Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Sepakbola

Karena Menunggu Waktu Salat Subuh, Gelandang Hatayspor Kevin Soni Lolos dari Maut dalam Gempa Turki

Kevin Soni sempat berbicara di telepon dengan Christian Atsu sebelum gempa Turki terjadi.

9 Februari 2023 | 09.15 WIB

Pemain Kamerun dan Hatayspor, Kevin Soni. Foto : Camfoot
Perbesar
Pemain Kamerun dan Hatayspor, Kevin Soni. Foto : Camfoot

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Pemain klub Hatayspor di Liga Turki, Kevin Soni, bersyukur karena lolos dari maut dalam gempa Turki pada Senin lalu. Hidup gelandang 24 tahun asal Kamerun itu berubah drastis hanya dalam waktu beberapa menit. Ia masih merasa syok berhasil melalui bencana yang dilaporkan telah menewaskan lebih dari 12 ribu orang hingga hari ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Soni bergabung dengan Hatayspor pada September 2022 dengan status pemain pinjaman dari klub Yunani Asteras Tripolis. Dalam wawancara dengan situs sepak bola Foot Mercato pada Rabu, 8 Februari 2023, Soni mengatakan Senin malam itu ia baru pulang dari pertandingan melawan Kasimpasa yang dimenangi Hatayspor 1-0. Itu adalah pertandingan pertamanya setelah absen sebulan karena cedera.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setiba di penginapan 17 lantai tempat ia menginap, Soni bermain PlayStation dengan sepupunya untuk menunggu waktu salat subuh. “Saya seorang muslim dan saya sangat religius. Apa yang menyelamatkan saya adalah bahwa saya ingin menunggu sampai jam 6:40 pagi untuk mengucapkan doa pertama hari itu. Itu sebabnya saya tidak bisa tidur. Jadi saya berkata pada diri sendiri bahwa jika saya tidur, melihat bagaimana semuanya jatuh di rumah, saya pasti sudah mati.”

Bumi Bergetar

Soni merasakan tanah mulai bergetar sekitar pukul 4 atau 5 pagi. Soni menyuruh sepupunya untuk tenang. “Ketika langit-langit dan dinding mulai menimpa kami, kami mulai melarikan diri menaiki tangga. Kami hanya punya waktu untuk mengambil paspor dan telepon kami, saya bahkan tidak tahu bagaimana saya bisa memikirkannya,” tutur Soni.

Ia merasa beruntung bisa keluar dari gedung sebelum semuanya runtuh. “Itu adalah hari ketika semuanya benar-benar berubah. Ada banyak kematian,” ujarnya.

Pada saat itu, ia berkata pada diri sendiri bahwa ini adalah akhir dari dunia. “Saya melihat orang mati di sebelah saya. Saya trauma. Hari ini, saya menyadari bahwa hidup tergantung pada seutas benang,” kata dia.

“Setiap orang meninggalkan rumahnya, mobilnya, dan mencari tempat berlindung. Itu benar-benar situasi yang layak untuk sebuah film di Netflix kecuali sayangnya itu adalah kenyataan.”

Soni mengatakan ia baru pertama kali mengalami hal mengerikan seperti itu. Ia merasakan bumi berguncang dan berpikir pasti ada angin kencang di luar. Namun ketika ia melihat getarannya sangat kuat dan tanah mulai terbelah dua, ia baru berpikir situasinya sangat serius. “Awalnya saya ingin melompat keluar jendela. Tapi kami sangat tinggi, di lantai tujuh. Saya berkata pada diri sendiri jika saya melompat ke sana, kaki saya akan patah dan saya tidak akan bermain sepak bola lagi. Jadi saya menuju tangga dan berlari keluar,” ujar pemain yang pernah bermian untuk Bordeaux (Prancis) dan Espanyol (Spanyol) itu.

Sempat Menelepon Christian Atsu

Sebelum gempa berkekuatan 7,7 Magnitudo mengguncang wilayah Turki dan Suriah, Soni mengatakan sempat berbicara di telepon dengan rekan setimnya Christian Atsu. Ia mengatakan bahwa pemain asal Ghana, yang membuat tendangan bebas pada pertandingan itu, telah bermain dengan baik dan ia menyukai pertandingannya. 

Christian Atsu. REUTERS/Scott Heppell

“Saya mengatakan kepadanya bahwa saya berharap menemukan lapangan dengan cepat sehingga kami bisa bermain bersama. Tetapi saya tidak tahu bahwa itu terakhir kali saya berbicara dengannya. Dua jam kemudian, saya tidak mendapat kabar. Saya diberitahu bahwa teman saya mungkin sudah mati, itu cukup membuat Anda gila. Saya pasti orang terakhir yang berbicara dengannya di telepon.”

Soni membantah berita bahwa Atsu, yang pernah bermain di beberapa klub Liga Inggris seperti Chelsea dan Newcastle, telah ditemukan dari reuntuhan bangunan. “Itu bohong. Selasa malam, kami terbang kembali ke Istanbul dan dia tidak bersama kami. Jika dia ditemukan, mengapa dia tidak ada di pesawat? Mereka mungkin mengatakan itu untuk mempertahankan harapan dan tidak menakut-nakuti keluarganya. Saya berharap kami akan menemukannya.”

FOOT MERCATO

Sapto Yunus

Sapto Yunus

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus