Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Jabodetabek Panas dan Minim Hujan Setelah Banjir Parah Awal Pekan Lalu, Ini Penjelasannya

Cuaca panas dan minim hujan ini bertahan sampai akhir bulan saja. Jabodetabek harus waspada banjir lagi April nanti.

15 Maret 2025 | 13.04 WIB

Ilustrasi Cuaca DKI Jakarta yang berawan. Tempo/Tony Hartawan
Perbesar
Ilustrasi Cuaca DKI Jakarta yang berawan. Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa hari terakhir cuaca di Jabodetabek, juga Jawa bagian barat, lebih banyak berawan. Semula sempat dikhawatirkan hujan intensitas tinggi masih akan bertahan seperti yang menyebabkan bencana banjir luas dan parah sepanjang pekan lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut peneliti di Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, kondisi cuaca itu sesuai prediksi sebelumnya menggunakan model cuaca Kamajaya yang dikembangkan BRIN. Telah dinyatakan sebelumnya bahwa potensi hujan ekstrem hanya ada pada dasarian (10 hari) pertama Maret dan akan kembali hadir pada dasarian pertama April nanti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Adapun yang terjadi saat ini, Erma mengatakan, seluruh faktor yang bisa mengundang potensi hujan intensitas tinggi telah menjauh. "Terutama yang bisa memicu cuaca ekstrem, yakni Gelombang Kelvin dan Rossby," katanya saat dihubungi pada Jumat sore, 14 Maret 2025.

Profesor riset bidang klimatologi ini merinci faktor pertemuan Kelvin-Rossby yang sudah tidak lagi di wilayah Jabodetabek. Pun tidak ada indikasi klasterisasi awan massif di Samudra Hindia yang bisa berpotensi menuju Jawa bagian barat. "Vorteks selatan Samudra Hindia juga sudah menjauh ke tengah dan luruh setelah berubah jadi Badai Tropis Ivonne," tuturnya.

Kalaupun masih terjadi hujan deras di Jabodetabek dan Jawa bagian barat pada hari-hari ini, kata Erma, itu adalah hujan lokal. Ditambah lagi, lebih banyak awan hujan yang terbentuk di lautan. "Jadi hujannya turun di laut maka itu intensitas hujan tidak tinggi lagi (di darat)."

Kondisinya akan berbeda pada akhir Maret ke awal April nanti. Erma memberi peringatan dini akan adanya peningkatan hujan pada periode dasarian pertama April itu. Dan, peningkatan akan lebih ekstrem pada akhir April atau dasarian 3. Saat itu, dia memprediksi, "Curah hujan bisa mencapai 800-900 mm di Jabodetabek."

Sebagai catatan, curah hujan lebih dari 100 mm per hari tergolong hujan lebat. Lebih dari 150 mm per hari adalah hujan ekstrem.

Erma menerangkan, selama April nanti, penguatan angin dari utara diperkirakan terbentuk secara kontinyu. Penyebabnya adalah pembentukan vorteks di Samudra Hindia sebelah barat daya Jawa Barat. Efek ini diperkuat dengan pertemuan gelombang di atmosfer yaitu Kelvin dan Rossby. 

"Faktor-faktor penyebabnya mengulang kondisi cuaca ekstrem pada awal Maret lalu," kata Erma. Dia menambahkan, resultan dari beberapa gelombang atmosfer yang diperkuat dengan angin dari utara yang terbentuk secara lokal di utara Jakarta berperan memicu kembali cuaca ekstrem, "Yang terutama terjadi pada akhir April."

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus