Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Kulit Buatan dari Limbah Kopi

Alumnus Institut Teknologi Bandung menyulap limbah kulit buah kopi menjadi lembaran kulit buatan. Bisa menjadi alternatif penggunaan kulit hewan.

16 Oktober 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Kulit Buatan dari Limbah Kopi/Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEKELOMPOK alumnus Institut Teknologi Bandung menyulap limbah kulit buah menjadi lembaran kulit buatan. Hasil riset dan pengembangannya bisa menjadi alternatif penggunaan kulit hewan, seperti sapi. Biomaterial microbial cellulose yang dinamakan Misel itu berasal dari hasil fermentasi kulit buah kopi kering atau cascara. Inovasi ini ikut melenggang dalam Milan Fashion Week di Italia, 21 September lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tim pembuat Misel tergabung dalam perusahaan rintisan Bell Society yang sejak 2019 bernaung di bawah PT Kurva Lonceng Khatulistiwa. Kantornya berlokasi di Jalan Cigadung Raya Barat, Kota Bandung. Pendirinya adalah Arka Irfani dan Semeru Gita Lestari, sarjana biologi dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB, serta Muhammad Taufiq, sarjana astronomi dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITB. Mereka teman seangkatan kuliah 2014 dan lulusan 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Arka, pembuatan Misel dirintis pada 2017. Saat itu mereka masih menjadi tim program kreativitas mahasiswa. Usulan mereka adalah membuat kertas dari hasil fermentasi limbah kulit buah. Dalam percobaan, tekstur lembaran produk yang dihasilkan ternyata tebal dan kuat sehingga urung dijadikan kertas. "Dari situ kita melakukan riset, bisa jadi apa (lembaran itu). Ternyata bisa jadi pengganti kulit hewan," katanya, Senin, 4 Oktober lalu.

Awalnya mereka menjajal segala macam limbah organik, seperti kulit kupasan ubi, singkong, kentang, dan tomat. Kulit nanas, buah naga, dan semangka juga pernah dipakai. Semua limbah itu, tutur Arka, bisa diolah menjadi Misel. Kini mereka menggunakan limbah kulit biji kopi yang dikeringkan. "Kita fokusnya ke limbah, jadi enggak menanam khusus. Sisa (kulit buah kopi) yang dibuang orang kita pakai," ujarnya.


Proses Pembuatan Misel

Mereka tertarik memanfaatkan limbah kopi karena jumlahnya banyak dan ketersediaannya konsisten. Arka menjelaskan, produksi biji kopi dari industri sebanyak 720 ribu ton per tahun. "Sebanyak 40-48 persen dalam bentuk kulit," tuturnya. Saat ini mereka mengumpulkan cascara dari petani kopi di sekitar pegunungan Bandung, seperti di kawasan Gunung Tilu. Meskipun panen dilakukan satu-dua kali dalam setahun, sejauh ini stok yang diperoleh cukup untuk produksi Misel.

Perancang busana Jenny Yohana Kansil lewat label JYK memadukan Misel dengan kain batik Lubuklinggau, Sumatera Selatan, yang bercorak khas buah durian. Pendiri Istituto di Moda Burgo Indonesia itu menampilkan sepuluh busana terbarunya dalam peragaan busana Emerging Talents Milan Fashion Week Spring/Summer 2021, 21 September lalu, di Milan. Potongan lembaran Misel yang keriput berwarna cokelat dan hitam dijadikan pola rompi, rok, dan aksesori busana. Olahannya sama dengan buatan Bell Society, yaitu dompet, tas, dan purwarupa sneaker.

Tim Bell Society juga melakukan uji Misel secara mandiri yang mengacu pada Standar Nasional Indonesia. Hasilnya, dalam uji tarik bahan kulit yang berkisar 8-20 megapascal, nilai Misel 11,5. "Jadi sudah masuk kategori kulit," ucap Arka. Adapun tingkat kemuluran Misel berkisar 20-30 persen. Hasil ini melengkapi hasil uji lain, yaitu sebagai bahan berkelanjutan dari alam dan mudah terurai ketika menjadi limbah.

Unsur organik lain ada pada pewarnaan Misel yang memakai tanaman, seperti merah dari pohon secang dan biru atau hitam dari tarum alias Indigofera. Mereka kini sedang berusaha menjawab tantangan meningkatkan skala produksi lewat riset sesuai dengan permintaan konsumen yang menanyakan berbagai ukuran Misel.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Abdul Manan

Abdul Manan

Meliput isu-isu internasional. Meraih Penghargaan Karya Jurnalistik 2009 Dewan Pers-UNESCO kategori Kebebasan Pers, lalu Anugerah Swara Sarasvati Award 2010, mengikuti Kassel Summer School 2010 di Jerman dan International Visitor Leadership Program (IVLP) Amerika Serikat 2015. Lulusan jurnalisme dari kampus Stikosa-AWS Surabaya ini menjabat Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen Indonesia 2017-2021.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus