Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Pada saat sepak bola hendak bergulir lagi, para pelatih punya tugas baru. Tak hanya menerapkan taktik atau strategi permainan di lapangan, tapi juga menghentikan kebiasaan para pemainnya meludah saat pertandingan berlangsung. Kemarin, Badan Sepak Bola Dunia (FIFA) mengeluarkan aturan soal itu.
Bagi pemain yang melanggar, seperti membuka baju, wasit akan segera memberikan kartu kuning.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Larangan itu ditetapkan dalam rangka mencegah penularan Covid-19 kepada pemain lain. Seperti yang sudah banyak diinformasikan, saliva atau air ludah merupakan media untuk penyebaran berbagai penyakit, termasuk juga virus corona ini. Saliva yang mengandung virus yang berada di rumput selama beberapa jam bisa menjadi media penularan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Tidak membuang ludah merupakan hal yang sulit dilakukan. Bagi pemain sepak bola, meludah telah menjadi kebiasaan. Salah satu pemain itu adalah bintang Arsenal, Pierre-Emerick Aubameyang.Penyerang Arsenal Pierre-Emerick Aubameyang, melakukan selebrasi setelah mencetak gol ke gawang Everton dalam pertandingan Liga Inggris di Stadion Emirates, London, 24 Februari 2020. Action Images via Reuters/Peter Cziborra
Meludah ada sebabnya. Dalam keadaan kepanasan, membuang ludah di mulut bisa mengurangi rasa kering di tenggorokan.
Dalam sejarah sepak bola modern, ludah juga pernah menjadi bagian cerita seru. Di Piala Dunia 1990, dua pemain, Frank Rijkaard dan Rudy Voller, saling meludah di lapangan.
Tak disangkal lagi, meludah menjadi bagian tak terpisahkan dari permainan di lapangan hijau. Hal itu juga yang disadari oleh anggota Komite Kesehatan FIFA, Michel D'Hooghe. “Meludah seperti sudah menjadi kebiasaan dalam olahraga sepak bola. Padahal itu sangat tidak sehat,” kata D'Hooghe.
Menurut dia, para pemain sudah harus bisa mengubah kebiasaan yang sebelumnya tidak pernah menjadi masalah. D'Hooghe menegaskan, saat sepak bola akan mulai bergerak lagi, sudah saatnya semua pihak berupaya maksimal untuk mencegah kebiasaan buruk itu.
“Kebiasaan itu tidak sehat dan menjadi jalan yang baik untuk penularan wabah. Itu sebabnya kita harus berhati-hati pada saat memulai kembali. Saya tidak pesimistis, tapi lebih agak ragu-ragu,” kata D'Hooghe.
Seruan D'Hooghe, yang berasal dari Belgia, itu disambut baik oleh ahli virus dari Universitas Cambridge, Ian Brierley. “Ketika seseorang terinfeksi meski tak memperlihatkan gejala, virus yang ada di tenggorokan akan menyebar dengan cara dia meludah,” katanya.
Untuk itu, selain mengubah kebiasaan di lapangan, Brierley menyarankan agar para pemain mengurangi hal-hal yang bisa menjadi sarana penularan. Salah satunya saat mereka merayakan gol.
“Para pemain harus mulai memikirkan cara mereka dalam meluapkan emosi saat mencetak gol. Mereka tidak lagi harus bersentuhan,” kata Brierley.Para pemain Lazio melakukan selebrasi setelah gelandang Juventus, Emre Can mencetak gol bunuh diri dalam pertandingan Liga Serie A di Stadio Olimpico, Roma, 28 Januari 2019. REUTERS/Alberto Lingria
Hal lainnya yang harus dihindari, menurut dia, adalah berpelukan ketika memulai pertandingan. Juga saat akhir laga, yakni saling bertukar kaus. Tentu saja semua ini mau tak mau akan mengubah sepak bola itu sendiri.
Sejak pandemi Covid-19, sepak bola harus menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada. Sebelumnya ada aturan baru, yakni tidak bersalaman saat pertandingan akan dimulai.
Awalnya, kebiasaan bersalaman dianggap baik sebagai pertunjukan sportivitas. Namun dengan merebaknya wabah virus Covid-19, kebiasaan bersalaman menjadi terlarang.
Badan sepak bola masing-masing negara pun telah melakukan antisipasi atas maraknya wabah ini. Satu di antaranya, penyelenggaraan pertandingan akan dilakukan di stadion kosong alias tanpa penonton.
Selain itu, ada kabar yang tersiar bahwa, sebelum pertandingan, para pemain harus dipastikan bebas dari virus corona. Nantinya tes medis diberlakukan dalam setiap pertandingan yang akan digelar.
Selain Belanda dan Belgia yang telah memutuskan tidak lagi menggelar pertandingan lanjutan untuk masing-masing liga, beberapa liga di negara Eropa justru bersiap memulai laga lanjutan.
Klub-klub di Liga Italia Seri A, misalnya. Pihak klub mulai memanggil para pemainnya yang memilih pulang ke negara masing-masing untuk segera berlatih.
Tentu bukan hanya fisik yang perlu dipersiapkan lagi dan taktik di lapangan yang perlu dikulik, tapi juga mengubah kebiasaan buruk di lapangan. Terutama soal meludah.
TELEGRAPH | METRO | DAILYMAIL | IRFAN B.