Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Banjir di sebagian wilayah Jabodetabek merenggut nyawa termasuk akibat sengatan listrik. PakarKetenagalistrikan Institut Teknologi Bandung, Syarif Hidayat mengatakan, air yang merupakan salah satu penghantar listrik, garus diwaspadai terutama saat ada genangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Ketika banjir air bisa mengenai bagian-bagian listrik yang bertegangan misalnya stop kontak,” kata dia saat dihubungi Jumat, 3 Januari 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Orang yang berada dekat sumber tegangan listrik itu bisa tersengat setrum hingga fatal. Sementara jika berada agak jauh, listrik yang menjalar di air telah menyebar sehingga arusnya kecil. “Perkiraan saya jarak 0,5 meter sudah berbahaya,” ujar Syarif. Situasi itu ketika listrik belum dimatikan dari kWh meter.
Air banjir yang mengenai sumber listrik tidak selalu langsung menimbulkan hubungan arus pendek sehingga memutuskan arus. Menurut Syarif ada jeda pada kondisi seperti itu sebelum terjadi korsleting. “Seperti orang cari belut pakai setrum di sawah itu tidak korsleting alatnya karena ada impedansi atau tahanannya,” kata dia.
Selain itu air yang merembes ke tembok dan mengenai bagian listrik yang bertegangan juga bisa mengalirkan arus listrik. Karena itu menurut Syarif dalam kondisi air banjir menggenangi rumah, arus listrik harus segera dimatikan di kWh meter. “Juga segera beritahukan PLN untuk mematikan aliran dari gardu sehingga lingkungan sekitarnya padam semua,” ujarnya.
Jika belum diputus dari gardu sementara air banjir sudah mengenai kWh meter yang sudah dimatikan, alat itu masih tetap berbahaya. “Sebab arus listrik dari PLN masih mengalir,” kata Syarif.
Data terbaru korban banjir di wilayah Jabodetabek hingga Jumat, 3 Januari 2020 ada 46 orang. Dari laman Badan Nasional Penanggulangan Bencana, lima orang di antaranya tewas tersengat listrik.