Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sains

Mahasiswa Olah Ulat Hong Kong Jadi Biskuit untuk Anak Stunting

Tim mahasiswa dari Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya ini bidik asam amino seperti yang ada dalam ASI.

4 Maret 2021 | 17.13 WIB

Peternak memberikan ulat Hongkong untuk dimakan oleh koloni semut Rangrang yang diternakan di Peternakan Gentra Pamitran, Cimahi, Jawa Barat. 7 Agustus 2014. TEMPO/Aditya Herlambang Putra
Perbesar
Peternak memberikan ulat Hongkong untuk dimakan oleh koloni semut Rangrang yang diternakan di Peternakan Gentra Pamitran, Cimahi, Jawa Barat. 7 Agustus 2014. TEMPO/Aditya Herlambang Putra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, MalangTim mahasiswa dari Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya membuat biskuit dari ulat Hong Kong untuk pengobatan terhadap anak-anak yang mengalami kekerdilan (stunting). Biskot, nama biskuit itu, dilombakan dalam Asean Innovative Science Environmental and Enterprenuer Fair (AISEEF) 2021 yang baru berlalu.

Anggota tim pembuat Biskot, Sularso, menjelaskan, berdasarkan data World Health Organization (WHO), Indonesia merupakan negara dengan prevalensi kekerdilan terbesar kelima di dunia. "Yakni 36 persen (dari 7.547 jumlah anak stunting) pada 2019," katanya.

Dengan latar belakang tersebut, tim berupaya mencari inovasi untuk mengembangkan produk-produk inovatif dari peternakan. Mereka lalu melirik kandungan protein pada larva ulat Hong Kong yang cukup tinggi, yaitu 47,44 persen.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Komposisi lainnya adalah kadar lemak 21,84 persen, serta asam amino berupa taurin sebesar 17,53 persen yang dinilai sangat dibutuhkan pada masa tumbuh kembang anak. Taurin merupakan asam amino terbanyak kedua dalam ASI yang berfungsi sebagai neurotransmitter dan berperan penting dalam proses pematangan sel otak.

Sedang Ulat Hong Kong atau mealworm biasanya dibudidayakan hanya untuk dijadikan pakan unggas. "Namun, sebenarnya ulat ini termasuk dalam ordo coleoptera yang merupakan ordo keempat, artinya paling banyak dikonsumsi manusia," kata Sularso

Dalam proses pengolahannya, ulat dicuci bersih dan dikeringkan. Selanjutnya dihaluskan menggunakan blender dan disaring airnya, sebelum kemudian dicampur ke dalam adonan dari terigu, gula, dan telur.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca juga:
Ide Masker Mahasiswa Unpad Raih Medali Emas Inovasi Terbaik ASEAN

Penelitian biskuit dari ulat Hong Kong dari Sularso bersama mahasiswa Unibraw lainnya Retno Nur Fadillah, Yasri Rahmawati, Hendarto, dan Zuhdan Alaik ini berhasil memboyong medali perak AISEEF.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus