Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Bandung - Kontes Robot Indonesia yang tahun ini digelar daring atau online sudah memasuki persaingan tingkat nasional, 16-24 November 2020. Setelah penyaringan dari dua wilayah, tercatat ada 150 tim mahasiswa yang lolos dari 67 perguruan tinggi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ketua Dewan Juri Kontes Robot Indonesia Nasional 2020 Benyamin Kusumoputro memberi catatan khusus untuk kontes tahun ini. Menurutnya, kejuaraan sangat berat untuk masalah keadilan (fairness) dan kejujuran (fairplay).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Semua tim harus didukung perangkat teknologi dan infrastuktur pendukung yang sama, dan harus bertanding secara jujur," kata Benyamin saat konferensi pers daring, Rabu 18 November 2020.
Di masa pandemi Covid-19 ini, setiap tim berlomba dari tempat masing-masing di arena buatan sendiri dengan aturan baku panitia dari Pusat Prestasi Nasional dan Institut Teknologi Bandung (ITB). Dewan juri yang beranggotakan 10 orang dari Universitas Indonesia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Politeknik Negeri Bandung, Universitas Gadjah Mada, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, dan Institut Teknologi Bandung lalu menilai aksi setiap robot dari siaran langsung via Internet alias streaming.
“Tidak mudah karena banyak masalah tapi bisa diatasi sehingga kecurangan bisa dideteksi," katanya sambil menambahkan keyakinannya, "Untungnya tidak ada tim yang curang.”
Panitia dan juri, Benyamin menegaskan, tidak bisa menerima kecurangan dalam kontes. Antisipasinya, tim harus memasang banyak kamera dari beberapa sudut penempatan.
Pada kategori Kontes Robot Pemadam Api misalnya, setiap tim wajib memasang lima kamera. Salah satunya di atas sehingga juri bisa memantau keseluruhan arena. Selain itu ada ketentuan agar tim menutup sebagian arena buatannya. “Untuk mencegah manual control supaya robot dijamin bekerja autonomous,” ujar Benyamin.
Dewan juri kontes, Benyamin menambahkan, sangat menghargai semangat, kerja keras, dan perjuangan tim mahasiswa. Ketika kampus ditutup dari segala aktivitas akademik karena pandemi Covid-19, ada tim yang disebutnya berlatih di rumah toko.
Kategori robot sepakbola beroda dalam Kontes Robot Indonesia 2017 di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. (TEMPO/Anwar Siswadi)
Adapun soal jaringan Internet, menurutnya, tidak jadi kendala bagi tim peserta. Namun sempat ada kejadian ketika waktunya tim beraksi mendadak listrik padam di daerahnya. Juri tidak langsung menggugurkan melainkan hanya menggeser jadwal tim.
Kontes Robot Indonesia tingkat nasional 2020 melombakan enam kategori, yaitu Kontes Robot ABU Indonesia (KRAI), Kontes Robot Pemadam Api Indonesia (KRPAI), Kontes Robot Sepak Bola Indonesia (KRSBI) Beroda, Kontes Robot Sepak Bola Indonesia (KRSBI) Humanoid, Kontes Robot Seni Tari Indonesia (KRSTI), dan Kontes Robot Tematik Indonesia (KRTMI).
Pelaksana tugas Kepala Pusat Prestasi Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Asep Sukmayadi mengatakan, kontes robot itu salah satu ajang untuk mengembangkan prestasi peserta didik. Tonggak kontes robot di kalangan mahasiswa itu adalah Indonesia Robot Contest pada 1993 di Surabaya gelaran Politeknik Elektronika Negeri Surabaya. Sepuluh tahun kemudian hingga kini penyelenggaraannya dilakukan pemerintah.