Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Liga Lainnya

Kingsley Coman dan Aurelien Tchouameni Jadi Sasaran Pelecehan Rasis di Piala Dunia 2022 Usai Prancis Gagal Juara

Pemain Prancis, Kingsley Coman dan Aurelien Tchouameni jadi sasaran pelecehan rasis usai Prancis dikalahkan Argentina di final PIala Dunia 2022.

20 Desember 2022 | 08.11 WIB

Pemain Prancis Kingsley Coman saat melawan Tunisia dalam pertandinga Piala Dunia 2022 di Stadion Education City, Al Rayyan, Qatar, 30 November 2022. Sebelum semifinal Les Bleus melawan Maroko, gelandang Adrien Rabiot dan bek Dayot Upamecano terserang penyakit. REUTERS/Carl Recine
material-symbols:fullscreenPerbesar
Pemain Prancis Kingsley Coman saat melawan Tunisia dalam pertandinga Piala Dunia 2022 di Stadion Education City, Al Rayyan, Qatar, 30 November 2022. Sebelum semifinal Les Bleus melawan Maroko, gelandang Adrien Rabiot dan bek Dayot Upamecano terserang penyakit. REUTERS/Carl Recine

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Dua pemain timnas Prancis, Kingsley Coman dan Aurelien Tchouameni, menjadi sasaran pelecehan rasis di media sosial setelah gagal mengeksekusi penalti saat timnya kalah melawan Argentina di final Piala Dunia 2022, Minggu, 18 Desember, dilaporkan oleh BBC sehari setelah laga. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penyerang dan gelandang Les Blues itu menjadi penendang kedua dan ketiga setelah Kylian Mbappe itu. Tendangan Coman bisa ditepis kiper Emiliano Martinez, sedangkan bola sepakan Tchouameni melebar. Kegagalan mereka membuat Argentina menang 4-2 dalam adu penalti. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Di laga itu, Prancis yang sebelumnya tertinggal 2-0 di babak pertama, mampu bangkit dan menyamakan kedudukan mendekati menit akhir waktu normal berkat dua gol Mbappe pada menit ke-80 lewat tendangan penalti dan menit ke-81. 

Dua gol itu membuat Argentina yang sebelumnya sudah nyaman dengan permainan mereka menjadi agresif. Lionel Messi yang mencetak gol pembuka lewat tendangan penalti pada menit ke-23 sebelum Angel Di Maria menggandakan keunggulan, bangkit untuk mencoba membawa timnya unggul. 

Namun, pertandingan waktu normal berakhir imbang dan laga berlanjut dengan tambahan waktu. Di babak ini, Messi mencetak gol keduanya sehingga Argentina kembali unggul 3-2 pada menit ke-108. Tapi, lagi-lagi Mbappe menyamakan kedudukan lewat tendangan penalti sepuluh menit kemudian. Skor 3-3 bertahan hingga 120 menit pertandingan sehingga pemenang ditentukan dengan adu penalti. 

Mbappe yang mencetak hat-trick di laga final ini dinobatkan sebagai pencetak gol terbanyak Piala Dunia 2022 dengan delapan gol, unggul satu gol dari Messi yang menjadi Pemain Terbaik.

Kekalahan di final itu membuat Prancis gagal mempertahankan gelar juara yang diraihnya di Piala Dunia 2018 di Rusia. Sementara, Argentina meraih gelar ketiganya di Piala Dunia 2022 ini, setelah 1978 dan 1986. Albiceleste akhirnya kembali memenangi turnamen ini usai penantian selama 36 tahun. 

Bayern Munchen beri dukungan ke Kingsley Coman 

Kingsley Coman, 26 tahun, masuk sebagai pemain pengganti di laga Argentina vs Prancis di final Piala Dunia 2022. Dia menggantikan Antoine Griezmann pada menit ke-71. 

Coman diturunkan dari bangku cadangan berbarengan dengan masuknya gelandang muda, Eduardo Camavinga, ketika Prancis tertinggal 0-2. Setelah keduanya masuk, permainan Les Blues berubah menjadi dinamis dan akhirnya tercipta kedua gol penyama kedudukan lewat Mbappe.

Klub Bayern Munchen pun memberikan dukungan terhadap pemainnya dengan menuliskan pesan di media sosial. Mereka menutuk tindakan rasis yang ditujukan kepadanya. 

"Keluarga FC Bayern mendukung Anda, King. Rasisme tidak memiliki tempat dalam olahraga atau masyarakat kita," kata mereka di Twitter.

Pelecehan rasis sebelumnya terjadi usai final Euro 2020

Pelecehan rasis sebelumnya juga terjadi saat Inggris kalah melawan Italia di final Euro 2020 tahun lalu. Kalau itu, pelecehan rasis ditujukan kepada tiga pemain The Three Lions, Marcus Rashford, Jadon Sancho, dan Bukayo Saka. 

Ketiga pemain itu gagal ketika adu penalti dan menjadi sasaran pelecehan rasis di media sosial usai pertandingan. 

REUTERS

Rina Widiastuti

Rina Widiastuti

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus