Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Studi: Badai Bisa Ciptakan Danau Sementara di Gurun Sahara

Sebuah studi mengungkap bahwa badai langka dapat mengubah bagian Gurun Sahara menjadi danau sementara.

24 Maret 2025 | 09.31 WIB

Bukit pasir dan pohon palem yang sebagian tertutup banjir di Gurun Sahara, di Merzouga, Maroko, 24 Oktober 2024. REUTERS/Stelios Misinas
Perbesar
Bukit pasir dan pohon palem yang sebagian tertutup banjir di Gurun Sahara, di Merzouga, Maroko, 24 Oktober 2024. REUTERS/Stelios Misinas

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal Hydrology and Earth System Sciences mengungkap bahwa badai langka dapat mengubah bagian Gurun Sahara menjadi danau sementara. Penelitian yang berfokus pada banjir langka di barat laut Aljazair ini menemukan bahwa hujan deras yang jarang terjadi dapat mengisi danau kering Sebkha el Melah, menantang teori lama tentang pola kelembapan di kawasan ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penelitian ini dipimpin oleh Dr. Moshe Armon dari Hebrew University dan Dr. Franziska Aemisegger dari University of Bern, bekerja sama dengan University of Haifa dan ETH Zurich. Tim ini menganalisis data satelit untuk memahami hubungan antara badai besar dan munculnya danau di Sahara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

“Hasilnya menunjukkan bahwa ratusan HPE (heavy-precipitation events) terjadi antara tahun 2000 dan 2021, tetapi hanya enam LFE (Lake-Filling Events) yang terjadi,” tulis para peneliti dalam laporan mereka, dikutip dari Earth.com, Sabtu, 22 Maret 2025. 

Para ilmuwan menemukan bahwa siklon ekstratropis di pantai Atlantik berperan penting dalam membawa kelembapan ke Sahara. Badai ini mampu melewati Pegunungan Atlas dan membawa uap air dari lautan jauh ke dalam gurun. Dalam beberapa kasus, udara lembap yang menguap dari hujan yang tidak mencapai tanah dapat menciptakan efek domino, meningkatkan ketersediaan air di wilayah tersebut.

Sebagian besar sistem hujan melemah saat melewati Pegunungan Atlas, tapi badai yang cukup kuat dapat tetap membawa hujan ke gurun jika berlangsung selama beberapa hari. Siklon yang bergerak lambat juga memungkinkan lebih banyak kelembapan masuk ke daerah ini, terutama pada musim gugur dan musim dingin.

Para peneliti juga mencatat bahwa banjir di Sebkha el Melah pada September 2024 memiliki pola atmosfer serupa dengan kejadian sebelumnya. Citra Landsat dari NASA Worldview mengkonfirmasi bahwa hujan deras kembali membawa kelembapan dari Samudra Atlantik ke dalam gurun.

Penelitian ini juga menyoroti dampak pemanasan global terhadap pola badai. Beberapa model memprediksi peningkatan transportasi kelembapan ke Sahara di masa depan. Hal ini bisa sementara meningkatkan ketersediaan air, meskipun tidak mengubah Sahara menjadi wilayah hijau secara permanen.

Dengan demikian, temuan ini disebut menambah wawasan tentang bagaimana gurun ini pernah memiliki habitat lahan basah di masa lalu. Para peneliti menekankan bahwa proyeksi ketersediaan air tidak bisa hanya mengandalkan rata-rata curah hujan, tapi juga perlu mempertimbangkan intensitas badai dan jalur pergerakan kelembapan.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus