Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Malang - Tim mahasiswa dari Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya membuat biskuit dari ulat Hong Kong untuk pengobatan terhadap anak-anak yang mengalami kekerdilan (stunting). Biskot, nama biskuit itu, dilombakan dalam Asean Innovative Science Environmental and Enterprenuer Fair (AISEEF) 2021 yang baru berlalu.
Anggota tim pembuat Biskot, Sularso, menjelaskan, berdasarkan data World Health Organization (WHO), Indonesia merupakan negara dengan prevalensi kekerdilan terbesar kelima di dunia. "Yakni 36 persen (dari 7.547 jumlah anak stunting) pada 2019," katanya.
Dengan latar belakang tersebut, tim berupaya mencari inovasi untuk mengembangkan produk-produk inovatif dari peternakan. Mereka lalu melirik kandungan protein pada larva ulat Hong Kong yang cukup tinggi, yaitu 47,44 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Komposisi lainnya adalah kadar lemak 21,84 persen, serta asam amino berupa taurin sebesar 17,53 persen yang dinilai sangat dibutuhkan pada masa tumbuh kembang anak. Taurin merupakan asam amino terbanyak kedua dalam ASI yang berfungsi sebagai neurotransmitter dan berperan penting dalam proses pematangan sel otak.
Sedang Ulat Hong Kong atau mealworm biasanya dibudidayakan hanya untuk dijadikan pakan unggas. "Namun, sebenarnya ulat ini termasuk dalam ordo coleoptera yang merupakan ordo keempat, artinya paling banyak dikonsumsi manusia," kata Sularso
Dalam proses pengolahannya, ulat dicuci bersih dan dikeringkan. Selanjutnya dihaluskan menggunakan blender dan disaring airnya, sebelum kemudian dicampur ke dalam adonan dari terigu, gula, dan telur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca juga:
Ide Masker Mahasiswa Unpad Raih Medali Emas Inovasi Terbaik ASEAN
Penelitian biskuit dari ulat Hong Kong dari Sularso bersama mahasiswa Unibraw lainnya Retno Nur Fadillah, Yasri Rahmawati, Hendarto, dan Zuhdan Alaik ini berhasil memboyong medali perak AISEEF.