Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

sains

Trem Otonom untuk IKN Dipulangkan ke Cina, Dosen ITB: Kalau Belok ke Luar Jalur

Anggota tim Proof of Concept dari ITB ini beberkan kelebihan dan keburukan hasil uji coba wahana Autonomous Rail Transit (ART) buatan Cina di IKN.

23 November 2024 | 22.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Bandung - Tim Proof of Concept menilai wahana Autonomous Rail Transit (ART) buatan Cina belum mumpuni untuk beroperasi di Ibu Kota Nusantara atau IKN. Anggota tim dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Bambang Riyanto Trilaksono, mengatakan, trem belum sepenuhnya bisa beroperasi otonom dan masih melaju melenceng dari jalur.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Pada kecepatan lebih dari 20 kilometer per jam dan agak berbelok, trem tidak dapat mengikuti jalur yang digunakan di jalan,” kata Bambang kepada Tempo, Sabtu 23 November 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Trem dari Cina, menurutnya, seperti bus yang beroda terdiri dari tiga gerbong. Trem itu harus berjalan sesuai jalur mengikuti garis putih yang telah dicat di wilayah inti IKN. Garis putih yang disebut juga jalur virtual itu lebarnya sekitar 30 sentimeter. Panjangnya mengelilingi Istana Presiden dan kantor-kantor kementerian sepanjang 5-6 kilometer dengan bentuk melingkar.

Saat uji coba, Bambang mengungkapkan, wahana melintasi garis yang posisinya di tengah trem atau rodanya mengangkangi jalur. Trem melaju dengan kecepatan rendah 15 kilometer per jam. Namun ketika lajunya ditambah hingga 20 kilometer per jam dan jalurnya berbelok, trem melenceng ke luar jalur sehingga harus diambil alih kendalinya oleh pengemudi. 

Kemudian, tiap kali ganti skenario pengujian, trem masih harus diatur ulang. Skenario itu misalnya dikaitkan dengan halangan di tengah lintasan yang khusus. Selain itu tim juga mengamati kasus ketika ada pejalan kaki melintas cukup dekat, trem tidak bereaksi seperti membunyikan klakson atau melakukan pengereman.

“Pendapat tim Proof of Concept, secara keseluruhan sistem otonomnya masih perlu banyak disempurnakan,” kata Guru Besar di Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB itu.

Dari sisi wahana kendaraannya, Bambang menilai trem buatan Cina itu memiliki sistem baterai, desain interior, aspek keselamatan penumpang, dan desain keseluruhannya sangat baik. Termasuk penyejuk udara atau AC dan display dalam gerbong trem.

Petugas melintas di samping gerbong Autonomous Rail Rapid (ART) atau kereta otonom tanpa rel saat uji kelayakan di IKN, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Agustus 2024. Kereta ini direncanakan beroperasi dengan menggunakann baterei, sehingga diharapkan dapat mengurangi gas dan penggunaan tenaga fosil. ANTARA/M Risyal Hidayat

Tim Proof of Concept dibentuk oleh Otoritas IKN. Anggotanya berasal dari sejumlah kampus seperti ITB, Universitas Indonesia (UI), organisasi profesi di bidang transportasi, dan kalangan industri. “Kami membuktikan apakah sistem otonom trem dari Cina itu berfungsi dengan baik atau tidak,” ujar Bambang.

Sebelumnya diberitakan bahwa Kementerian Perhubungan menyatakan penghentian proyek trem otonom tanpa rel fisik di IKN. Juru bicara kementerian itu, Budi Rahardjo, mengatakan pemerintah bakal mencari yang terbaik untuk IKN karena hasil evaluasi uji coba selama dua bulan mengindikasikan trem belum berfungsi dengan baik sehingga akan dipulangkan ke Cina.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus