Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Di perairan payau dangkal dan kawasan hutan bakau merupakan habitat ketam tapal kuda atau biasa disebut belangkas. Darah belangkas berwarna biru. Ekstrak plasma darah belangkas banyak digunakan untuk kajian biomedis, salah satunya memeriksa gejala penyakit radang selaput otak (meningitis), sebagaimana dikutip dari laman Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem. Khasiat plasma darah belangkas ini banyak digunakan di berbagai negara, di antaranya Amerika Serikat, Jepang, Asia Barat, Eropa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di Indonesia, belangkas termasuk satwa dilindungi. Ada tiga jenis, yaitu belangkas besar (Tachypleus gigas), belangkas tiga duri (Tachypleus tridentatus) dan belangkas padi (Carcinospius rotundicauda). Keseluruhan jenis itu tercantum dalam lampiran Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106 Tahun 2018. Aturan hukum itu perubahan kedua atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20 Tahun 2018 tentang jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip dari laman Kementerian Kelautan dan Perikanan, bentuk tubuh belangkas sekilas mirip ikan pari, kulitnya keras. Hewan ini disebut juga sebagai kepiting tapal kuda. Belangkas pun dijuluki fosil hidup, karena telah hidup hampir 200 juta tahun. Belangkas pun merupakan satu-satunya kelompok Xiphosurida (ordo arthropoda) yang masih ada sampai sekarang.
Habitat belangkas di dasar perairan yang berpasir dan berlumpur. belangkas bisa bertahan hidup di perairan yang masih banyak kandungan organik untuk makanannya jenis polychaeta (kelas cacing annelida). Belangkas sering menggali dasar perairan (substrat) dengan ujung kerangka luarnya (karapaks). Saat bergerak, belangkas berenang menggunakan insang dayung.
Mengutip kajian Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Kependidikan (STKIP) Labuhan Batu dalam Jurnal EduScience (2019), bahwa meskipun belangkas termasuk biota perairan yang dilindungi, namun populasi dan habitatnya diduga terus menurun. Penurunan populasi belangkas tersebab degradasi habitat, termasuk penangkapan yang cukup intens.
HENDRIK KHOIRUL MUHID