Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

BMKG Operasi Modifikasi Cuaca Jakarta 1-6 Februari, Akui Kali Ini Tak Mudah

BMKG vs Angin Monsun Asia, La Nina, MJO, dan Cold Surge di Jakarta.

2 Februari 2025 | 17.14 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Petugas menyiapkan garam sebelum dimasukkan ke dalam pesawat Cessna 208B Grand Caravan EX untuk persemaian garam dengan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di Bandara Internasional Ahmad Yani, Semarang, Jawa Tengah, Senin 18 Maret 2024. BNPB bekerja sama dengan BMKG melakukan operasi TMC selama tiga hari sebagai upaya meminimalisir berkumpulnya awan yang berpotensi menimbulkan intensitas hujan tinggi terjadi di sejumlah wilayah Jawa Tengah yang rawan bencana hidrometeorologi. ANTARA FOTO/Makna Zaezar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sejumlah daerah untuk melakukan modifikasi cuaca saat musim hujan. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menegaskan langkah ini bukan untuk mencegah turun hujan. "Namun untuk mengurangi intensitas hujan yang misalnya tadinya akan menjadi hujan lebat menjadi sedang,” kata Dwikorita dalam konferensi pers virtual, Sabtu, 1 Februari 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dwikorita juga mengatakan modifikasi cuaca dilakukan terhadap awan-awan yang tumbuh cepat dan berpotensi menghasilkan hujan lebat hingga ekstrem. Cara ini, kata dia, untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan seperti banjir dan longsor. Meski begitu, Dwikorita menambahkan kalau modifikasi cuaca tidak mudah dilakukan saat puncak musim hujan. “Awan-awannya tumbuh sangat cepat dan masif,” tuturnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dwikorita menyampaikan, saat ini, Januari-Februari 2025, adalah puncak musim hujan di wilayah Indonesia. Puncak musim hujan kali ini dipengaruhi angin Monsun Asia yang semakin kuat, disertai dengan La Nina lemah yang diperkirakan masih akan berlangsung, keduanya, hingga Maret dan April.

Selain itu juga masih ada pengaruh Madden Julian Oscillation yang semakin bergerak ke arah Indonesia bagian tengah. Juga pengaruh seruakan udara dingin (cold surge) dari dataran tinggi di Siberia yang berpengaruh sejak beberapa hari lalu.

Pelaksana tugas Direktur Tata Kelola Modifikasi Cuaca BMKG Budi Harsoyo mengatakan, salah satu daerah yang menerapkan modifikasi cuaca adalah Jakarta. Periode operasinya 1-6 Februari 2025, mengikuti rekomendasi BMKG. “Diputuskan hingga tanggal 6 karena memang di situ masih terlihat cukup tinggi ya potensi hujan ekstremnya,” ucap Budi dalam kesempatan yang sama.

Modifikasi Cuaca Tak Selalu Efektif

Peneliti di Pusat Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional Erma Yulihastin memiliki catatan untuk pelaksanaan Operasi Modifikasi Cuaca. Menurutnya, modifikasi cuaca dengan membuat hujan jatuh di laut adalah cara paling instan dan sangat lokal yang tak disarankannya ketika kondisi cuaca ekstrem terjadi karena gangguan sinoptik yang menguat.

Erma menunjuk kondisi aktif pembentukan Mesoscale Convective Complex (MCC) di atas lautan. MCC adalah kumpulan awan yang biasa menyebabkan hujan lebat disertai angin kencang dan petir di permukaan. Lalu juga kondisi sistem propagasi hujan yang kuat yang membuat hujan dari laut itu masuk ke darat dengan cepat.

Siklus MCC sangat lama, minimal enam jam, sehingga, Erma menilai, teknik modifikasi cuaca hujan buatan tak akan efektif. Terlebih, profesor riset bidang klimatologi ini menambahkan, jika ada mekanisme cold pool di permukaan atau ketinggian yang rendah, kurang dari 0,5 kilometer.

Mekanisme itu membuat awan yang sudah terurai atau meluruh bisa dengan cepat membentuk awan konvektif kembali. "Pembentukan atau replikasi diri awan yang agresif," kata Erma memberikan ilustrasi, pada 24 Januari 2025. 

Dengan kondisi itu, MCC di lautan dipastikannya tak akan terbendung masuk ke daratan dan tumbuh semakin besar. "Jadi lihat dulu MCC-nya seperti apa dan propagasi-nya kuat atau tidak untuk memprediksi apa yang kita tabur di laut apakah bisa memperparah yang terjadi di darat," kata dia.

M. Faiz Zaki

M. Faiz Zaki

Menjadi wartawan di Tempo sejak 2022. Lulus dari Program Studi Antropologi Universitas Airlangga Surabaya. Biasa meliput isu hukum dan kriminal.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus