Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengaitkan fenomena cuci darah pada pasien anak-anak dengan tren konsumsi gula yang tinggi. Konsumsi gula yang berlebihan menyebabkan gagal ginjal pada pasien berusia muda, sehingga harus menjalan cuci darah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Banyak anak-anak sekarang dikasih minum sama makan gulanya tinggi. Indonesia itu suka gula,” kata Menkes di Bandung, Jumat, 2 Agustus 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam sehari, menurut Budi, konsumsi gula seharusnya maksimal hanya 4 sendok. Bila berlebih, efeknya bisa mengganggu berbagai organ, mulai dari ginjal, hati, jantung, serta memicu stroke. Fenomena cuci darah pada anak, dia meneruskan, dialami sebagian penderita diabetes di Indonesia yang jumlahnya mencapai 13 persen dari total populasi saat ini
“Diabetes itu kalau tidak diberi treatment setiap hari, dalam 5-6 tahun bisa jadi penyakit kronis,” tutur Budi.
Budi menyebut pola konsumsi gula seseorang bisa diperkirakan secara sederhana. “Ukurannya paling gampang itu lihat celana jeans. Kalau di atas (size) 34, itu kemungkinan gulanya banyak.”
Rumah Sakit Umum Pusat Dr Hasan Sadikin atau RSHS Bandung termasuk institusi kesehatan yang sedang dibanjiri pasien anak penderita penyakit ginjal. Rentang usia para pasien tersebut antara 0 hingga 18 tahun
Staf Divisi Nefrologi Kelompok Staf Medis Ilmu Kesehatan Anak RSHS Bandung, Ahmedz Widiasta, mengatakan selalu ada 10-20 pasien anak per bulan yang membutuhkan pengobatan. Pasien yang datang dari banyak daerah ini biasanya dirujuk kembali ke rumah sakit umum daerah (RSUD) untuk cuci darah.
“Beberapa anak (pengobatannya) diubah menjadi cuci darah lewat perut, sehingga bisa dilakukan di rumah,” kata Widiasta di Bandung, Rabu, 31 Juli 2024.
Pasien anak untuk penyakit ginjal kronik bisa diperiksa di dua poliklinik, yaitu klinik hemodialisis dan klinik ginjal. Jumlah pasien hariannya bisa mencapai 20-50 orang, terutama pada Senin dan Kamis. “Sedangkan jumlah pasien cuci darah rutin di klinik hemodialisis berkisar 5 orang per hari,” tutur dia.
Ketua Divisi Nefrologi Kelompok Staf Medis Ilmu Kesehatan Anak RSHS Bandung, Dany Hilmanto, mengatakan gangguan ginjal bisa muncul mendadak dan berlangsung lama. “Angka kejadian penyakit ginjal kronik yang memerlukan cuci darah seumur hidup pada anak cenderung meningkat,” ujar Dany.
ANTARA | ANWAR SISWADI
Pilihan Editor: Mahasiswa UGM Kembangkan Obat Kanker dari Albumin Ikan Gabus