Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Liga Lainnya

5 Catatan Hitam Piala Dunia 2022 Qatar

Piala Dunia 2022 Qatar, yang akan dimulai 20 November mendatang, menyisahkan sejumlah catatan hitam. Salah satunya kematian ribuan buruh migran.

4 November 2022 | 08.34 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Suasana Kota Doha menjelang Piala Dunia Qatar 2022 di Qatar, Rabu, 26 Oktober 2022. Qatar terus menghias diri menjelang perhelatan Piala Dunia Qatar 2022, pada 20 November-18 Desember 2022 mendatang. REUTERS/Hamad I Mohammed

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Piala Dunia 2022 Qatar akan dimulai pada 20 November mendatang. Sebagai tuan rumah, Qatar telah mempersiapkan berbagai aspek, termasuk fasilitas, seperti stadion, hotel, dan berbagai infrastruktur lainnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun, di balik itu semua, ada sejumlah catatan hitam terhadap para pekerja migran yang membangunan fasilitas tersebut. Mereka diduga dieksploitasi sehingga menyebabkan ribuan korban jiwa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dirangkum dari berbagai sumber, berikut sejumlah catatan hitam di balik Piala Dunia 2022 Qatar:

1. Ribuan Buruh Imigran Meninggal Dunia

Catatan pertama menunjukan bahwa banyak pekerja migran di Qatar yang meninggal. Umumnya mereka yang menjadi korban dalam proyek ini berasal dari kawasan Asia Selatan seperti India, Pakistan, Bangladesh, dan Nepal.

Dikutip dari The Guardian, lebih dari 6.500 buruh migran yang membangun infrastruktur untuk Piala Dunia 2022 di Qatar dilaporkan tewas. Namun, menurut penulis buku Digital Authoritarianism in The Middle East Marc, Owen Jones, dalam akun Twitter-nya menyebutkan bahwa jumlah tersebut sebenarnya mengacu pada semua kematian pekerja migran apapun penyebab kematiannya.

Sementara, mengutip The Washington Post, pekerja yang tewas mencapai 1.200 orang. Jumlah tersebut adalah akumulasi kasus selama sepuluh tahun telah berjalannya pembangunan infrastruktur tersebut.

2. Pengusiran Tenaga Kerja Asing

Catatan kedua menyebutkan bahwa Pemerintah Qatar telah mengusir para tenaga kerja asing dari blok apartamen mereka di daerah Doha. Dikutip dari Reuters, proses mengosongkan tempat tersebut ditujukan agar ribuan penggemar sepak bola di masing-masing negara dapat tinggal di daerah tersebut selama Piala Dunia berlangsung. Proses evakuasi tersebut sudah dimulai sejak empat minggu sebelum dimulainya Piala Dunia. Hal ini mendapat perhatian internasional.

Sejumlah korban menyebutkan hampir 12 bangunan tempat tinggal para pekerja telah ditutup oleh pihak berwenang. Namun, pihak Qatar menghiraukan bagaimana setelahnya para pekerja tinggal. Mereka dipaksa untuk mencari perlindungan apa yang mereka bisa, termasuk tempat tidur di trotoar di luar salah satu bekas rumah mereka.

3. Pembayaran Tidak Pantas

Catatan ketiga dari para pekerja migran ini ialah susahnya mendapatkan upah yang layak. Dikutip dari business-humanrights.org, sejumlah pekerja mengakui bahwa mereka belum dibayar selama lebih dari satu tahun lamanya.

Padahal mereka telah bekerja untuk membangun Menara Al Bidda di Doha, yang sekarang dikenal sebagai Menara Sepak Bola. Menara ini menjulang tinggi dan terdiri atas 43 lantai yang menghadap ke Teluk Persia.

4. Dipaksa Membuat Pernyataan Palsu

Catatan keempat menyebutkan bahwa para pekerja perlu menandatangani pernyataan palsu, yang menyatakan bahwa mereka telah dibayar dan menerima upah layak. Dikutip dari wionews.com, tanda tangan tersebut dibutuhkan agar para pekerja migran dapat mendapatkan kembali paspor dan kelengkapan dokumen mereka. Bahkan para pekerja diketahui tidak boleh sampai berganti pekerjaan tanpa seizin sponsor mereka.

Dengan pemasukan yang kurang, mereka menderita hingga menyebabkan kematian di lokasi konstruksi di kota Piala Dunia 2022 Qatar. Namun pihak Qatar tidak memberikan kompensasi bagi mereka dengan alasan tidak ada data terkait tentang kematian setiap migran. Mereka menyebut bahwa setiap kematian adalah tragedi serta tidak ada dana untuk hal tersebut.

5. Tidak Bisa Meninggalkan Kamp Bahkan Qatar Sekalipun

Catatan terakhir yang perlu diketahui adalah para majikan tidak memperbaharui izin tinggal bagi pekerja. Dikutip dari amnesty.org, para majikan sering mengabaikan permintaan para pekerja bahkan mengatakan bahwa mereka tidak dapat pergi sampai kontrak mereka habis atau harus menunggu selama kurun dua tahun ke depan.

Tanpa hal tersebut, pekerja dapat sewaktu-waktu dikenakan penjara atau denda. Karena itu, banyak pekerja yang mengerjakan infrastruktur di Stadion Khalifa takut menjelajah di luar lokasi kerja atau kamp pekerja mereka.

FATHUR RACHMAN

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus