Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Kenapa Waktu Cepat Berlalu Saat Kita Tua? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Ketika beranjak dewasa, kemudian tua, jaringan neuron otak lebih lamban memproses informasi. Persepsi terhadap waktu berubah.

12 April 2025 | 15.18 WIB

Ilustrasi orang lanjut usia (pixabay.com)
Perbesar
Ilustrasi orang lanjut usia (pixabay.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Pernahkah Anda merasa waktu berjalan lebih cepat seiring bertambahnya usia? Jika benar, hal itu bukan tanpa alasan. Ada penjelasan ilmiah di balik fenomena yang umumnya dirasakan orang dewasa maupun yang lanjut usia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Otak memproses informasi baru lebih lambat dibandingkan dengan pengalaman yang berulang. Anak-anak sering merasakan waktu berjalan lebih lambat karena banyaknya pengalaman baru yang mereka alami. Kondisi ini berbeda dengan orang dewasa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Adrian Bejan, penulis Time and Beauty: Why Time Flies and Beauty Never Dies, mengatakan kecepatan otak dalam memproses informasi visual semakin melambat seiring bertambahnya usia. Menurut profesor bidang teknik mesin itu, otak menerima lebih banyak gambar visual saat manusia masih berusia anak-anak.

Ketika beranjak dewasa, bahkan menuju tua, jaringan neuron yang semakin kompleks membuat sinyal listrik membutuhkan waktu lebih lama untuk diproses. Persepsi terhadap waktu pun berubah. Semakin sedikit informasi visual yang diproses otak, semakin cepat waktu terasa berlalu.

Bejan menganalogikan fenomena ini dengan sebuah flipbook—semakin sedikit jumlah gambar dalam satu detik, semakin cepat seseorang sampai di halaman terakhir. Hal ini menjelaskan fenomena masa kecil yang terasa lebih panjang, sedangkan usia dewasa berlalu begitu cepat.

Proporsi waktu dalam hidup seseorang juga mempengaruhi persepsi tersebut. Bagi anak berusia empat tahun, satu tahun adalah seperempat dari seluruh hidupnya. Adapun individu berusia 40 tahun hanya akan menganggap satu tahun sebagai bagian kecil dari perjalanan hidupnya.

 

Minim Pengalaman Baru Saat Dewasa

Faktor penentu lainnya menyangkut cara otak menyimpan pengalaman baru. Otak anak-anak yang masih aktif mencari pengalaman pertama bekerja lebih keras untuk mencatat dan mengingat berbagai rincian. Walhasil, masa kecil terasa penuh warna dan panjang, sedangkan rutinitas yang berulang di usia dewasa membuat waktu terasa cepat berlalu.

Seiring bertambahnya usia, semakin sedikit kejadian yang benar-benar terasa baru. Rutinitas harian juga membuat sebagian orang enggan keluar dari zona nyaman dan mencoba sesuatu yang berbeda.

Ketika hidup dipenuhi dengan aktivitas berulang, otak tidak mendapatkan banyak hal menarik untuk diproses. Akibatnya, hari-hari terasa berlalu begitu cepat tanpa meninggalkan kesan mendalam.

Cindy Lustig, seorang profesor bidang psikologi di Universitas Michigan, menyebut periode yang dipenuhi pengalaman baru akan terasa lebih panjang karena banyaknya kenangan yang harus diproses oleh otak.

 

Kiat Meredam Persepsi Waktu yang Cepat Berlalu

Untuk memperlambat persepsi waktu, cobalah keluar dari rutinitas. Keputusan untuk mengubah rute saat berjalan ke toko, mencoba makanan yang belum pernah dicicipi, atau mendengarkan genre musik yang berbeda dapat membantu otak menangkap pengalaman baru. Semakin banyak Anda mencari hal baru, semakin banyak momentum yang bisa dikenang oleh otak, sehingga waktu terasa kurang.

Anda juga bisa melatih kesadaran penuh (mindfulness) untuk memperpanjang persepsi waktu. Alih-alih mengkhawatirkan masa depan atau terjebak dalam kenangan masa lalu, Anda bisa berfokus pada momentum yang sedang berlangsung saat ini. Upaya menikmati setiap momen secara utuh bisa meredam persepsi waktu yang cepat berlalu. 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus