Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia memiliki beberapa satuan tradisional yang berasal dari kebiasaan masyarakat sebelum sistem Satuan Internasional diterapkan secara luas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Beberapa satuan ukuran tradisional tersebut masih digunakan dalam kehidupan sehari-hari di daerah tertentu atau dalam kegiatan tertentu, contohnya mayam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mayam adalah satuan berat yang sering digunakan khususnya bagi masyarakat Aceh. Lantas, 1 mayam berapa gram? Ini konversinya serta penjelasan apa itu mayam.
Apa Itu Mayam?
Dikutip dari buku Emas dan Gaya Hidup Masyarakat Aceh, mayam adalah satuan ukuran emas murni yang secara khusus hanya ada di masyarakat Aceh.
Emas memang begitu spesial bagi masyarakat Aceh hingga masyarakatnya menciptakan takaran sendiri yang membedakan dengan takaran di daerah-daerah lain.
Ukuran mayam hingga kini masih dijadikan acuan oleh masyarakat Aceh dalam melakukan transaksi, baik jual maupun beli.
Selain itu, ukuran ini juga digunakan sebagai jeuname orang Aceh yang ingin menikahkan anaknya, di mana mereka akan meminta mahar dari calon besan dengan menggunakan satuan mayam.
1 Mayam Berapa Gram?
Jika dikonversikan ke dalam gram, satu mayam setara dengan 3,33 gram emas murni. Dengan demikian, jika seseorang berjanji untuk memberikan mahar sebesar 10 mayam, maka ia harus menyerahkan 33,3 gram emas murni.
Dengan harga emas saat ini yang mencapai Rp1.527.000 per gram (28 Oktober 2024), maka total nilai mahar tersebut setara dengan Rp50.849.100 juta.
Penggunaan Mayam dalam Kehidupan Sehari-hari
Meskipun penggunaan kilogram dan gram telah menjadi ukuran berat dalam sistem Satuan Internasional (SI), mayam untuk menghitung berat emas masih tetap digunakan di Aceh. Pasalnya, emas adalah bagian dari gaya hidup yang telah tertanam kuat dari generasi ke generasi bagi masyarakat Aceh.
Salah satu contoh yang sering terlihat hingga kini adalah ketika seorang lelaki berniat menikahi wanita Aceh, ia harus mempersiapkan emas sebagai mahar (jeunamee).
Meskipun hanya 1 atau 2 mayam, mahar tersebut tetap harus dalam bentuk emas. Tapi biasanya, orang-orang biasa memberikan mahar sekitar 10 mayam, sementara orang kaya memberikan sekitar 16 mayam. Terkadang, ada juga yang memberikan hingga 20 atau 30 mayam.
Penggunaan mahar yang tinggi juga sering kali dijadikan sinyal untuk menolak lamaran secara halus tanpa merendahkan martabat masyarakat Aceh.
Meskipun demikian, masyarakat Aceh tetap berusaha memenuhi mahar yang tinggi tersebut. Melalui mahar pernikahan, stratifikasi sosial masyarakat Aceh dapat terlihat.
Memberikan mahar yang besar juga menjadi kebanggaan, mengingat di masa lalu ada yang membawa jeuiname sebesar 1 bongkal atau setara 16 mayam emas.
Tradisi lain yang melibatkan emas di masyarakat Aceh adalah dalam aktivitas gadai. Pada masa lalu, emas juga digunakan sebagai gigi pengganti.
Banyak perempuan yang mengenakan gigi emas, dan beberapa pria juga memakainya. Selain berfungsi sebagai pengganti gigi yang hilang, gigi emas juga menjadi simbol gaya hidup yang mencerminkan status sosial pemakainya.