Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Mengenal Post-Holiday Blues, Stres Akibat Transisi Liburan ke Rutinitas Kerja

Kementerian Kesehatan menemukan banyak contoh isu kesehatan mental akibat tansisi mendadak libur panjang ke rutinitas kantor. Termasuk pasca-Lebaran.

1 April 2025 | 15.07 WIB

Suasana lengang kawasan perkantoran Jalan Jend Sudirman, Jakarta, Selasa 16 April 2024. Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) Indah Anggoro Putri mengatakan, tidak ada surat edaran (SE) yang dikeluarkan tentang kebijakan work from home (WFH) bagi karyawan swasta. Kemnaker menyerahkan aturan tersebut ke masing-masing perusahaan. Kewajiban bagi ASN itu hanya diberlakukan selama dua hari mengingat arus balik libur Lebaran, yakni Selasa-Rabu, 16-17 April 2024. TEMPO/Subekti.
Perbesar
Suasana lengang kawasan perkantoran Jalan Jend Sudirman, Jakarta, Selasa 16 April 2024. Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) Indah Anggoro Putri mengatakan, tidak ada surat edaran (SE) yang dikeluarkan tentang kebijakan work from home (WFH) bagi karyawan swasta. Kemnaker menyerahkan aturan tersebut ke masing-masing perusahaan. Kewajiban bagi ASN itu hanya diberlakukan selama dua hari mengingat arus balik libur Lebaran, yakni Selasa-Rabu, 16-17 April 2024. TEMPO/Subekti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Imran Pambudi mengatakan rasa kehilangan usai melewati liburan, atau sering disebut post-holiday blues, berpotensi menimbulkan stres dan kecemasan bagi masyarakat yang akan kembali bekerja seusai Lebaran. Di ujung liburan, tak jarang sebagian indiividu merasa enggan kembali ke rutinitas kerja.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Transisi kembali ke pekerjaan setelah Lebaran tidak dirasakan secara merata oleh semua kalangan," katanya kepada Tempo, Selasa, 1 April 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Imran, pekerja usia produktif, sekitar 30-45 tahun, cenderung lebih rentan menghadapi tekanan mental pasca-liburan. Kelompok usia ini sering berhadapan dengan ekspektasi tinggi dan target kerja yang menuntut penyesuaian cepat, sehingga memicu gejala stres dan kecemasan.

Penelitian lain juga menyebutkan pekerja dari tingkat ekonomi menengah ke bawah memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi. Kondisi tersebut, kata Imran, diperparah keterbatasan akses ke dukungan kesehatan mental seperti layanan konseling atau program pendampingan dari perusahaan. Para karyawan dari sektor yang bekerja dengan tekanan tinggi seperti layanan pelanggan, ritel, dan industri jasa, lebih mudah menunjukkan gejala burnout.

Pekerja yang terbiasa langsung berhadapan dengan publik juga berpotensi mendapat beban mental, terlebih jika lingkungan sosialnya tak mendukung transisi sesuai liburan. Kementerian Kesehatan mengidentifikasi beberapa contoh persoalan yang berhubungan dengan mental, akibat transisi mendadak dari libur ke rutinitas kerja:

 

Post-Holiday Blues

Pada Lebaran 2018, banyak karyawan di Bandung, Jawa Barat, yang mengalami penurunan motivasi dan peningkatan absensi. Diketahui melalui survei, perasaan kehilangan suasana santai liburan membuat para karyawan kesulitan untuk langsung menyelami tekanan tugas kantor.

 

Stres dan Kecemasan

Survei lain dari sebuah perusahaan multinasional di Jakarta pada 2019 mengungkapkan 30 persen karyawannya merasa cemas pasca-liburan. Tekanan untuk segera mencapai target dan tumpukan pekerjaan menimbulkan kecemasan yang semakin mengganggu konsentrasi.

 

Burnout

Pada 2017, beberapa perusahaan mencatat kasus burnout yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental yang ekstrem. Karyawan yang tidak memiliki waktu cukup untuk menyesuaikan kembali ritme kerja melaporkan masalah insomnia, sakit kepala, dan penurunan semangat kerja secara drastis.

 

Depresi

Sebuah klinik kesehatan mental di Surabaya sempat melaporkan adanya peningkatan jumlah pasien dengan gejala depresi pada 2020. Tekanan yang tiba-tiba untuk kembali produktif, ditambah perasaan sedih yang menggelayut, menjadi faktor pemicu bagi sebagian individu rentan.

 

 

Irsyan Hasyim

Menulis isu olahraga, lingkungan, perkotaan, dan hukum. Kini pengurus di Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta, organisasi jurnalis Indonesia yang fokus memperjuangkan kebebasan pers.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus