Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Puting beliung menyapu Desa Tambakrejo, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis kemarin. Ratusan rumah warga rusak karena embusan angin yang datang pada sore hari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sebetulnya bagaimana puting beliung terjadi? Menurut Hadi Widiatmoko, pengamat meteorologi, angin puting beliung terjadi akibat kuatnya sirkulasi udara naik (up draft) dan aliran udara turun di awan kumulonimbus. Pusaran yang mirip belalai pun terbentuk karena efek dari perputaran bumi (gaya Coriolis) bertemu dengan tekanan udara yang relatif rendah pada pusatnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Sehingga jadi pusaran dan bisa menyedot benda-benda di bawahnya ke permukaan," kata Hadi, yang juga mantan Kepala Bidang Informasi Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, saat dihubungi, Jumat, 24 November 2017.
Menurut Hadi, penyebaran puting beliung umumnya terjadi mengikuti siklus musiman pada rentang peralihan musim kemarau ke musim hujan dan sebaliknya. Puting beliung muncul di wilayah Indonesia barat (Sumatera bagian utara dan sekitarnya) pada September. Kemudian, angin bergeser ke arah timur, meliputi Sumatera Selatan dan Jawa bagian barat, pada Oktober.
"Puting beliung menuju kawasan Jawa Tengah dan Jawa Timur pada November," ucap Hadi. Sebagai konsekuensi wilayah iklim tropis, menurut Hadi, hampir sebagian besar wilayah Indonesia mempunyai potensi kedatangan puting beliung. "Wilayah pesisir punya potensi yang lebih besar," ujarnya.
Simak artikel menarik lain tentang puting beliung hanya di kanal Tekno Tempo.co.