Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Laporan terbaru Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) menyoroti pentingnya makanan sekolah bagi kesehatan dan kemampuan belajar murid. Meski akses murid terhadap makanan di sekolah sudah dimudahkan, perhatian terhadap nilai gizi dan bahan pangan yang digunakan dianggap belum cukup.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Laporan berjudul Education and Nutrition: Learn to Eat Well, yang dirilis dalam acara Nutrition for Growth di Prancis, menekankan perlunya standar gizi dalam makanan di sekolah. Hampir sepertiga atau 27 persen makanan sekolah di seluruh dunia pada 2022 disiapkan tanpa konsultasi dengan ahli gizi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay mengatakan separuh murid sekolah dasar di dunia sudah mendapat akses terhadap makanan gratis di sekolah, berkat investasi yang besar. “Namun kita perlu melangkah lebih jauh dan melihat apa yang sebenarnya ada di piring mereka” katanya melalui keterangan tertulis pada Senin, 7 April 2025.
Azoulay menjamin UNESCO selalu mendorong penggunaan bahan pangan yang lebih sehat dan bergizi. Ada juga edukasi gizi dalam kurikulum sekolah. Organisasi ini berfokus meningkatkan keseimbangan makanan agar anak sekolah dapat tumbuh dengan baik. “Hal ini adalah isu besar bidang kesehatan dan pendidikan," ujarnya.
Merujuk catatan UNESCO, sudah ada seperempat murid di dunia yang mendapat manfaat dari makanan sekolah pada 2024. Angkanya meningkat menjadi 47 persen di tingkat sekolah dasar.
Studi UNESCO pada 2023 menunjukkan program makan di sekolah tidak hanya membantu mengatasi kekurangan gizi, tapi juga mendukung proses pembelajaran. Ketersediaan makanan di sekolah tercatat meningkatkan angka pendaftaran siswa hingga 9 persen, meningkatkan kehadiran murid sebesar 8 persen, dan juga meningkatkan hasil pembelajaran murid.
Dari 187 negara yang dievaluasi, hanya 93 negara yang memiliki regulasi, standar, atau pedoman terkait makanan dan minuman di sekolah. Dari jumlah tersebut, hanya 65 persen yang memiliki standar aturan penjualan makanan dan minuman di kantin, toko makanan, serta mesin penjual otomatis.
Menurut Azoulay, kurangnya standar dan pengawasan terhadap isi makanan untuk murid harus diperhatikan. Kekhawatiran bertambah karena angka obesitas pada anak usia sekolah melonjak lebih dari dua kali lipat di banyak negara 1990. Di saat yang sama, ketahanan pangan terus memburuk di berbagai belahan dunia.
Hasil studi Unesco mendorong pemerintah setiap negara untuk memprioritaskan makanan segar, atau setidaknya yang minim diolah. Regulator juga didorong mengintegrasikan pendidikan mengenai gizi ke dalam kurikulum sekolah.
Kini UNESCO akan mengembangkan serangkaian alat, mencakup panduan teknis dan program pelatihan, yang bisa diikuti oleh kalangan pemerintah dan tenaga kerja pendidikan. Langkah ini juga mendukung misi Koalisi Makanan Sekolah yang juga diikuti oleh UNESCO. Tujuan koalisi ini adalah mengkoordinasikan inisiatif global untuk memastikan setiap anak mendapatkan makanan bergizi di sekolah.
Pilihan Editor: Mematikan dan Merusak, Nama-nama Badai Ini Tidak Lagi Digunakan