TEMPO.CO, Jakarta - Setelah heboh gerhana matahari cincin--tampak sebagai gerhana matahari sebagian dari wilayah Indonesia--sepekan lalu, sisa akhir Juni ini masih menyimpan dua fenomena astronomi yang bisa dinikmati. Keduanya adalah Bulan fase perbani awal pada Minggu 28 Juni dan Bulan yang berada di titik terjauhnya dari Bumi pada Selasa 30 Juni 2020.
Berdasarkan informasi yang dibagikan Pusat Sains Antariksa dan Atmosfer Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Bulan fase perbani awal terjadi pada pukul 15.16 WIB pada jarak 369.921 kilometer dari pusat Bumi. Pada saat itu Bulan, Bumi, dan Matahari akan membentuk sudut 90 derajat atau sudut siku-siku.
Bulan akan terbit ketika tengah hari dan berkulminasi ketika Matahari terbenam. Fenomena yang terjadi adalah dapat menyaksikan penampakan Bulan sebelum Matahari terbenam hingga tengah malam ketika Bulan itu terbenam. Pada periode setelah tengah malam itulah, menurut situs langit selatan.com, kemewahan tersedia bagi para pengamat langit untuk bisa menikmati langit bebas cahaya Bulan dan minim polusi cahaya.
Fenomenanya berbeda saat Bulan fase perbani akhir. Pada periode atau fase ini Bulan akan terbit ketika tengah malam dan berkulminasi ketika matahari terbit. Fenomenanya adalah bulan masih dapat dilihat tergantung di langit meski matahari telah terbit dan Bulan baru akan terbenam ketika tengah hari.
Sedang titik perige di mana
Bulan berada di titik terjauh dari Bumi diperhitungkan terjadi pada pukul 09.20 WIB pada jarak 368.996 kilometer dari pusat Bumi. Bulan akan tampak lebih besar jika diamati dari Bumi dengan lebar sudut 32,4 menit busur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini