan
lomba lari 880 ard (sekitar 800 m) gelanggang tertutup di San
Diego dalam 2 menit 02,4 detik, waktu itu rekor dunia.
Untuk persiapanOlympiade XXII di Moskow ia berlari 90 mil dalam
seminggu. Dan saat ini ia berada dalam kondisi menuju puncak.
Kalau AS tidak memboikot, pasar taruhan tak pelak lagi untuk
Decker. Tapi itu tinggal impian.
"Seperti olahragawan AS lainnya, saya merasa kesempatan saya
untuk bertanding telah dirampas," katanya. "Saya sangat kecewa.
Apalagi saya belum pernah ikut Olympiade."
TRACY CAULKINS
IA dijuluki 'ratu kolam' tanpa tara di Amerika Serikat saat ini.
Malah ia "mungkin perenang terbesar di dunia," komentar Peter
Daland, pelatih renang Universitas Southern California. Itulah
Tracy Caulkins, pemegang dua rekor dunia 200 m (2 menit I ,07
detik) dan 400 m (4 menit 40,83 detik) gaya ganti perorangan.
Caulkins, menurut Daland, memiliki kecepatan untuk renang jarak
pendek dan stamina yang tangguh buat jarak jauh. Juga
"konsentrasinya jauh melebihi yang lain."
Tiap pagi, jam 5.30, sebelum mencebur ke kolam ia digenjot oleh
Don Talbert, pelatih tim Olympiade AS dengan latihan fisik
berat. Caulkins, jua perenang lain, diperintahkan Talbert untuk
berkeliling kolam dengan memakai tongkat penopang (crutch) dan
bergantian dengan kursi roda. Masing-masing empat kali putaran.
Variasi lain adalah merangkak keliling kolam serta memanjat
tambang. "Semua itu untuk mengembangkan otot yang kuat di bagian
atas tubuh," kata Talbert.
Di kolam, dan ini merupakan acara rutin, Caulkins dilatih renang
gaya bebas secara nonstop menempuh jarak 6.000 m. Tiap hari ia
berlatih lima sampai enam jam. Kerja keras itu dilakukannya
dengan target medali emas Olympiade XXII di Moskow. Tapi
keinginannya itu, setelah AS memutuskan boikot, tak mungkin
terkabul.
Bagaimana dengan olympiade l984 di Los Angeles? Caulkins,
kini berusia 17 tahun, dianggap sudah perenang 'setengah umur'
pada saat itu. Dan sulit untuk diharapkan berprestasi baik
seperti sekarang.
Caulkins agak kecewa. Tapi ia tidak menghentikan latihannya.
"Kalau tidak bisa bertanding tahun 1980, mungkin bisa tahun
depan," katanya. Tahun depan? Tentu saja bukan dalam Olympiade.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini