Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Inovasi Rompi Antipeluru Mahasiswa Unhas, Begini Dulu Terciptanya Body Armour

Rudi, mahasiswa Unhas berinovasi rompi antipeluru yang ringan dan mampu menahan peluru berkaliber 9 mm untuk jarak tembak 10 m.

5 Desember 2021 | 15.15 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Rudi, salah satu mahasiswa program magister di Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin (Unhas) berhasil membuat inovasi dalalm bidang militer. Adapun inovasi yang dibuat Rudi yaitu, rompi antipeluru. Inovasinya tersebut berhasil melewati tahap uji coba yang dilakukan oleh Divisi III Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad) di Kabupaten Gowa dengan uji tembakan sebanyak 3 kali dan mampu menahan peluru berkaliber 9 mm untuk jarak tembak 10 m.

Berdasarkan kanal unhas.ac.id, mahasiswa Unhas itu menjelaskan, inovasi tersebut didasari oleh kondisi rompi antipeluru yang ada sebelumnya memiliki materil yang terbilang berat. Oleh karena itu, Rudi mencari alternatif untuk menangani hal ini.

“Carbon fiber adalah salah satu bahan yang digunakan. Bahan ini mudah kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, misal dalam pembuatan custom bagian mobil seperti fender mobil, kap mesin dan cover spion. Setelah dilakukan literasi referensi terhadap material tersebut, diperoleh bahwa material ini dapat digunakan dalam pembuatan rompi anti peluru,” kata Rudi.

Sebelum rompi anti peluru memiliki teknologi yang lebih kompleks dengan teknologi terbarunya, salahsatu elemen penting bagi seorang militer ini memiliki sejarah panjang sebelum rompi antipeluru ini berkembang dengan teknologi-teknologi terbaru.

Berdasarkan smallwarsjournal.com, penemuan body armour setelah banyak tentara yang menggunakan senapan pada abad ke-16 lalu. Para militer di zaman tersebut mencari berbagai macam bentuk body armour yang dapat melindungi tubuh mereka dari tembakan lawannya.

Di awal penemuannya bahan-bahan yang banyak digunakan untuk membuat body armour terbuat dari logam. Dalam perjalanannya logam tidak terlalu baik dalam membelokkan atau menyerap energi yang dihasilkan oleh tembakan senjata.

Masih di era yang sama, tentara Jepang memodifikasikan rompi antipeluru atau pakaian pelindung militer ini dengan menggunakan baju besi lunak. Ketika itu para tentara Jepang melapisi baju besi mereka dengan lapisan sutra. Hal ini pula yang menjadi dasar baju perang modern di dunia.

GERIN RIO PRANATA 

Baca: Pasca Penembakan TGPF Intan Jaya Gunakan Helm dan Rompi Anti Peluru

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus