Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Liga Lainnya

Timnas U-19: Kemampuan Keluar dari Tekanan dan Inspirasi GBK

Timnas U-19 melawan Jepang pada perempat final Piala Asia U-19 di Stadion Gelora Bung Karno, Minggu 28 Oktober 2018. Piala Dunia U-20 di depan mata.

25 Oktober 2018 | 11.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pemain Timnas U-19 Indonesia Egy Maulana Vikri berebut bola dengan pemain UEA, A. Jamil dalam laga Piala AFC U-19 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Rabu, 24 Oktober 2018. Egy terpaksa keluar di pertengahan babak kedua karena cedera. TEMPO/Subekti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Dengan atau tanpa gelandang Egy Maulana Vikri yang cedera dan ditarik keluar sebelum pertandingan melawan Uni Emirat Arab (UEA) selesai, Rabu lalu, Timnas U-19 harus melawan Jepang pada babak perempat final Piala Asia U-19 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Minggu 28 Oktober 2018.

Baca: Timnas U-19 Hadapi Jepang, Ini Kata Indra Sjafri dan Witan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pelatih Timnas U-19, Indra Sjafri, juga harus kehilangan kapten tim sekaligus bek tengah, Nurhidayat Haji Haris, yang mendapat kartu merah dalam pertarungan heroik melawan UEA pada partai terakhir Grup A di Stadion GBK, Rabu 24 Oktober 2018.

Baca: Jadi Pahlawan Timnas U-19 Indonensia, Witan Sulaeman Merendah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kemenangan 1-0 yang membawa Timnas U-19 lolos ke perempat final Piala Asia U-19 lahir berkat perjuangan yang pantang menyerah dari skuad Garuda Muda ini dan pengorbanan.

Baca: Begini Kondisi Penyerang Timnas U-19, Egy Maulana Vikri

Bermain dengan 10 orang sejak menit ke-53 pada babak kedua, setelah unggul 1-0 berkat gol gelandang Witan Sulaeman menit ke-23 dan Nurhidayat menerima kartu kuning kedua, bukan hal mudah buat Timnas U-19.

Anak-anak Garuda Muda ini harus membendung tekanan tim yang unggul postur tubuh seperti UEA dan punya kualitas memadai. Dengan melakukan rotasi pemain, demi menyiasati kondisi 10 orang di lapangan, pelatih Indra Sjafri berhasil mempertahankan kemenangan 1-0 itu sampai pada injury time, tambahan waktu setelah 90 menit, dinyatakan habis pada menit 90+7.

Menyiasati keterbatasan dan ketegaran mental untuk mengatasi ketertinggalan atau tekanan ini menjadi tren menarik dari tim nasional sepak bola Indonesia dewasa ini.

Pada 16 besar Asian Games 2018 di Stadion Patriot Candrabaga, Bekasi, 24 Agustus 2018, Timnas U-23 asuhan pelatih asal Spanyol, Luis Milla, ketinggalan dua kali melawan UEA karena hadiah tendangan penalti buat lawan. Bahkan, hadiah penalti yang kedua dinilai lahir dari keputusan wasit yang kontroversial.

Tapi, Timnas U-23 tak pernah kendur untuk berusaha menyamakan kedudukan. Yang pertama setelah ketinggalan 0-1, penyerang Timnas U-23, Beto Goncalves, berhasil menyambar umpang silang Septian David Maulana untuk menyamakan kedudukan 1-1 pada menit ke-51.

Yang kedua, dalam kedudukan ketinggalan 1-2 sampai injury time, gelandang Timnas U-23, Stefano Lilipaly, berhasil menyambar umpan Saddil Ramdani untuk menyamakan skor 2-2.

Sayang, dalam adu penalti, setelah skor 2-2 bertahan sampai perpajangan waktu, UEA berhasil mengalahkan Timnas U-23. Adu penalti, seperti kata banyak pengamat sepak bola, memang lebih mirip lotere, permainan nasib, untung-untungan.

Tapi, jelas dari dua kejuaraan besar tersebut, Asian Games 2018 dan putaran final Piala Asia U-19, tim nasional sepak bola Indonesia menampilkan sesuatu yang sudah lama hilang dari mereka, yaitu kemampuan bermain untuk keluar dari tekanan atau dari situasi yang berat.  

Itu artinya, dengan atau tanpa Egy dan Nurhidayat –serta kemungkinan beberapa pemain lagi yang mesti absen karena cedera-, Timnas U-19 asuhan pelatih Indra Sjafri punya kekuatan lain yang bisa diandalkan untuk melawan juara bertahan Piala Asia U-19 Jepang di Stadion GBK, Minggu 28 Oktober 2018.

Empat tahun lalu di Myanmar, Indra Sjafri gagal meloloskan Timnas U-19 ke Piala Dunia U-20 di Selandia Baru 2015, karena mereka gagal lolos ke semifinal Piala Asia U-19.

Tentunya sekarang Indra jauh lebih berpengalaman. Demikian juga skuadnya, mereka kini sudah terasah di sejumlah klub Liga 1 dan bahkan Egy sudah bermain di Liga Polandia.

Setelah Indonesia mendapat hadiah tampil di Piala Dunia U-20 pada 1978 di Tokyo, Jepang,  karena salah satu tim yang lolos, Korea Utara, batal ikut karena persoalan politik, sekarang adalah kesempatan terbaik buat pasukan Indra Sjafri untuk mengulangi sejarah itu.

Jangan lupa, Stadion Gelora Bung Karno adalah tempat yang memberi inspirasi buat tim sepak bola nasional. Dulu lebih dari 100 ribu penonton datang di GBK untuk mendukung perjuangan tim Indonesia asuhan pelatih Wiel Coerver berebut tiket ke Olimpiade 1976 melawan Korea Utara.

Saat itu Iswadi Idris, Suaeb Rizal, Waskito, Sutan Harhara, Anjar Asmara, dan kawan-kawan berhasil mengimbangi Korea Utara sampai perpanjangan waktu sebelum kalah 4-5 di adu penalti.

Baca: Kalahkan UEA 1-0, Timnas U-19 Lolos ke Perempat Final Piala AFC

Minggu nanti, kapasitas Stadion GBK tidak lagi sampai melebihi 100 ribu. Tapi, sejarah, kemegahan, dan jejak perjuangan yang heroik dari para pemain Indonesia di sana bisa mengilhami pasukan Indra Sjafri mencetak sejarah baru yang menyegarkan: lolos ke Piala Dunia U-20.

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus