Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ALDI Raharja banting setir. Setelah berhenti dari pekerjaannya sebagai geofisikawan di Australia pada 2016, ia lantas membuka kedai kopi di Bandung. “Gara-gara dicekokin kopi hitam terus sama bos, saya akhirnya kenal kopi,” kata lulusan Fisika Institut Teknologi Bandung pada 2012 itu. Pasokan bahannya diperoleh dari petani kopi lokal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meskipun kemampuan lidah dan hidungnya tidak setajam penguji kopi berlisensi, Aldi bisa merasakan perbedaan kualitas kopi dari pemasok yang sama. Dia menduga perbedaan itu terjadi karena proses pengolahannya masih tradisional, maka kualitas kopi jadi tidak konsisten.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Aldi bersama dua rekan kuliahnya, Ahmad Radhy dan Azmy Ansori, kemudian mencari solusi soal itu. Bermodal uang Rp 2,5 juta, mereka mengembangkan alat penjaga mutu kopi yang diberi nama CeriTech. Dirintis sejak April, alat itu rampung pada Oktober 2019. CeriTech baru akan diluncurkan ke pasar tahun depan.
Perangkat CeriTech terbagi menjadi dua: CeriFer dan CeriGar. CeriFer, akronim dari ceri kopi fermentasi, dibuat untuk mengukur suhu dan tingkat keasaman atau basa (pH) saat proses fermentasi biji kopi. Adapun CeriGar akronim dari ceri garing alias kering. Fungsinya untuk mengukur suhu, kelembapan, dan intensitas cahaya saat proses pengeringan biji kopi.
Hasil pengukuran CeriTech akan dihubungkan lewat aplikasi sehingga pengguna bisa memantau proses fermentasi dan pengeringannya dari jarak jauh melalui telepon seluler pintar. “Data hasil pengukurannya bisa direkam dan dipakai menjadi tolok ukur untuk replikasi kualitas kopi,” ucap Aldi, Sabtu, 24 Oktober lalu. CeriTech setidaknya telah diuji dua kali, di Bandung dan Aceh. “Hasil pengukuran alatnya sesuai dengan harapan,” ujarnya.
CeriTech, Si Pengawas Kopi/Tempo
Inovasi itu mengantarkan tim CeriTech masuk tiga besar dalam University Startup World Cup 2020 di Wenzhou, Cina. Pada babak final 17-19 Oktober lalu, CeriTech masuk kategori Information Communication Technology. Sebelumnya, CeriTech panen beberapa penghargaan tahun lalu, seperti juara di Environmental and Space Arduino Community Challenge di Milan, Italia.
Aldi menambahkan, pengembangan ke depan, mereka ingin membuat sistem pendataan kopi lokal yang terintegrasi dari hulu sampai hilir. Karena belum ada acuannya, penggunaan CeriTech sekaligus menjadi proyek riset untuk mengukur proses produksi kopi sehingga bisa direplikasi dan pendekatan untuk konsistensi kualitasnya.
Aldi mencontohkan Kolombia yang sudah memiliki semacam acuan dari hasil riset, misalnya untuk pengeringan biji kopi yang ideal pada suhu tertentu. Namun pakem itu belum tentu cocok bagi petani kopi lokal di Indonesia. “Karena, misalnya, ada variabel kelembapan udara yang berbeda,” tutur mahasiswa program S-2 Teknik Industri ITB itu.
Pengukuran kualitas kopi lokal, kata Aldi, layak dilakukan untuk memberi nilai lebih terhadap kopi kita. “Sekarang tren itu sudah ke arah sana, jadi penting juga kita bisa sediakan cerita dan data yang tervalidasi untuk menaikkan harga dan posisi tawar kopi kita,” dia menambahkan.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo