Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Di antara yang memicu serangan puluhan rudal hipersonik Iran ke wilayah Israel di awal pekan ini adalah serangan bom di wilayah Lebanon dan Suriah pada 17-18 September lalu. Serangan yang unik karena dilakukan jarak jauh dengan memicu ledakan serentak pada sejumlah besar perangkat komunikasi pager (penyeranta) dan walkie talkie yang sedang dgunakan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Diyakini diorkestrasi oleh intelijen Israel, sebanyak lebih dari 3.000 pager meledak menewaskan 12 orang dan melukai 2.800 lainnya pada hari pertama. Perangkat yang meledak adalah AR924 Rugged Pagers yang dibeli Hizbullah pada Februari lalu demi menghindari penyadapan ataupun peretasan Israel di ponsel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ratusan perangkat elektronik lain, terutama walkie talkie ICOM IC-V82 dari Jepang, meledak pada hari kedua. Sebanyak sedikitnya 25 orang tewas dan lebih dari 700 lagi luka-luka.
Dugaan Bom Pager
Pada serangan hari pertama, pager-pager itu berbunyi mengindikasikan adanya pesan yang masuk. Ada jeda beberapa waktu sejak bunyi 'beep' itu sebelum perangkat meledak. Jeda sengaja disetel untuk memastikan ledakan terjadi saat para pemilik atau pengguna sedang menggenggam dan melihat penyerantanya.
Mereka yang menjadi korban dilaporkan menderita luka pada tangan atau kehilangan penglihatannya, seperti yang dialami Duta Besar Iran untuk Lebanon. Dalam kasus-kasus yang lain, pager diduga masih berada di saku karena menyebabkan luka dalam pada bagian pangkal paha dan kaki pemiliknya.
Sedikitnya ada empat anak kecil ikut menjadi korban tewas dalam serangan bom pager ini. Beberapa di antaranya dilaporkan sedang membawa pager milik orang tuanya.
Secara teori, baterai lithium-ion 90 gram pada pager AR-924 dapat menimbulkan risiko percikan api akibat efek yang dikenal sebagai buangan panas, yaitu saat baterai pager mengalami tekanan berlebih. Secara hipotetis, instruksi yang dikirim lewat pesan bisa saja dimanfaatkan untuk memicu software atau bahkan hardware yang built-in untuk membuat perilaku yang menyebabkan baterai pager terlalu panas.
Cristiana Barsony-Arcidiacono, , CEO dan pemilik BAC Consulting berkebangsaan Italia-Hongaria dan berkantor pusat di Hungaria, membantah telah membuat pager yang meledak di Lebanon. (Reuters)
Tapi, baterai yang kepanasan itu paling hanya menyebabkan luka bakar atau api. Berbeda dengan gambar-gambar dan video dari para korban yang menunjukkan luka-luka seperti terkena ledakan.
Meski demikian, dokumentasi para korban yang terluka akibat pager memunculkan fakta lain. Cedera berupa luka goresan yang disebabkan oleh ledakan diderita oleh para korban, dalam artian panasnya baterai bukanlah satu-satunya faktor.
Analisis pada sebuah pager yang gagal meledak mengungkap pada jeroan pager adanya hingga tiga gram bahan peledak lengkap dengan bola pecahan logam berukuran kecil. Bagian ini yang diduga telah dirancang untuk menimbulkan cedera tambahan pada korban.
Dugaan Bom Walkie Talkie
Pada serangan hari kedua pada pengguna walkie talkie, bahan peledak plastik pentaerythritol tetranitrate (PETN) kelihatannya yang disusupkan ke kemasan baterai karena ketiadaan ruang di bagian lain dari perangkat itu. PETN mempunyai daya ledak tinggi pergram, dan tidak bisa dideteksi Sinar-X.
Peledak berbahan plastik pada umumnya mudah dibentuk, dan karenanya dinilai ideal untuk disusupkan pada objek kecil memungkinkan transformasi walkie talkie menjadi bom yang seketika meledak.
Seorang vendor menunjukkan perangkat walkie-talkie tanpa baterai, yang katanya dia lepas untuk alasan keamanan di sebuah toko elektronik di Sidon, 18 September 2024. REUTERS/Aziz Taher
Belum jelas apakah intelejen Israel merakit sendiri seluruh perangkat komunikasi itu menyerupai produk pabrik aslinya, ataukah memanfaatkan produk perangkat yang sudah ada. Pihak keamanan Lebanon mengklaim, Israel telah memasang papan sirkuit kustom yang dirancang sebagai detonator di setiap perangkat untuk memicu ledakan setelah diterimanya sinyal radio tertentu.
Bagaimana dengan Ponsel?
Alat komunikasi pribadi yang saat ini umum digunakan seperti telepon seluler tidak memiliki potensi seketika berubah menjadi bom. Ahli keamanan percaya bahwa pager dan walkie talkie kepunyaan Hizbullah, adalah barang yang telah mengalami manipulasi dan pada dasarnya adalah bom yang siap untuk diledakkan.
Pernyataan tersebut menjadi masuk akal mengingat pager berjumlah 5.000 unit tersebut dibeli secara massal oleh kelompok Hizbullah, sehingga memungkinkan tindakan manipulasi dilakukan oleh Israel.
Meski begitu dikaui perlu waktu cukup lama dan serangkaian proses bagi Israel untuk memproduksi atau memodifikasi ribuan perangkat komunikasi dengan bahan peledak, lantaran butuh sumber daya amat besar. Pertanyaan lainnya lalu muncul mengenai bahan peledak apa yang disusupkan oleh Israel, baik yang terpasang pada pager maupun walkie talkie kepunyaan Hizbullah tersebut.
BAYU MENTARI (POPULAR MECHANICS, POLITICO, REUTERS)