Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Teknologi & Inovasi

Ispace dari Jepang Gagal Torehkan Sejarah Baru di Bulan, Apa yang Terjadi?

Ispace asal Jepang telah dipastikan gagal menjadi perusahaan swasta pertama yang berhasil mendarat di Bulan saat ini.

27 April 2023 | 04.00 WIB

Pendarat bulan Hakuto-R pribadi diluncurkan dari SpaceX Falcon 9 pada 11 Desember 2022. (Gambar: SpaceX)
Perbesar
Pendarat bulan Hakuto-R pribadi diluncurkan dari SpaceX Falcon 9 pada 11 Desember 2022. (Gambar: SpaceX)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan asal Jepang, ispace, telah dipastikan gagal menjadi perusahaan swasta pertama yang berhasil mendarat di Bulan saat ini. Pesawat antariksa bikinannya, Hakuto-R, diduga telah terempas keras dalam upaya pendaratan itu, sesaat sesudah hilang kontak, pada Selasa menjelang tengah malam Waktu Indonesia Barat, 25 April 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Saat itu, lewat webcast yang menyertai siaran langsung pendaratan, pendiri dan CEO ispace Takeshi Hakamada mengakui harus berasumsi telah gagal menuntaskan misi pendaratan di Bulan tersebut. Kegagalan terhadi pada tahapan ke-9 dari 10 yang harus diselesaikan Hakuto-R untuk pendaratan itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada Rabu pagi, pernyataan ispace dari Tokyo mengukuhkan kemungkinan besar Si Kelinci Putih (bahasa Indonesia untuk Hakuto) telah terjun bebas dan rusak. Indikasinya adalah propelan yang tersisa sempat terpantau mencapai batas lebih rendah dan tidak lama setelahnya kecepatan gerak turun pesawat jenis wahana pendaratan di Bulan itu meningkat dengan cepat.

Untuk menemukan sebab dari kegagalan itu, para insinyur ispace masih bekerja pada sebuah analisis detail data telemetri yang didapat hingga akhir dari tahapan misi pendaratan. "Kami akan mengklarifikasi detail setelah menyelesaikan analisis," kata Hakamada.

Kegagalan Hakuto-R dari Jepang membuat rekor belum tergoyahkan. Sejauh ini hanya pesawat-pesawat antariksa milik negara Amerika Serikat, Uni Soviet/Rusia, dan Cina yang sudah berhasil mengirim robot penjelajah mendarat mulus di tetangga terdekat Bumi itu. 


Jalan Panjang Kelinci Putih ke Bulan

Upaya pendaratan pada Selasa lalu sejatinya merangkum kerja lebih dari satu dekade ispace. Dari 2013 sampai 2018, perusahaan yang berbasis di Tokyo itu mengoperasikan Hakuto dalam Google Lunar X Prize, sebuah kompetisi yang menawarkan uang $20 juta kepada pesawat swasta pertama yang berhasil mendaratkan robot penjelajah di Bulan. 

Hadiah kedaluwarsa pada 2018 tanpa pemenang, tapi ispace melanjutkan mengembangkan pesawatnya, Hakuto-R. Pesawat dibawa ke lokasi peluncuran pada Desember 2022 di mana roket Falcon 9 milik SpaceX sudah siap mengantarnya ke luar angkasa dalam sebuah misi yang disebut ispace sebagai Mission 1 atau M1.

Hakuto-R mengambil trayek panjang dan berputar sebelum tiba di orbit Bulan pada 20 Maret. Kemudian, pada Selasa lalu, Hakuto-R mulai membuat tahapan untuk turun ke permukaan Bulan. Dia bergerak turun dari ketinggian 100 kilometer via serangkaian manuver yang butuh waktu sejam. 

Lokasi pendaratan yang dipilih adalah lantai Kawah Atlas selebar 87 kilometer, yang terdapat di kawasan Mare Frigoris ("Sea of Cold") di sisi terdekat Bulan dengan Bumi. Hakuto-R,  menurut telemetri yang disediakan dalam webcast, telah sejak awal disebutkan bertolak dari posisi yang amat baik yakni vertikal.

Ilustrasi wahana pendaratan Hakuto-R di bulan. (Kredit gambar: ispace)

Tapi sayangnya, semua tak bertahan sampai wahana touch down di atas tanah Bulan. Tenggat waktu pendaratan berlalu tanpa kabar apapun dari Hakuto-R untuk misi pendaratan itu, menuntun tim misi kepada asumsi percobaan telah gagal. 

Tetap saja, Hakuto-R terus mengirim data ke Bumi selama percobaan pendaratan. "Kami sangat bangga," kata Hakamada dalam webcast. "Kami sudah menerima banyak hal selama misi pertama ini." 

Baca halaman berikutnya: Roket lain angkut misi swasta ke Bulan

Roket Lain Angkut Misi Swasta ke Bulan

Adapun kegagalan pendaratan ini diprediksi akan menjadi ganjalan untuk jalan ispace ke depan. Perusahaan sebelumnya telah mengagendakan meluncurkan misi pendaratan di Bulan yang kedua dan ketiga pada 2024 dan 2025. 

Yang misi 2025, dikenal sebagai M3, adalah bagian dari Program Commercial Lunar Payload Services (CLPS) NASA. CLPS mempekerjakan pesawat dan robot swasta untuk membawa perangkat sains milik NASA ke permukaan Bulan, dengan tujuan yang lebih luas mendukung program Artemis NASA mengeksplorasi Bulan lewat misi berawak.

Sejumlah misi CLPS lainnya dijadwalkan mengangkasa pada bulan-bulan dan tahun mendatang. Sebagai contoh, jika berjalan sesuai rencana, dua wahana pendarat swasta dari Amerika akan meluncur musim panas tahun ini--Peregrine Astrobotic (menumpang debut roket Vulcan Centaur milik United Launch Alliance) dan Nova-C dari Intuitive Machines yang akan terbang menggunakan roket Falcon 9.

Hakuto-R juga bukanlah pesawat antariksa swasta pertama yang hendak mencapai Bulan. CAPSTONE, sebuah cubesat mungil yang dibuat dan dioperasikan untuk NASA oleh perusahaan asal Colorado, Advanced Space, tiba di orbit Bulan pada November tahun lalu. Misi CAPSTONE adalah tinggal di orbit, bukan misi penjelajahan turun ke daratan Bulan. 

Lander Jepang ini juga bukan wahana swasta pertama yang mencoba mendarat mulus di Bulan. Pesawat antariksa dari Israel, Beresheet, mencoba yang sama pada April 2019, tapi gagal pula. 

Sejarah Baru Lain yang Gagal Dicatatkan Hakuto-R

Hakuto-R atau misi M1 didesain terutama untuk membuktikan perangkat keras moon-landing ispace dan knowhow-nya. Hakuto-R juga membawa beragam muatan dalam misinya itu. 

Sebuah  baterai padat eksperimental yang dibuat perusahaan Jepang, Niterra, misalnya, akan menjalani uji kondisi ekstrem. Dan Hakuto-R disiapkan untuk mengerahkan dua robot ke permukaan Bulan: Sora-Q, sebuah robot yang bisa berubah bentuk yang dikembangkan Japan Aerospace Exploration Agency dan perusahaan Tomy, dan Rashid, sebuahrover berbobot 10 kilogram yang akan dioperasikan oleh badan antariksa Uni Emirat Arab 

Rashid bertujuan menciptakan beragam observasi sepanjang satu hari penuh di Bulan (sekitar 14 hari di Bumi). Robot kecil ini membawa beberapa kamera dan instrumen yang didesai untuk membantu karakterisasi lingkungan permukaan Bulan yang bermuatan listrik. 

Pekerjaan Rashid diambahkan oleh pemrograman machine learning yang dikembangkan perusahaan Kanada, Mission Control Space Services. Bagian dari Misi M1 yang ini juga sejatinya bersejarah: Belum ada sistem AI deep learning yang melampaui orbit Bumi. 

SPACE, ISPACE


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus