Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Jejak Anthony Fokker, Pembuat Pesawat Tempur Fokker Kelahiran Blitar

Anthony Fokker, sosok terpenting di balik pembuatan pesawat tempur Fokker lahir di Blitar, 6 April 1890 dan meninggal di AS pada 23 Desember 1939.

23 Desember 2022 | 16.57 WIB

Pesawat Perang Dunia I berjenis Fokker DR-1 dan Spad VII, beraksi bersama saat tampil dalam pertunjukan udara di Old Rhinebeck Aerodrome, Rhinebeck (7/6). AP/Mike Groll
Perbesar
Pesawat Perang Dunia I berjenis Fokker DR-1 dan Spad VII, beraksi bersama saat tampil dalam pertunjukan udara di Old Rhinebeck Aerodrome, Rhinebeck (7/6). AP/Mike Groll

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta -Anthony Fokker dikenal sebagai sosok paling berjasa di balik pembuatan pesawat tempur canggih era Perang Dunia I, Fokker. Meski berkebangsaan Belanda, ternyata pria bernama lengkap Anton Herman Gerard Fokker ini lahir di Blitar, Jawa Timur, Indonesia pada 6 April 1890.

Keluarga Tajir Pemilik Perkebunan Kopi di Jawa Timur

Sejak kecil Fokker tumbuh dan besar dari keluarga kaya raya di Hindia Belanda. Ayahnya, Herman Fokker, diketahui merupakan pemilik kebun kopi luas dan termasyhur di Jawa Timur. Tak ayal, mudah bagi Fokker untuk mengenyam pendidikan di luar tanah kelahirannya Nusantara, yakni ke Eropa untuk mewujudkan obsesinya di dunia penerbangan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Bowdoin Van Riper dalam bukunya A Biographical Encyclopedia of Scientists and Inventors in American (2011) menuliskan, di usia 20 tahun atau tahun 1910, Herman Fokker mengirim anaknya ke Jerman untuk belajar teknik mesin di Sekolah Teknik Bingen. Lantaran lebih tertarik dengan pesawat, Fokker muda pindah sekolah ke Erste deutsche Automobil-Fachschule di Mainz, Jerman. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tak butuh waktu lama, pesawat pertama bernama de Spin atau si Laba-laba berhasil dia buat pada 1910. Namun, saat melakukan uji coba penerbangan, pesawatnya itu hancur menabrak pohon. Setahun berikutnya, de Spin II rampung dibuat. Sama seperti de Spin I, nasib de Spin versi kedua ini juga hancur akibat jatuh pada Mei 1911. 

Sebelum mulai membuat de Spin III, Fokker lebih dulu mendirikan perusahaan Fokker Aeroplane Bau dan sekolah penerbangan pada 1912. Seiring meletusnya Perang Dunia Pertama, Fokker mendapat kontrak dengan militer Jerman untuk memproduksi pesawat pemandu dan menyediakan pelatihan pilot. Kali ini usaha ketiganya, de Spin III sukses hingga dibeli otoritas Jerman pada 1913. 

Baca : Panglima TNI Baru Ingin Perkuat Alutsista, Ini Peringkat Militer RI di Dunia

Pesawat buatannya pada 1915 adalah Fokker E-1, pesawat satu kursi dan senapan mesin yang sudah sinkron dengan gerak baling-baling depannya ketika menembak. Menurut Riper, pesawat ini dinilai sangat efektif ditangan Max Immelmann Ace dan kerap menjadi ancaman serius bagi musuh-musuhnya.

Sejak saat itu, nama Fokker kian tenar. Karena terikat kontrak militer Jerman, dia mulai merancang kapal perang untuk Angkatan Udara Jerman. Hasilnya ada 700 pesawat yang dibuat khusus untuk Perang Dunia I. Selain membuat pesawat, Fokker juga ahli menerbangkan pesawat. Karena itu dia kerap melakukan demonstrasi terbang, seperti dilansir dari The Famous People. 

Pasca Perang Dunia I berakhir, Fokker kembali ke negaranya dan membangun perusahaan penerbangan baru bernama Dutch Aircraft Factory. Lompat sampai tahun 1922, dia hijrah ke Amerika Serikat dan kembali mendirikan Fokker Aircraft Corporation. Hanya sembilan bulan tinggal di Paman Sam, pria kelahiran Blitar meninggal di usia 49 tahun karena penyakit pneumococcal meningitis pada 23 Desember 1939.  

HARIS SETYAWAN
Baca juga :  Jepang Inggris dan Italia Bangun Jet Tempur Bersama

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus