Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Warga Palestina punya tradisi spesial dalam menyambut Ramadan dan Idul Fitri. Salah satunya membuat kue qatayef. Menurut Imam Besar Masjid Al-Furgan di Gaza, Palestina, Syaikh Mohammad A.R. Kullab, kue qatayef atau panekuk Arab merupakan hidangan bulan puasa. Kue itu berbentuk bulat dari adonan tepung dengan topping kismis juga kelapa. Lapisan kue itu lalu ditutup dengan kue lain kemudian digoreng atau dipanggang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kue qatayef semakin manis setelah disiram madu atau air gula. Adapun minuman yang disajikan juga khas. "Namanya tamar Hindi dan kembang kering yang dijadikan semacam teh," kata Syaikh kepada Tempo melalui bantuan penerjemah, akhir pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Syaikh datang ke Bandung atas undangan Dewan Dakwah Jawa Barat. Dia berkeliling ke beberapa masjid. Akhir pekan lalu, dia singgah di Masjid Raya Bale Aweuhan Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang, sekaligus menjadi imam salat wajib dan tarawih serta penceramah.
Dia mengatakan gairah warga selama Ramadan terlihat di pasar. Walau ekonomi masih sulit, pasar tetap ramai. Kalaupun barang jualan ada yang tidak laku, kata Syaikh, pedagangnya tetap senang. "Karena sudah jadi tradisi mereka, semua orang tersenyum saling silaturahmi," ujar dia.
Tradisi lain selama Ramadan warga Palestina, kata Syaikh, adalah mempercantik rumah serta menghias jalanan dan masjid. Ramadan merupakan bulan yang mulia bagi umat muslim, termasuk di Palestina. "Kami menyambutnya dengan sukacita," ujar dia.
Masalah lain adalah soal harga bahan pokok yang biasanya akan naik, sementara gaji pegawai di Jalur Gaza masih belum memadai. Perekonomian warga masih sulit. "Walau hidup serba pas-pasan, ini tidak mempengaruhi warga bersukacita menyambut Ramadan. Masjid-masjid tetap penuh," ujar dia.
Alasan yang membuat warga Palestina bahagia selama Ramadan adalah karena puasa termasuk rukun Islam, dan silaturahmi terjalin dari salat berjemaah sehingga menimbulkan ikatan sesama muslim. "Pada bulan-bulan sebelum Ramadan, kami bertemu tetangga kesempatannya pada Ramadan seperti saat tarawih, salat malam."
ANWAR SISWADI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo