Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Almarhum Valentinus Nahak, mantan petinju pelatnas Asian Games 2018 meninggal pada Kamis 2 Agustus karena sakit, yang diduga dipicu kelelahan berlebihan saat bergabung di pelatnas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Valentinus meninggal karena kanker kelenjar getah bening, yang dia derita sejak 3 bulan terakhir. Dia meninggal di RS Sanglah, Denpasar, Bali pada Kamis pukul 20.00 WITA dalam usia 22 tahun.
“Kita semua ikut berduka cita atas kepergian Valentinus. Indonesia kehilangan salah satu bibit potensial tinju,” kata mantan petinju Olimpiade, Hendrik Simangunsong, yang sempat menangani Valentinus semasa pelatnas di Manado.
Hendrik yang kini sudah tidak lagi menjadi pelatih pelatnas tinju Asian Games, menyoroti faktor kelelahan berlebihan yang memicu penyakit Valentinus.
“Semasa di pelatnas, petinju digembleng latihan 8 jam sehari, 4 jam pagi dan 4 jam sore. Saat itu protes saya terhadap program latihan seperti itu tidak digubris, maka lebih baik saya mundur. Penyakit Valentinus saya pikir dipicu overtraining semasa pelatnas, dan terlambat ditangani dengan perawatan medis yang semestinya,” ujar Hendrik.
Menurut petinju yang tampil di Olimpiade Barcelona 1992 dan Atlanta 1996 serta juara Asia 1993 itu, sewajarnya porsi latihan petinju adalah 4 jam sehari, 2 jam pagi dan 2 jam sore namun dengan intensitas tinggi.
Valentinus Nahak mendapatkan bantuan pengobatan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga setelah foto mantan petinju pelatnas Asian Games 2018 dalam kondisi kurus kering menjadi viral di dunia maya. Namun takdir berkata lain, Valentinus menghadap Tuhan dalam upaya pengobatan pertama atas penyakitnya.