Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah tim studi di Baylor College of Medicine—universitas ilmu kesehatan yang menciptakan dan penerapan ilmu pengetahuan untuk pendidikan berbasis di Texas, Amerika Serikat—tengah mengembangkan pil kontrasepsi non-hormonal untuk pria. Penelitian ini merupakan terobosan di saat minimnya ragam pilihan alat kontrasepsi bagi laki-laki. Terutama belum banyak metode keluarga berencana atau KB bagi pria menggunakan pil.
Direktur pada Center for Drug Discovery Baylor College of Medicine Martin M. Matzuk menjelaskan tujuan penelitiannya untuk membantu pengendalian populasi manusia di bumi. Terlebih adanya proyeksi manusia akan bertambah menjadi 9 miliar pada 2037. “Penelitian ini kami fokus pada pendekatan baru, mengidentifikasi molekul kecil yang menghambat serine/threonine kinase 33 (STK33),” kata Martin seperti dikutip dari earth.com yang dipublikasi pada Ahad, 26 Mei 2024.
Serine atau threonine yang dimaksud Martin merupakan gen pengkode protein. Yakni protein baru yang telah menjadi fokus dari banyak penelitian dalam satu dekade belakangan. Adapun STK33 pada manusia termasuk dalam keluarga kinase yang bergantung pada kalsium atau kalmodulin dan terletak pada kromosom.
Menurut Martin, penelitian-penelitian sebelumnya membeberkan STK33 yang berperan penting membentuk sperma fungsional. Pada penelitian Baylor College, mereka menghilangkan gen STK33 pada tikus. Cara ini efektif menyebabkan kemandulan lantaran sperma abnormal dan motilitas yang buruk. “Serupa dengan efek yang terlihat pada pria dengan mutasi STK33.”
Dia menjamin bahwa mutasi tersebut tidak menyebabkan cacat lain. Yakni hanya menargetkan STK33 sebagai kontrasepsi yang layak dengan sedikit masalah keamanan pada manusia. Cara ini dinilai efektif untuk menciptakan pil kontrasepsi bagi pria, meski saat ini tim Martin belum memproduksinya.
Penelitian oleh Baylor College ini melibatkan 30 peneliti, tak terkecuali Martin. Penelitian tersebut didanai oleh Cancer Prevention Research Institute of Texas yang diterbitkan dalam jurnal Science, Jilid 384 Edisi 6698 pada 23 Mei 2024. Penelitian ini disebut sebagai kemajuan besar dalam pencarian kontrasepsi bagi pria. Utamanya untuk mengendalikan populasi manusia dari sisi kontrasespi laki-laki.
Secara umum, metode kontrasespi menggunakan pil dibagi dalam dua jenis. Yaitu pil KB kombinasi dan pil KB khusus progestin. Pil KB kombinasi biasanya mengandung hormon estrogen dan progresteron sintetis dan diperuntukkan bagi wanita. Tujuannya mencegah kehamilan dan dapat membuat menstruasi lebih teratur dan tidak sakit.
Adapun pil KB progestin acapkali digunakan oleh ibu menyusui dan wanita yang tidak diperkenankan mengonsumsi estrogen. Pil ini juga dikhususkan bagi perempuan. Metode konsumsinya yakni 35 pil yang diminum pada hari pertama menstruasi dan jenis 28 pil yang dapat diminum kapan saja. Penggunaan kedua alat kontrasepsi ini atas pengawasan dokter.
Sedangkan kontrasepsi non-hormonal merupakan jenis yang tidak mempengaruhi hormon pengatur suasana hati ataupun hormon seks. Beberapa pilihan Keluarga Berencana (KB) bagi pasangan yakni penggunaan kondom, spermisida, spons, diafragma, kap serviks, hingga diagrafgma. Namun mayoritas penggunaan kontrasepsi hanya pada wanita atau sedikit diperuntukkan bagi pria.
Penulis utama pada Baylor College Angela Ku menceritakan bahwa penelitiannya menggunakan DNA-Encoded Chemistry Technology (DEC-Tec) untuk menyaring miliaran senyawa dan mengidentifikasi penghambat STK33 yang kuat. “Yang paling efektif adalah CDD-2807, disempurnakan lebih lanjut untuk stabilitas dan selektivitas,” tulis Angela Ku.
CDD-2807 merujuk temuannya yang diimplementasikan pada percontohan tikus yang digunakan dalam penelitian. Motilitas dan jumlah sperma pada obyek penelitiannya secara efektif berkurang ketika gen STK33 dihilangkan. Hal ini menjadikan tikus tidak subur dan tanpa tanda-tanda toksisitas atau perubahan ukuran testis.
“Setelah beberapa waktu tanpa menggunakan CDD-2807, motilitas sperma tikus pulih dan subur kembali,” kata Courtney M. Sutton, yang merupakan tim dalam penelitian tersebut. Dia memastikan bahwa penelitian ini menandai langkah signifikan dalam memvalidasi STK33 sebagai target kontrasepsi. Namun temuan obat CDD-2807 ini akan terus dikembangkan dan akan diujicobakan pada primata.
Temuan ini juga menjadi penanda bahwa pria dapat berperan aktif rencana kontrasepsi dalam sebuah keluarga berencana. Juga dapat mendorong kesetaraan dalam tanggung jawab keluarga. Sehingga membantu meringangkan stigma seolah kontrasepsi hanya dilakukan pada perempuan.
Pil KB pada pria ini dikategorikan sebagai non-hormonal atau tanpa efek samping. Tujuannya menyasar STK33 dan tidak berakibat pada efek hormonal seperti penambahan berat badan, perubahan suasana hati, atau masalah kesehatan lain. Adapun efeknya yakni bersifat reversibel atau kembali subur ketika pil sudah tidak diminum.
AVIT HIDAYAT
Anda dapat mempelajarinya secara lengkap pada Jurnal Science berikut; Reversible male contraception by targeted inhibition of serine/threonine kinase 33
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini