Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Warna bintang bergantung pada suhu permukaannya serta panjang gelombang yang dapat dilihat mata manusia. Matahari, bintang terbesar pusat tata surya, populer sebagai benda langit berwarna rona kuning seperti yang tampak pada ensiklopedia modern.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, apakah warna asli Matahari benar-benar kuning kejinggaan? Jawaban sederhananya, tidak. Matahari memancarkan cahaya ke seluruh rentang panjang gelombang (atau warna). Itu terjadi di semua bagian spektrum elektromagnetik selain sinar gamma. Puncak spektrum Matahari lantas berguna untuk menghitung suhu permukaannya, yakni sekitar 5.500 derajat celsius. Metode yang sama juga bisa dimanfaatkan saat hendak menetapkan suhu permukaan bintang mana pun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Panjang gelombang puncak dalam spektrum juga umumnya menentukan warna semu sebuah objek. Sebagai contoh, bintang dengan suhu yang lebih dingin akan tampak merah, sedangkan yang lebih panas akan tampak biru. Sementara itu, bintang oranye, kuning, atau putih memiliki suhu di antara bintang merah dan biru. Bagi Matahari, spektrum sebenarnya memuncak pada panjang gelombang yang biasa digambarkan sebagai warna hijau.
Namun, di rentang sempit spektrum tampak, jumlah cahaya yang dipancarkan pada setiap panjang gelombang hampir persis sama. Terlebih lagi, mata manusia tidak bisa merasakan cahaya dengan merata-ratakan berbagai warna spektrum secara bersamaan. Sedikit kelebihan cahaya hijau tidak membuat Matahari lantas terlihat hijau di mata manusia, melainkan putih. Matahari harus hanya memancarkan cahaya hijau agar mata dapat melihatnya berwarna hijau.
Ini berarti warna Matahari yang sebenarnya adalah putih. Alasan mengapa Matahari kerap terlihat berwarna kuning adalah karena atmosfer Bumi menyebarkan cahaya biru lebih efisien daripada cahaya merah. Defisit kecil dalam cahaya biru ini menyebabkan mata memandang warna Matahari sebagai kuning.
Semakin banyak atmosfer yang dilewati cahaya Matahari, semakin banyak cahaya biru yang tersebar. Oleh karena itu, selama matahari terbit dan terbenam, terdapat persentase cahaya merah yang jauh lebih besar dalam spektrum Matahari. Itu sering kali memberikan pemandangan indah nan menakjubkan.
Pilihan editor: Bisakah Manusia Hidup di Planet Lain?
SYAHDI MUHARRAM