Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

RSHS Bandung Buka Suara Usai Viral Pasien Cabut Gigi Bungsu Meninggal

Seorang warga menuding terjadi malpraktik hingga menewaskan pasien di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin atau RSHS Bandung.

16 Desember 2023 | 12.44 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. (rshs.or.id)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang warga menuding terjadi malpraktik hingga menewaskan pasien di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin atau RSHS Bandung. Tudingan itu disampaikan hingga menyebar di media sosial. “Saya mewakli sivitas hospitalia RS Hasan Sadikin, mengucapkan turut berduka cita atas kepergian beliau semoga beliau diberikan tempat yang terbagi di sisi-Nya,” kata Direktur Medik dan Keperawatan RSHS Bandung, Iwan Abdul Rachman lewat rekaman video yang dibagikan Sabtu, 16 Desember 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menanggapi video yang beredar di sosial media mengenai wafatnya salah seorang pasien setelah mendapatkan pelayanan, Iwan mengatakan RSHS Bandung telah melakukan upaya maksimal dalam memberikan pelayanan kepada semua pasien. “Pelayanan yang diberikan sudah sesuai dengan standar prosedur pelayanan yang ada di rumah sakit,” ujarnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RSHS Bandung menyayangkan pihak yang membuat konten di media sosial soal tudingan malpraktik tanpa adanya klarifikasi ke pihak rumah sakit. “Namun demikian, kami ucapkan terima kasih atas perhatian dan kepedulian seluruh pihak terhadap pelayanan di rumah sakit,” kata Iwan. Dia meminta dukungan agar RSHS Bandung bisa memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi masyarakat. 

Beberapa hari lalu sempat beredar video di media sosial yang menyebutkan soal dugaan malpraktik di RSHS Bandung hingga menewaskan pasien. Bersuara wanita disertai teks, pembuat konten itu menceritakan soal sepupunya dari Garut yang dirujuk ke RSHS Bandung untuk operasi gigi bungsu. 

Sebelum operasi dilakukan anestesi atau pembiusan. Beberapa menit kemudian, suami pasien dipanggil karena detak jantung istrinya berhenti. Pasien kemudian dibawa ke ruang perawatan intensif dan tidak sadar selama berhari-hari. Pihak keluarga sempat mencari tahu penyebab kondisi pasien ke dokter yang menangani.

Mereka juga mengaku mendapat informasi dari beberapa dokter lain kenalan keluarga. Kabarnya, masalah yang terjadi kemungkinan besar akibat kesalahan pembiusan oleh dokter anestesi. Alasannya karena selang beberapa menit saja organ bisa langsung rusak terutama ginjal hingga detak jantung pasien berhenti. 

Pelapor juga menyebutkan selama dua minggu pasien tidak mengalami perbaikan kondisi. Hingga tubuhnya tidak bergerak, menolak makanan dan minuman, serta tidak buang air kecil dan besar. 

Devy Ernis

Devy Ernis

Bergabung dengan Tempo sejak April 2014, kini staf redaksi di Desk Nasional majalah Tempo. Memimpin proyek edisi khusus perempuan berjudul "Momen Eureka! Perempuan Penemu" yang meraih penghargaan Piala Presiden 2019 dan bagian dari tim penulis artikel "Hanya Api Semata Api" yang memenangi Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2020. Alumni Sastra Indonesia Universitas Padjajaran.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus