Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia pernah mengejutkan lintasan lari Asian Games lewat kiprah Mohammad Sarengat. Pelari kelahiran Banyumas itu memecahkan rekor Asia untuk nomor 100 meter putra, saat berlomba di ajang Asian Games pada 1962 silam. Saat itu, Sarengat mencatatkan waktu 10,5 detik, lebih cepat 0,1 detik dari rekor Asia yang dicatatkan pelari Pakistan Abdul Khaliq di Asian Games 1954 di Manila, Filipina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Catatan itu mengantarkan Sarengat pada emas pertama bagi Indonesia di ajang Asian Games. Hal ini semakin terasa manis karena dilakukan saat Indonesia pertama kalinya menjadi tuan rumah pada 1962 silam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Hal ini masih terekam jelas di benak mantan sprinter asal Malaysia Mani Jegathesan. Saat itu Jegathesan yang disebut-sebut masuk dalam generasi emas atletik Malaysia, harus puas duduk di peringkat kedua.
"Di nomor 100 meter saya hanya mendapat medali perak. Soalnya saat itu saya dikalahkan oleh seorang pelari terkenal dari Indonesia, bernama Mohammad Sarengat," kata Jegathesan saat berkisah, pada 9 Mei 2018 lalu, di Hotel Kempinski, Jakarta Pusat.
Jegathesan memiliki banyak kenangan bersama Sarengat. Saat berlomba dulu, baik Sarengat maupun Jegathesan merupakan mahasiswa kedokteran. Keduanya pun masih muda dan menjadi andalan di negaranya masing-masing. Persaingan keduanya menjadi salah satu perlombaan paling menarik yang disaksikan di Stadion Utama Gelora Bung Karno saat itu.
"Saya akan selalu mengingat dia. Meski kalah di 100 meter, tapi hari berikutnya saya berhasil mengalahkan dia di 200 meter," ujar Jegathesan mengenang.
Saat itu Sarengat memang tampil on fire. Tampil di depan pendukung sendiri, Sarengat berhasil menyumbang dua emas dan satu perunggu. Selain dari nomor 100 meter, Sarengat juga menyumbang emas dari nomor 110 meter lompat gawang. Perunggu ia raih setelah kalah cepat dari Mani Jegathesan dari Malaysia dan Hideo Iijima dari Jepang di nomor 200 meter putra.
Lewat dua emas dari Sarengat, Indonesia berhasil mengumpulkan total 11 emas, 12 perak, dan 28 perunggu. Indonesia berhasil menjadi runner-up turnamen. Ini merupakan catatan terbaik Indonesia sepanjang keikutsertaannya di Asian Games sejak 1951 hingga saat ini.
Catatan apik Sarengat di dunia ateltik Indonesia hampir tak dapat diimbangi. Selama 36 tahun Indonesia gagal mendapat satu pun emas di cabang atletik pada Asian Games. Hingga pada 1998 Suprianti Sutono mampu meraih emas pada nomor 5000 meter putri di Asian Games Bangkok, Thailand. Pada 2104, Maria Natalia Londa berhasil membawa atletik Indonesia meninggi, setelah meraih emas di nomor lompat jauh.
Saregat yang lahir pada 28 Oktober 1940 juga merupakan atlet yang tetap bisa sejalan dengan dunia pendidikan. Pada 1971 atau sembilan tahun setelah prestasinya di Asian Games 1962, ia menyelesaikan pendidikan dokternya. Ia pun tercatat sebagai seorang dokter andal. Ia pernah dipercaya sebagai dokter pribadi dua Wakil Presiden, yakni Sultan Hamangkubuwono IX dan Adam Malik.
Sarengat sempat kembali ke dunia olahraga saat menjadi Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) pada tahun 1980-an. Ia juga sempat menjadi Sekretaris Jenderal Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI).
Mohammad Sarengat meninggal pada usia 74 tahun, pada 13 oktober 2014 lalu. Legenda atletik Indonesia itu meninggal karena komplikasi penyakit yang ia derita sejak mengalami stroke pada 2009 silam.
EGI ADYATAMA