Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Proses naturalisasi pemain Timnas Indonesia belakangan gencar dilakukan. Selain yang memuji karena imbas positifnya buat prestasi Tim Garuda, tak sedikit pula yang mengkritik. Salah satunya dari anggota DPR RI yang disampaikan secara terbuka dalam rapat kerja bersama Kemenpora pada Selasa lalu, 17 September 2024.
Nuroji, anggota Komisi X DPR dari Fraksi Gerindra, kala itu mengatakan. “Jujur, ini ironis. Kami melihat hampir semua di tim itu adalah pemain naturalisasi. Saya tidak bangga dan euforia atas hal ini,” kata dia dalam forum untuk membahas persetujuan naturalisasi Mees Hilgers dan Eliano Reijnders.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rocky Gerung, pengamat politik yang juga salah satu pengurus olahraga panjat tebing, juga mengkritik proyek naturalisasi pemain Timnas Indonesia. Menurutnya, hal tersebut menciptakan euforia semu karena mayoritas pemain bukan hasil dari pembibitan pemain muda lokal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Euforia itu membatalkan atau membuat kita lupa bahwa yang bermain di lapangan itu sebetulnya adalah bukan grup yang kita idealkan sebetulnya," ujar dia dikutip dari kanal YouTube Rocky Gerung Official.
Pengamat politik itu menyatakan bahwa naturalisasi pemain yang terjadi saat ini dianggapnya sebagai penipuan terhadap sensasi. Ia juga menambahkan bahwa jika ada proses naturalisasi, berarti ada hal yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip patriotisme.
Rocky menekankan bahwa fondasi Tim Nasional seharusnya adalah kebanggaan nasional yang tumbuh dari sistem pembibitan pemain muda di dalam negeri, bukan melalui naturalisasi. Ia menganggap naturalisasi sebagai jalan pintas dan bentuk pembenaran atas kegagalan federasi dalam menciptakan ekosistem sepak bola yang berkualitas.
"Betul bahwa olahraga sepak bola sudah mendunia dan orang akan saksikan kegembiraan di lapangan, tetapi kalau ada anggapan Timnas itu harusnya datang dari bibit kita, karena belum ada bibit maka kita naturaliasi. Itu semacam pembenaran sehingga pembibitan itu berhenti," ucapnya.
Mantan dosen Universitas Indonesia itu menambahkan bahwa meskipun tim sering mengalami kekalahan, upaya untuk meraih prestasi seharusnya dilakukan melalui pembibitan pemain dan kurikulum yang didukung ilmu olahraga mutakhir. Ia menegaskan bahwa sepak bola harus kembali dilihat sebagai sumber kebanggaan nasional, bukan dari hasil naturalisasi.
"Jadi kita mesti hidupkan kembali bahwa sepakbola itu kebanggaan nasional, bukan hasil dari naturalisasi," ujarnya.
Apa Kata Ketua Umum PSSI?
Di tengah beragam kritik itu, Ketua Umum PSSI Erick Thohir memberikan tanggapannya. "Saya rasa pada era demokrasi perbedaan pendapat itu dapat dimaklumi," ujar Erick di Kantor Kementerian Hukum dan HAM, Jakarta, Kamis.
"PSSI dan pemerintah ingin talenta terbaik bangsa Indonesia yang ada di luar negeri dapat memperkuat tim nasional Indonesia."
Naturalisasi, pria yang juga Menteri BUMN itu melanjutkan, lazim dilakukan di negara lain. Misalnya, Italia yang menaturalisasi pemain Argentina Mateo Retegui untuk memperkuat timnas mereka.
Sebelum itu, timnas Italia juga pernah diperkuat pemain naturalisasi seperti Mauro Camoranesi dan Thiago Motta. Timnas Spanyol juga pernah memiliki pemain naturalisasi dari Brazil misalnya Diego Costa dan Marcos Senna.
"Sepak bola merupakan entitas global dan selalu terbuka dengan naturalisasi selama mengikuti aturan FIFA," kata Erick Thohir.
Erick mengatakan, nasionalisme para pemain naturalisasi yang membela tim nasional Indonesia tidak perlu dipertanyakan lagi. "Mereka sangat Indonesia. Jangan pernah mempertanyakan merah putih mereka," ujar Erick di Kantor Kementerian Hukum dan HAM, Jakarta, Kamis.
Dia menyebut, para pesepak bola naturalisasi memiliki rasa cinta dan kebanggaan yang dalam untuk Indonesia lantaran mereka merupakan keturunan dari orang tua atau kakek dan nenek warga negara Indonesia.
Pergantian kewarganegaraan mereka menjadi Indonesia pun dilakukan atas keinginan sendiri. Menurut Erick, hal-hal itu yang membuat pemain-pemain tersebut selalu berlaga sepenuh hati untuk timnas Indonesia.
Pria yang juga Menteri BUMN itu mencontohkan sikap Mees Hilgers, bek tengah FC Twente di Liga Belanda Eridivisie, yang naturalisasinya sudah disepakati DPR RI dan tinggal menunggu Keputusan Presiden dari Presiden Joko Widodo.
Erick menyebut, baru-baru ini dirinya melihat rekaman video di mana Mees Hilgers mendatangi penonton yang membawa bendera Merah Putih di stadion, Belanda, mengambil bendera tersebut dan lalu berfoto dengan membentangkannya.
Peristiwa itu terjadi di Stadion De Grolsch Veste, Enschede, Belanda, usai Mees membantu timnya FC Twente menundukkan tim tamu SC Heerenveen dengan skor 2-0 di Eredivise, Rabu (18/9) dini hari WIB.
"Itulah nasionalisme. Mees itu ibunya orang Manado. Ibunya sering pulang ke Manado untuk melihat yayasan tunanetra yang dibinanya," kata Erick.
Dan, menurut Erick, nasionalisme idealnya tidak dibenturkan dengan pandangan-pandangan yang bersifat kontroversi.
Dia menegaskan, naturalisasi merupakan salah satu upaya PSSI untuk meningkatkan kualitas tim nasional yang dilakukan secara berkesinambungan dan jangka panjang.
PSSI, Erick menyampaikan, selalu maksimal dalam mencari dan menyiapkan talenta sepak bola terbaik untuk memajukan tim nasional.
"Yang namanya pembangunan timnas itu bukan hanya dilihat dari sisi jangka pendek atau shortcut (jalan pintas-red) atau quick win (percepatan). Semua harus berkesinambungan," tutur dia.
Program naturalisasi pesepak bola keturunan Indonesia yang bermain di luar negeri semakin gencar dilakukan terutama saat pelatih asal Korea Selatan Shin Tae-yong menangan timnas Indonesia sejak akhir tahun 2019.
Sepanjang periode Shin di skuad berjuluk Garuda, sudah ada 14 pemain yang dinaturalisasi untuk memperkuat tim nasional yaitu Jordi Amat, Marc Klok, Shayne Pattynama, Sandy Walsh, Rafael Struick, Ivar Jenner, Nathan Tjoe-A-On, Justin Hubner, Ragnar Oratmangoen, Thom Haye, Jens Raven, Jay Idzes, Calvin Verdonk dan Maarten Paes.
Terkini, ada dua pemain lain yang tengah dalam naturalisasinya tengah berlangsung yakni Eliano Reijnders dan Mees Hilgers. Naturalisasi mereka sudah disepakati oleh DPR RI pada Kamis dan tinggal menunggu terbitnya Keputusan Presiden (Keppres) dari Presiden Joko Widodo yang akan dilanjutkan dengan pengucapan sumpah setia sebagai warga negara Indonesia.