Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Dari Demo Stand Up for Science Mengecam Trump: So Bad, Even Introverts Are Here

Demo Stand Up for Science digelar serentak di lebih dari 30 kota di Amerika Serikat. Aksi kecam Trump ini mengulangi 'March for Science' pada 2017.

9 Maret 2025 | 23.44 WIB

Peserta  aksi unjuk rasa "Stand up for Science" di Washington Square Park di New York City, AS, 7 Maret 2025. REUTERS/Jeenah Moon
Perbesar
Peserta aksi unjuk rasa "Stand up for Science" di Washington Square Park di New York City, AS, 7 Maret 2025. REUTERS/Jeenah Moon

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ribuan warga Amerika Serikat menggelar unjuk rasa bertema ‘Stand Up for Science’ di puluhan kota di sejumlah negara bagian pada Jumat, 7 Maret 2025. Mereka memprotes kebijakan Presiden Donald Trump yang memotong besar-besaran dana riset yang dianggap berdampak pada kemajuan sains, kedokteran, dan kampus di Amerika Serikat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gerakan ini juga terinspirasi dari ‘March for Science’ pada 2017, juga tidak lama setelah Donald Trump menjadi presiden pada periode itu. Kali ini, ada setidaknya 30 demonstrasi bertajuk Stand Up for Science tersebut di seluruh Amerika Serikat, dengan lebih dari 150 agenda diperkirakan juga digelar di seluruh dunia.  

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Sejak Donald Trump menjadi presiden pada 20 Januari lalu, Pemerintah AS telah membatalkan atau membekukan miliaran dolar dana federal untuk riset ilmiah dan medis. Sebagian besar pemangkasan menyasar riset tentang keberagaman (diversity), persamaan (equity), dan inklusivitas, juga riset mengenai perubahan iklim dan gender.

Pemerintahan Trump juga telah memecat ribuan karyawan federal di lembaga-lembaga penelitian, termasuk di Badan Kelautan dan Atmosferik Nasional (NOAA), Institut Kesehatan Nasional (NIH), dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC). Yang juga ditentang dalam aksi-aksi demonstrasi itu adalah instruksi Trump agar AS ke luar dari Perjanjian Paris yang menuntut komitmen negara-negara di dunia untuk mengurangi tingkat emisinya demi meredam laju pemanasan global.

Pemerintahan Trump dilaporkan juga telah berupaya memblokir hibah dan mengurangi pendanaan untuk lembaga-lembaga penelitian. Sejumlah orang yang hadir dalam aksi tersebut menyatakan uang yang digunakan untuk mendanai riset ilmiah memberikan keuntungan, tetapi kehilangan kali ini menimbulkan konsekuensi buruk bagi penelitian biomedis, pengembangan farmasi, dan masih banyak lagi.

Di Los Angeles, aksi terpusat di depan gedung federal di Westwood. “Kami telah melihat kekacauan yang luar biasa dan upaya untuk membongkar infrastruktur penelitian yang sangat efektif di negara ini. Dan kami harus katakan, sudah cukup,” kata Judith Currier, seorang profesor kedokteran di Universitas California Los Angeles (UCLA) saat berorasi Jumat lalu, seperti diberitakan LA Times.

Seorang Profesor Madya Psikologi dan Psikiatri UCLA Katherine Karlsgodt turut membantu mengorganisir gerakan atau aksi ini. Dia menyatakan kemarahannya lantaran pemangkasan anggaran kampus berdampak pada gagalnya penelitian ilmiah. “Serta kemampuan kami untuk melatih mahasiswa dan melakukan penelitian dan pada dasarnya semua yang kami lakukan,” ujar Katherine.

Peserta aksi unjuk rasa "Stand Up for Science 2025" di Boston, Massachusetts, AS, 7 Maret 2025. REUTERS/Taylor

Di New York City, lebih dari seribu orang berkumpul di Washington Square Park. Mereka menyerukan, "Fund science not war!" Peserta aksi membawa poster-poster mendukung sains, termasuk satu yang berbunyi: Science makes Amerika great.

Mereka yang turut serta dalam demonstrasi memang tak terkecuali  kalangan ilmuwan atau peneliti yang biasa bergelut di laboratorium. Salah satunya adalah Ana Vivinetteo, seorang neurosaintis di Weill Cornell Medicine. Dia membawa poster yang bertulisan: So bad, even introverts are here.

Menurut Ana, sains adalah sesuatu yang harus dimuliakan. "Saya kira semua orang harus ikut aksi ini. Saya sebenarnya lebih senang berada di laboratorium bekerja dengan sel-sel, tapi saya berpikir kami harus mengungkap permasalahan ini," katanya dilansir newscientist.

Maia, seorang peneliti posdoktoral di bidang kardiologi di Columbia University, New York, mengaku kalau dia dan koleganya telah terdampak oleh kebijakan Trump. Mereka kehilangan pendanaan untuk risetnya. "Sains sedang diserang dan pendanaannya dipotong dengan cara yang akan berdampak bagi kedaulatan bangsa kami saat ini dan beberapa dekade ke depan," katanya.

Aksi di New York City ini juga diikuti sejumlah ilmuwan terkenal, termasuk ahli fisika teori dari Harvard Lisa Randall, ketua tim ilmuwan di Meta AI Yann LeCun, serta eks Direktur NIH yang juga pernah meraih Hadiah Nobel Harold Varmus. Beberapa peneliti dari luar Amerika juga bisa ditemui di antara para peserta aksi. 

Mereka ada yang berasal dari Prancis, Argentina, Israel, Kanada, dan Australia. Beberapa di antaranya mengungkap kekecewaan, yang lain sudah menyatakan akan pulang melanjutkan riset di negaranya. 

Mengutip dari situs ‘Stand Up for Science’, setidaknya ada tiga hal utama yang dituntut terhadap Pemerintahan Donald J. Trump. Tiga tuntutan itu antara lain mengakhiri sensor dan intervensi politik dalam sains, memperoleh dan memperluas pendanaan ilmiah, dan mempertahankan keberagaman, kesetaraan, inklusivitas, dan akses dalam sains.

M. Faiz Zaki

M. Faiz Zaki

Menjadi wartawan di Tempo sejak 2022. Lulus dari Program Studi Antropologi Universitas Airlangga Surabaya. Biasa meliput isu hukum dan kriminal.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus