Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Guru Besar Unair Sarankan Ini untuk Atasi Dampak Mikroplastik

Dengan banyaknya mikroplastik di perairan, masyarakat disarankan mengurangi konsumsi hewan air rebus. Bahan itu setidaknya harus digoreng.

28 April 2025 | 04.00 WIB

Kandungan mikroplastik dari hasil penelitian atas tiga merek air mineral dalam kemasan saat diteliti di laboratorium FMIPA-Universitas Indonesia, Depok, Rabu (14/3). (foto: TEMPO/ Gunawan Wicaksono)
Perbesar
Kandungan mikroplastik dari hasil penelitian atas tiga merek air mineral dalam kemasan saat diteliti di laboratorium FMIPA-Universitas Indonesia, Depok, Rabu (14/3). (foto: TEMPO/ Gunawan Wicaksono)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Surabaya - Guru besar Bidang Ilmu Pencemaran Lingkungan dan Kesehatan Universitas Airlangga (Unair) Lilis Sulistyorini menawarkan solusi untuk mengikis penyebaran dan dampak mikroplastik di lingkungan. Distribusi mikroplastik di udara, air, dan darat berisiko mengganggu kesehatan manusia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

“Mikroplastik bermula dari sampah plastik yang bermuara di laut,” kata Lilis kepada awak media pada Selasa, 22 April 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Lilis, mikroplastik merupakan potongan plastik berdiameter kurang dari 5 milimeter. Hasil degradasi puing-puing plastik tersebut berasal dari berbagai produk. Lantaran mengalir ke laut, mikropastik bisa menyebar ke segala wilayah.

Partikel padat ini belakangan disoroti karena ancamannya terhadap lingkungan. Distribusinya jauh, bahkan sampai ke dalam tubuh manusia seperti saluran pencernaan, paru-paru, hingga plasenta.

Lilis, yang merupakan dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unair menyatakan mikroplastik masuk ke air sungai, air tanah, dan air sumur yang berada di dekat sampah plastik. Fakta itu didapatnya dari hasil penelitian di Kecamatan Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur.

“Airnya juga tercemar, padahal biasa digunakan untuk memasak,” tutur dia.

Lilis menyarankan masyarakat mengurangi konsumsi rebusan hewan air, terutama ikan. Bahan pangan itu sebaiknya dikukus atau digoreng. “Merebus membutuhkan banyak air, berbeda dengan digoreng.”

Dia mengimbuhkan bahwa mikroplastik cenderung membawa senyawa kimia berbahaya. Partikel mini itu masuk ke tubuh manusia melalui udara, makanan, dan kontak langsung. Bila terpapar, senyawanya bisa menyebabkan inflamasi paru, gangguan reproduksi, penyakit metabolik, bahkan potensi karsiogenik.

Sebagai upaya pencegahan, pemerintah disarankan bermitra elemen masyarakat memperkuat edukasi tentang ancaman mikroplastik. Dia juga menekankan perlunya pendekatan dari sisi kebijakan dan teknologi.

Lilis merekomendasikan pengembangan inovasi sistem pengolahan limbah serta kampanye literasi lingkungan. Menurut dia, sudah ada sejumlah solusi pencegahan yang masih bisa dioptimalkan, yaitu regulasi pengurangan plastik sekali pakai, promosi daur ulang, serta sistem pemilahan sampah.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus