Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

10 Satwa Ini Terancam Punah Menurut WWF, Beberapa Ada di Indonesia

Eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan kerap merusak habitat satwa, termasuk habitat spesies yang terancam punah dari muka bumi.

15 Februari 2025 | 09.55 WIB

Orangutan sumatera jantan bernama Rakus dalam gambar handout yang diambil 25 Agustus 2022. Institut Perilaku Hewan Safruddin/Max Planck/Handout melalui REUTERS
Perbesar
Orangutan sumatera jantan bernama Rakus dalam gambar handout yang diambil 25 Agustus 2022. Institut Perilaku Hewan Safruddin/Max Planck/Handout melalui REUTERS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Daftar satwa yang terancam punah terus meningkat setiap tahunnya. Bertambahnya jumlah spesies yang terancam hilang dari muka bumi ini sebagian besar disebabkan oleh perusakan habitat, perubahan iklim, perburuan liar, serta eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Menurut data dari International Union for Conservation of Nature (IUCN), saat ini ada 46.300 spesies hewan yang masuk dalam kategori terancam punah. Dari jumlah tersebut, sebanyak 41 persennya merupakan kelompok hewan amfibi. Hiu dan pari menyusul dengan persentase 37 persen, mamalia 26 persen, reptili 21 persen, dan kelompok burung 12 persen.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Beberapa hewan terdaftar dalam kategori sangat terancam punah menurut World Wide Fund for Nature (WWF). Tempo merangkum 10 hewan yang dalam daftar tersebut. Beberapa di antaranya berasal dari Indonesia.

1. Badak Jawa

Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) merupakan salah satu mamalia besar yang paling terancam punah di dunia. Saat ini populasinya hanya tersisa sekitar 75 ekor yang seluruhnya berada di Taman Nasional Ujung Kulon, Indonesia.

Habitat mereka menyusut akibat perambahan manusia serta minimnya populasi yang tersisa, membuat konservasi badak Jawa menjadi tantangan besar. Jumlah Badak Jawa tergerus karena perburuan liar dan hilangnya habitat alami mereka. Populasi yang terlalu kecil juga membuat spesies ini rentan terhadap penyakit dan perubahan lingkungan yang drastis.

2. Macan Tutul Amur

Macan tutul Amur (Panthera pardus orientalis) merupakan subspesies langka yang berasal dari wilayah Timur Jauh Rusia dan Tiongkok. Jumlah hewan yang masuk kategori sangat terancam punah sejak 1996 ini diperkirakan hanya sekitar 100 ekor.

Populasi macan tutul Amur berkurang karena perburuan ilega, serta hilangnya habitat akibat deforestasi. Rendahnya tingkat reproduksi di alam liar juga menjadi faktor yang memperburuk kondisi spesies ini.

3. Harimau Pulau Sunda

Harimau Pulau Sunda (Panthera tigris sondaica), atau lebih dikenal sebagai harimau Sumatera, merupakan salah satu subspesies harimau yang tersisa di Indonesia. Jumlahnya hanya tersisa sekitar 600 ekor. Mereka masih hidup di alam liar, terutama di hutan-hutan Sumatera. Ancaman terbesar bagi Harimau Pulau Sunda adalah perburuan liar untuk perdagangan ilegal serta perusakan habitat akibat pembukaan lahan perkebunan.

4. Gorilla Gunung

Gorilla gunung (Gorilla beringei beringei) merupakan primata besar yang saat ini populasinya hanya tersisa sekitar seribu ekor di alam liar. Mereka menghuni wilayah pegunungan Afrika Tengah, seperti di Uganda, Rwanda, dan Republik Demokratik Kongo.

Faktor utama yang mengancam keberadaan gorilla gunung adalah perburuan liar dan perambahan habitat untuk pertanian. Ada juga konflik bersenjata yang memperburuk kondisi konservasi di habitat spesies ini.

5. Orangutan Tapanuli

Orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis) adalah spesies orangutan yang ditemukan di Pulau Sumatera, Indonesia. Populasinya sudah menipis ke 800 individu, yang tersebar di hutan ekosistem Batang Toru.

Ancaman utama bagi orangutan Tapanuli adalah deforestasi yang disebabkan oleh ekspansi industri dan perkebunan. Selain itu, pembangunan infrastruktur juga turut mengurangi luas habitat alami mereka, sehingga populasi spesies ini semakin menurun.

6. Lumba-Lumba Tanpa Sirip Yangtze

Lumba-lumba tanpa sirip Yangtze adalah salah satu lumba-lumba air tawar yang masih bertahan hingga saat ini. Populasinya diperkirakan hanya tinggal sekitar seribu ekor di alam liar hingga 2018.

Hewan yang hanya bisa ditemukan di Sungai Yangtze, Cina, tersebut dikenal karena kemampuan navigasinya yang luar biasa menggunakan ekolokasi. Spesies ini menghadapi berbagai ancaman seperti polusi air, pembangunan bendungan, serta peningkatan lalu lintas kapal yang mengganggu habitatnya.

7. Badak Hitam

Badak hitam termasuk dalam spesies yang sangat terancam punah dengan jumlah sekitar 5.630 ekor di alam liar. Selama sedekade terakhir, hampir 10 ribu badak Afrika diburu untuk diambil culanya. Perburuan liar menjadi ancaman utama bagi keberlangsungan spesies ini, karena cula badak masih memiliki nilai tinggi di pasar ilegal.

Upaya konservasi telah dilakukan, termasuk peningkatan patroli anti-perburuan dan perlindungan di taman nasional. Meskipun ada sedikit peningkatan populasi dalam beberapa tahun terakhir, ancaman dari perdagangan ilegal tetap menjadi masalah serius.

8. Gajah Hutan Afrika

Gajah hutan Afrika hidup di hutan-hutan Afrika, namun jumlah pastinya di alam liar masih belum diketahui. Selama 31 tahun terakhir, populasi spesies ini merosot 86 persen akibat perburuan liar dan dampak deforestasi.

Gajah ini sangat rentan terhadap perburuan karena gadingnya yang berharga di pasar ilegal. Selain itu, perubahan iklim dan aktivitas manusia yang terus mempersempit habitatnya semakin memperburuk kondisi spesies ini.

9. Orangutan Sumatera

Orangutan Sumatera merupakan primata langka yang hanya dapat ditemukan di Pulau Sumatera, Indonesia. Saat ini, jumlahnya diperkirakan sekitar 14 ribu ekor di alam liar. Hewan ini dikenal cerdas dan memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan hujan tropis.

Sayangnya, deforestasi akibat ekspansi perkebunan kelapa sawit dan perburuan liar menjadi faktor utama yang menyebabkan populasi orangutan Sumatera terus berkurang. Upaya konservasi yang melibatkan rehabilitasi dan perlindungan habitat menjadi langkah utama untuk melindungi spesies ini.

10. Penyu Sisik

Penyu sisik merupakan salah satu spesies penyu yang menghadapi ancaman kepunahan. Saat ini, jumlahnya diperkirakan sekitar 20-23 ribu penyu yang bersarang. Dalam tiga dekade terakhir, populasi penyu sisik mengalami penurunan hingga 80 persen akibat berbagai faktor.

Ancaman utama bagi penyu sisik meliputi penangkapan tidak sengaja menggunakan alat tangkap ikan, degradasi habitat bersarang, kerusakan terumbu karang, serta perdagangan ilegal. Konservasi penyu sisik menjadi krusial dengan adanya perlindungan habitat dan penegakan hukum terhadap perdagangan ilegal.

 

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus