Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan pemain sepak bola Manchester City, Mikhail Kavelashvili terpilih sebagai Presiden Georgia yang baru. Pria 53 tahun itu mengalahkan rivalnya, Salome Zourabichvili, setelah mendapatkan dukungan sebanyak 224 dari 300 anggota parlemen Georgia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Georgia adalah negara dengan sistem republik parlemen, di mana perdana menteri dan pemerintah memegang kekuasaan eksekutif. Sedangkan presiden hanyalah jabatan seremonial. Kavelashvili adalah presiden yang pertama kali dipilih oleh anggota parlemen lewat pemungutan suara tertinggi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mikhail Kavelashvili sebelumnya anggota parlemen dari Partai Impian Rakyat Georgia, namun dia bergabung ke Partai Rakyat yang baru didirikan pada musim panas 2022. Partai itu sekarang memiliki delapan kursi di parlemen dan bagian dari koalisi partai berkuasa di Georgia.
Sebelum menjadi seorang politikus, Kavelashvili adalah atlet sepak bola yang sukses. Stiker ini pernah bermain di Manchester City, Dinamo Tbilisi, Spartak Vladikavkaz dan beberapa klub sepak bola di Swiss, termasuk Grasshoppers dan Basel. Dia tercatat mencetak 166 gol.
Mikhail Kavelashvili bukan satu-satunya mantan pesepak bola profesional yang berakhir jadi politikus. Berikut sederet atlet sepak bola yang juga terjun ke dunia politik.
Pemimpin partai berkuasa di Liberia, Koalisi untuk Perubahan Demokratis (CDC), Presiden dan mantan pemain sepak bola George Weah, berbicara kepada pers setelah memberikan suaranya pada pemilihan presiden di Monrovia, Liberia, 10 Oktober 2023. REUTERS/Carielle DoeLegenda
1. George Weah
Mantan bintang sepak bola, George Weah, terpilih menjadi Presiden Liberia setelah dia memenangkan pemilihan umum putaran kedua pada 26 Desember 2017. Menurut laporan Komisi Pemilihan Nasional (NEC) Liberia, Weah meraih 61,5 persen suara. Dia mengalahkan perolehan suara yang dikeduk oleh Wakil Presiden petahana Joseph Boakai dari Partai Persatuan.
“Boakai hanya mendapatkan dukungan 38,5 persen suara,” tulis CNN, Kamis, 28 Desember 2017.
Weah, kandidat dari Koalisi Perubahan Demokratik, sebelumnya memenangkan pemilihan pada putaran pertama pada Oktober 2017 dengan mendapatkan 38,4 persen suara. Sementara Boakai meraih 28,8 persen suara. Kemenangan Weah disambut gegap gempita oleh para pendukungnya. Mereka serempak turun ke jalan berpesta kemenangan dengan menari tarian khas.
“Kami mulai perjuangan dan kami mengakhiri perjuangan pada 2017,” kata Nablah Washington, pendukung Weah kepada Reuters.
Dalily Nation dalam laporannya menyebutkan, Weah adalah pemain legendaris Liberia sekaligus menjadi satu-satunya pemain asal Afrika yang meraih penghargaan pemain terbaik dunia FIFA dan Ballon D’Or. Ia memulai karir sepak bolanya di Eropa ketika merumput di Paris Saint-Germain dan AC Milan pada 1990-an sebelum bermain untuk klub Inggris, Chelsea dan Manchester City hingga gantung sepatu.
2. Cuauhtemoc Blanco
Cuauhtemoc Blanco tercatat sebagai salah satu pesepakbola terhebat Meksiko. Dia telah bermain 119 kali untuk El Tri antara 1995 dan 2014 serta mencetak 38 gol. Pemain depan dan juga gelandang serang ini merupakan legenda klub untuk Club America di negara asalnya. Dalam karier domestiknya, ia bermain untuk sejumlah klub lain seperti Chicago Fire dan Real Vallodolid. Ia tampil sebanyak 601 kali dan mencetak 220 gol.
Meskipun kariernya di lapangan berakhir, Blanco mendaftar sebagai kandidat Partai Sosial Demokrat pada Januari 2015 dan terpilih sebagai Presiden Kotamadya Cuernavaca. Kemudian, ia bergabung dengan Partai Social Encounter dan menjadi Gubernur negara bagian Morelos pada 2018 hingga sekarang.
3. Zico
Zico merupakan salah satu pemain terhebat dalam sejarah Brasil. Maestro tendangan bebas ini menjadi bagian dari tim Piala Dunia 1982 yang fenomenal. Mantan playmaker ini memperoleh status legendaris di klub Flamengo, serta penghargaan yang sangat tinggi atas kiprahnya di Italia dan Jepang.
Usai gantung sepatu, Zico menjadi menteri olahraga Brasil pada 1990. Setelah memperkenalkan sejumlah reformasi untuk meningkatkan sepak bola di negara tersebut, ia menjadi frustrasi ketika pemungutan suara parlemen terus-menerus tertunda. Ia meninggalkan jabatannya hanya setahun kemudian dan terjun di administratif di bekas klubnya.
Ia adalah direktur Kashima Antlers, sebelum pindah kembali ke Flamengo untuk peran yang sama. Namun, ia mengundurkan diri setelah lima bulan karena ketidaksepakatan dengan dewan direksi. Pada Juni 2015, Zico secara resmi mengumumkan bahwa ia akan mencalonkan diri sebagai presiden FIFA. Namun ia tidak berhasil dan pada Agustus 2018, kembali ke dewan Antlers tempat ia bertahan hingga sekarang.
4. Lilian Thuram
Sebagai pesepak bola, Lilian Thuram mencatatkan 142 caps untuk Prancis antara 1994 dan 2008 dan merupakan anggota kunci tim yang memenangkan Piala Dunia 1998 dan Kejuaraan Eropa dua tahun kemudian. Selain prestasi internasionalnya yang gemilang, pemain bek Prancis kelahiran Guadaloupe ini juga memiliki karier klub yang mengesankan bersama Monaco, Parma, Juventus, dan Barcelona.
Selama kerusuhan Prancis 2005, Thuram mengecam calon presiden Nicolas Sarkozy setelah menteri tersebut berbicara tentang “sampah” yang tinggal di perumahan berpendapatan rendah. Menariknya, ia kemudian ditawari pekerjaan sebagai Menteri Keberagaman oleh Sarkozy, tetapi menolaknya. Sejak saat itu, ia terus berbicara tentang rasisme dan ikut serta dalam pawai yang mendukung pernikahan sesama jenis pada 2013.
5. Pele
Edson Arantes do Nascimento atau dikenal sebagai Pele adalah satu-satunya pemain dalam sejarah yang memenangkan tiga Piala Dunia. Meskipun kejayaannya yang abadi tersebar luas dalam dunia sepak bola, mantan pemain Brasil ini tidak berhenti di situ. Dia menggunakan pengaruhnya untuk memberi dampak dalam skala yang lebih luas dan terjun ke dunia politik.
Terlibat secara mendalam dalam politik dan isu sosial setelah pensiun, penyerang legendaris Santos itu bekerja sebagai duta besar UNESCO dan duta besar PBB untuk ekologi dan lingkungan. Kemudian, ia menjadi Menteri Luar Biasa Olahraga Brasil dengan undang-undang anti korupsi dalam olahraga Brasil yang bahkan dinamai menurut namanya “undang-undang Pele”.
Kiprahnya sebagai duta besar membuatnya semakin diakui pada 2012, saat ia dianugerahi gelar kehormatan dari Universitas Edinburgh atas “kontribusi signifikan terhadap isu kemanusiaan dan lingkungan, serta prestasi olahraganya”.
6. Kakha Kaladze
Seperti Kavelashvili, Kakha Kaladze adalah mantan pemain timnas Georgia dan telah bermain sebanyak 83 kali untuk negaranya. Dia juga menghabiskan hampir sembilan setengah tahun di AC Milan antara 2001 dan 2010. Setelah pensiun dari dunia sepak bola pada 2012, ia bergabung dengan partai dan menjadi anggota parlemen pada Oktober.
Kemudian, ia diangkat menjadi Wakil Perdana Menteri dan Menteri Energi. Langkah tersebut dikritik karena kepentingan bisnisnya di sektor tersebut. Namun, ia terus menduduki kedua posisi itu di bawah kabinet penerus Giorgi Kvirikashvili hingga Juli 2017.
Ia kemudian mengundurkan diri untuk mencalonkan diri sebagai Wali Kota Tbilisi dalam pemilu Oktober 2017, yang dimenangkannya dengan perolehan suara 51,13 persen. Pada 2021, ia terpilih kembali sebagai Wali Kota Tbilisi, memperoleh 55,61 persen suara dalam putaran kedua pemilu. Jabatan itu masih diembannya hingga hari ini.
Suci Sekarwati dan Choirul Aminuddin berkontribusi dalam penulisan artikel ini.