Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Liga Champions

Belum Sebulan Bertugas, Pascal Bosschaart Bawa Feyenoord Singkirkan AC Milan dan Lolos ke 16 Besar Liga Champions

Feyenoord menahan AC Milan 1-1 dan lolos ke babak 16 besar Liga Champions dengan keunggulan agregat 2-1. Pembuktian Pascal Bosschaart.

19 Februari 2025 | 06.39 WIB

Pelatih Feyenoord Pascal Bosschaart. REUTERS/Daniele Mascolo
Perbesar
Pelatih Feyenoord Pascal Bosschaart. REUTERS/Daniele Mascolo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Pelatih sementara Feyenoord, Pascal Bosschaart, memuji karakter timnya setelah berhasil menyingkirkan AC Milan dan melaju ke babak 16 besar Liga Champions. Meskipun mengalami gejolak internal dengan pemecatan pelatih Brian Priske hanya dua hari sebelum laga playoff, Feyenoord mampu menunjukkan ketahanan mental yang luar biasa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Pascal Bosschaart, pria Belanda berusia 44 tahun, diangkat sebagai pelatih sementara Feyenoord pada 10 Februari 2025. Dia menggantikan Brian Priske, yang dipecat karena "hasil yang tidak konsisten dan kurangnya kimia". Ia menjalani laga ketiganya di Feyenoord saat melawan Milan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Persiapan Feyenoord untuk pertandingan leg kedua ini jauh dari kata ideal, tetapi mereka tetap tampil solid. Setelah menang 1-0 di leg pertama, tim asal Belanda ini menunjukkan ketangguhan saat bertandang ke San Siro, Rabu dinihari, 19 Februari, ketika mereka bangkit dari ketertinggalan untuk menahan Milan 1-1. Hasil seri itu memastikan mereka bisa mengamankan tiket ke babak 16 besar.

Bosschaart mengungkapkan rasa bangganya terhadap para pemainnya yang mampu tetap fokus dan menghadapi tekanan dengan baik. "Ini mengatakan tentang tim bahwa mereka memiliki karakter. Saya pikir itulah yang paling saya banggakan," kata Bosschaart kepada Ziggo Sport

Ia juga menyoroti bagaimana para pemain merespons perubahan dengan baik, meski harus dipimpin oleh pelatih baru yang masih asing bagi mereka. "Anda harus ingat bahwa mereka berasal dari fase yang sangat sulit, telah menerima banyak kritik, perubahan pelatih, dan kemudian orang yang tidak dikenal datang di depan kelompok yang sesekali melempar beberapa slogan kosong.” 

Bosschaart melanjutkan, "Itu adalah fase yang sangat sulit bagi mereka, tetapi saya pikir kami sangat jelas, sangat transparan dan sangat jujur dan kelompok ini merespons dengan sangat baik, jadi saya bangga karenanya."

Pertandingan di San Siro dimulai dengan buruk bagi Feyenoord setelah Santiago Gimenez, mantan pemain mereka, mencetak gol untuk Milan pada menit pertama. Namun, Feyenoord tidak panik dan terus berjuang hingga akhirnya berhasil menyamakan kedudukan di babak kedua, terutama setelah Theo Hernandez menerima kartu merah yang membuat Milan bermain dengan 10 orang.

Bosschaart mengakui bahwa kebobolan gol cepat membuat timnya harus menyesuaikan strategi di lapangan.  "Jika Anda mengakui tujuan dalam beberapa menit, rencana yang ingin Anda jalankan akan berbeda lagi," kata dia. 

Menurutnya, kartu merah buat lawan menjadi faktor penting. "Semua orang sekarang akan mengatakan bahwa kami berada di atas angin setelah kartu merah tetapi saya juga berpikir di babak pertama bahwa kami bermain cukup baik. Hanya setelah kartu merah itu mungkin sedikit lebih mudah."

Keberhasilan ini membuka peluang bagi Feyenoord untuk kembali ke San Siro di babak berikutnya, di mana mereka bisa menghadapi Inter Milan atau Arsenal. Namun, bagi Bosschaart, momen ini masih terasa sulit untuk benar-benar disadari. Ia merasa sangat bangga dengan pencapaian timnya, tetapi mengaku masih membutuhkan waktu untuk sepenuhnya merasakan dampak dari keberhasilan ini. 

"Luar biasa. Kami berhasil melangkah ke babak selanjutnya, ini sangat spesial," ujar Bosschaart. "Ini fantastis, tetapi jujur saja, saya masih belum sepenuhnya menyadari apa yang telah kami capai."

Di Liga Belanda, Feyenoord kini ada di posisi keempat klasemen, tertinggal 14 angka dari Ajax Amesterdam yang ada di puncak.

REUTERS dan FOOTBALL ITALIA menjadi rujukan penulisan artikel ini.

Nurdin Saleh

Nurdin Saleh

Bergabung dengan Tempo sejak 2000. Kini bertugas di Desk Jeda, menulis soal isu-isu olahraga dan gaya hidup. Pernah menjadi juri untuk penghargaan pemain sepak bola terbaik dunia Ballon d'Or.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus