Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Sejumlah gereja di Yogyakarta menggelar secara tatap muka ibadah pekan suci Paskah mulai Kamis hingga Minggu, 1-4 April 2021. Ibadah digelar di gereja-gereja secara terbatas dengan penerapan protokol kesehatan ketat untuk mengantisipasi penularan Covid-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tak hanya penyediaan sarana terbatas atau membatasi kapasitas, tapi juga memodifikasi beberapa bagian ritual ibadah serta swab test para petugas. Misalnya yang dilakukan di Gereja Hati Santa Perawan Maria Tak Bercela Kumetiran, Kota Yogyakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pastor Kepala Paroki Kumetiran, Yohanes Dwi Harsanto, mengungkap dalam Pekan Suci, baik Minggu Palma, Kamis Putih, Jumat Agung, dan saat Perayaan Minggu Paskah beberapa bagian ritual ibadah dimodifikasi guna meminimalisir potensi penularan Covid-19.
"Ada yang harus digantikan caranya supaya lebih aman dari virus corona," ujar Romo Santo, panggilan Yohanes Dwi Harsanto, dalam keterangannya Jumat 2 April 2021.
Dia mencontohkan saat bagian pembasuhan kaki para rasul Yesus yang biasanya dilakukan pastor kepada 12 perwakilan umat pada Kamis Putih. Prosesi itu digantikan dengan mendoakan umat.
Kemudian saat prosesi melambai-lambaikan daun palem oleh umat saat perayaan Minggu Palma, diganti dengan sebatas pemberkatan daun palem oleh imam di depan altar. Saat malam Tuguran pada Kamis Putih pun digantikan dengan adorasi Sakramen Maha Kudus secara singkat. ”Ini sesuai intruksi Vatikan dan Keuskupan,” kata Romo Santo.
Romo Santo menambahkan seluruh panitia Paskah yang bertugas dalam misa harus menjalani swab antigen. Tak hanya petugas di dalam gereja seperti pelayan liturgi atau peribadatan dan tim teknis yang menangani pelaksanaan misa live streaming, tapi juga petugas keamanan hingga bagian dapur.
Wakil Ketua II Dewan Paroki sekaligus Sekretaris Satgas Covid-19 Paroki Kumetiran, Antonius Joko Tirtono, menuturkan saat Pekan Suci dan Perayaan Paskah jumlah umat yang akan mengikuti ibadah di gereja dibatasi.
Pembatasan dilakukan dengan menerapkan kuota per wilayah. Jika biasanya Misa Paskah diikuti 2.000 umat, kali ini hanya 370 umat sekali misa. Namun frekuensi misa diperbanyak. Dari biasanya lima kali menjadi sebelas kali.
Saat ibadah di dalam gereja juga dibuat duduk berjarak. Jika satu baris bisa muat lima orang, maka hanya diperkenankan dua orang saja.
Joko mengatakan umat yang hendak mengikuti Perayaan Pekan Suci dan Paskah juga wajib memastikan diri benar-benar sehat lima hari sebelum perayaan. “Kalau badan merasa tidak fit, kami minta di rumah saja, mengikuti ibadah secara live streaming,” kata dia.